Kuas masker menyapu memberikan sensasi lembut di pipi Lara yang terlihat agak tembam. Warna hijau alami berasal dari masker kini sudah menutupi hampir seluruh wajahnya. Perempuan bersuami itu bersenandung ria sambil merapikan bekas maskerannya.
BRAK!
"BAE!"
Mangkuk bekas masker terjatuh karena Lara terkejut akan teriakan dari seseorang yang baru masuk ke dalam kamar. Dia berkacak pinggang begitu ternyata Luka yang masuk disertai wajah paniknya.
“Bae, kamu marah? Jangan marah plis. Nanti aku beliin martabak empat loyang. Mau? Oke deh, aku janji enggak bakalan gitu lagi. Aku janji enggak cuekkin kamu lagi, janji bakalan turutin semua kemauan kamu."
Lara mengernyit tak paham tatkala Luka tiba-tiba nyerocos mengucapkan janji. Lantas dia mengedikkan bahu tak peduli lalu mengambil peralatan bekas maskerannya.
“Kamu beneran marah? Bae. Plislah... jangan marah... maafin ya, ya, ya. Jangan nyari suami lagi, oke?”
Bingung mendominan pada diri Lara. Bukan hanya bingung, Lara juga merinding melihat suaminya yang tiba-tiba seperti ini, banyak bicara. Kan biasanya Luka sangat pelit kosa kata meski Lara marah. Palingan hanya seperti semalam. Lara juga mudah luluh kalau marah terus dicium, udah gitu doang.
“Kamu kerasukan setan apa di kantor? Curiga aku,” celetuknya, tak ayak tatapan menyelidik menyorot Luka.
Luka ternganga tak mengerti. “Kerasukan?” beonya. “Aku tuh takut kamu nyari suami lagi, bae. Tadi kamu chat aku, katanya kamu mau nuari suami lagi. Aku takut.... ” suara Luka terdengar seperti rintihan di akhir kalimatnya.
Sejurus kemudian tawa Lara mengurai. Dia menutupi mulutnya tatkala suara tawa keluar— melupakan masker yang ia pakai —ekspresi Luka ketika ketakutan seperti itu mengundangnya untuk tertawa.
“Ya ampun, hun. Aku cuma becanda kali! Lagian ngapain aku nyari suami lagi, toh suami aku kan udah punya segala-galanya. Kamu itu kan tahta tertinggi di hati aku, jadi jangan takut aku tinggalin."
Blush.
Daun telinga Luka tiba-tiba terasa gatal. Dia menggaruknya sebab salah tingkah begitu sang istri mengucapkan kalimat manis. Berdehem sebentar agar wibawa seorang dingin tidak hancur di depan istrinya sendiri.
“Kenapa? Itu leher sama pipi kamu kok merah-merah gitu? Jangan-jangan kamu kena virus tronton?” histeris Lara. Peralatan maskernya dia taruh di atas nakas lalu memerhatikan warna merah disekitar wajah dan leher Luka.
“Astaga Luka. Kita harus siap-siap ke RSJ. Gawat ini! Kamu kena virus tronton soalnya!”
Tatapan malu-malu kini langsung surut begitu Lara sibuk membasuh masker di wajahnya juga menyiapkan pakaian untuk ke rumah sakit.
“Virus tronton? Maksud kamu?”
“Ituloh... Virus baru di negara kita,”
“Tronton bukannya semacam mobil ya?”
“Udah jangan ngomong mulu. Cepet siap-siap. Kita ke RSJ sekarang!"
“RSJ? Siapa yang gila?”
Gerekan Lara yang sedang mengancingkan kameja terhenti. “Kamu! Kamu kan kena virus tronton."
“Ya ampun sayang... Tadi itu aku sal—” Luka berdehem sebelum dia kelepasan. Bahaya kalau Lara tau dia salting.
Matanya menatap malas Lara yang sibuk menyisir. Dia mendengus melihat kancing kameja Lara yang tidak sesuai lalu tiba-tiba matanya menangkap sesuatu di atas nakas.
KAMU SEDANG MEMBACA
L for Langgeng [END]
Teen Fiction"𝗕𝗮𝗿𝘂 𝗮𝗷𝗮 𝗺𝗮𝘂 𝗺𝗼𝘃𝗲 𝗼𝗻, 𝗺𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗱𝗶𝗷𝗼𝗱𝗼𝗵𝗶𝗻." *** Siapa yang tidak senang dijodohkan dengan crush sendiri? Hampir sejuta umat mengatakan iya. Begitu juga Lara. Senang dan sedih menyatu begitu kabar orang tuanya tewas dalam k...