DATANG BALEK DI PART BARU🌈
.
.
.
SHARE CERITA INI KE TEMEN-TEMEN KALIAN, BIWR KITA BISA HALU BARENG🌈
.
.
.
DIVOTE SABILAH. KAN GAK DIBAYAR:V
.
.
.
MINTA EMOT PELANGINYA DONG. YANG BANYAK🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈
.
.
.
ENJOY🍒***
•Terbongkar

Seperti orang asing yang tinggal di satu atap, tak ada yang saling tegur sapa, tak ada candaan ataupun obrolan, yang ada hanyalah kesunyian dan kesuraman di rumah itu.
Bagi Lara, ada ataupun tidak adanya Luka itu sama saja. Cowok itu selalu pergi jika sudah pulang sekolah dan balik lagi pada tengah malam ataupun subuh.
Kaki Lara tak ada hentinya berjalan bolak-balik di depan pintu tinggi, menunggu kepulangan suaminya. Menyibak gorden kalau ada suara kendaraan. Namun, setelahnya bahu dia merosot kalau itu bukan Luka.
“Dia kalo malem gini ke mana aja sih? Kok pulangnya suka tengah malem? Atau enggak subuh,” monolognya.
Menyibak gorden lagi, yang dia lihat justru air mancur di halaman rumah, tak ada tanda-tanda kedatangan Luka.
“Dia lagi ngepet kali, ya? Tapi kalo ngepet pasti nyuruh aku jagain lilin. Apa Noemi yang jagain lilinnya?” Saking kesalnya ia menunggu Luka sampai berbicara ngawur.
“Efek kangen nih aku pasti, jadi dodol gini otak." Kemudian dia menggeplak kepalanya agar kembali waras.
“Bego banget ya kamu, Ra. Ngapain kangen sama orang yang jelas-jelas gak kangen sama kamu."
Terkadang Lara merasa bodoh. Meski tinggal satu atap bersama Luka, tak ayal juga ia merasakan rindu. Luka sangat jarang di rumah, acapkali cowok itu keluar rumah, tidur juga bukan di rumah ini. Kalau tidur di rumah mama-papanya itu mustahil karena rumah itu selalu tertutup semenjak Luka pindah.
Seraya menempelkan pipi di kaca jendela, Lara bermonolog, “Luka oh Luka. Kapan aku bisa move on dari kamu?”
Brumm brumm.
Terlonjak Lara kala suara deruman motor masuk ke pekarangan rumah. Segera Lara menutup gorden lalu lari terbirit-birit menaiki anak tangga. Dia bersembunyi di balik dinding pembatas tangga paling atas, menunggu Luka masuk.
“Pengecut banget ya aku." Ia tersenyum miris.
Menggigit jari-jarinya guna menghalau gugup, detak jantungnya berdegup tidak normal. Seperti ada slow motion pintu terbuka, Lara speechless dikala Luka masuk lalu membuka jaket kulitnya.
“Ototnya bikin ngiler masa?” Dia menelan saliva begitu melihat otot lengan Luka menonjol di balik kaus tipis.
Plak!
“Ck, nih nyamuk ganggu aja,” gerutunya setelah mendaratkan telapak tangan di pipi.
Di detik selanjutnya netra dia melebar. Luka sudah pergi ke dapur, berarti sebentar lagi akan naik ke atas, cepat-cepat Lara pergi ke kamarnya.
Ia melakukan inhale-exhale usai tiba di kamar dan mengusap dadanya yang mulai tak tenang.
“Kalo kayak gini terus gimana majunya rumah tangga ini?” Tangan dia meraih figura foto pernikahan dia dan Luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
L for Langgeng [END]
Teen Fiction"𝗕𝗮𝗿𝘂 𝗮𝗷𝗮 𝗺𝗮𝘂 𝗺𝗼𝘃𝗲 𝗼𝗻, 𝗺𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗱𝗶𝗷𝗼𝗱𝗼𝗵𝗶𝗻." *** Siapa yang tidak senang dijodohkan dengan crush sendiri? Hampir sejuta umat mengatakan iya. Begitu juga Lara. Senang dan sedih menyatu begitu kabar orang tuanya tewas dalam k...