Twenty

57.1K 3.6K 145
                                    

AKU KOMBAK GESS
.
.
.
BACA SAMBIL DENGERIN LAGU TRAUMA BIAR MAKIN NGEFEEL:V
.
.
.
SIAP RAMEIN INI PART?
.
.
.
HAPPY EMOSI
•••

•Pada akhirnya

Kamis sore ini empat insan, tiga perempuan dan satu laki-laki tengah berkumpul di salah-satu café yang tak jauh jaraknya dengan SMA Nusa Bangsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamis sore ini empat insan, tiga perempuan dan satu laki-laki tengah berkumpul di salah-satu café yang tak jauh jaraknya dengan SMA Nusa Bangsa.

Tak ada tawa ataupun canda di antara mereka justru kepiluan lah yang menghiasi meja tersebut. Rama, Iva dan Via melihat Lara prihatin, gadis itu seperti sudah kehilangan tujuan hidupnya. Tatapannya kosong. Wajah yang biasa memancarkan kelembutan itu terlihat sendu.

“Aku udah minta cerai.” Begitu Lara berucap, tiga insan itu menegang.

Tatapan mereka seolah menuntut Lara untuk memberikan penjelasan. Tanpa bicara pun Lara memang tahu bahwa ketiga manusia itu akan memintanya penjelasan.

Menghembuskan napas perlahan, Lara melirik ketiganya. “Tapi Luka enggak ngasih aku jawaban.”

Kalau Rama terlihat mengerutkan alis lantaran bingung, tidak seperti Iva, gadis bergelang hitam juga kaos oblong oversize yang senada warnanya menggeram.

“Emang bajingan si Luka! Maunya apa sih! Kalo dia emang enggak cinta sama lo, harusnya dia udah terima perceraian ini!” serunya seiring dengan napas dirinya yang menggebu.

Di samping kanan Iva, Via mengelus pundak gadis itu agar tenang. “Jangan emosi dulu, Va. Siapa tahu Luka punya rencana lain.”

Mereka kembali terdiam, menggali pemikirannya tentang alasan mengapa Luka tidak memberikan jawaban pada Lara.

Rama, jujur sedikit rasa senang menghampiri dia ketika tahu Lara akan berpisah dengan suaminya, tetapi di sisi lain juga ia tak bisa menjadikan ini kesempatan untuk memiliki Lara, lantaran dia sadar ke mana hati gadis itu berlabuh.

Begitu tahu kalau suami Lara adalah lelaki berengsek, dari situ Rama yakin, Lara pasti akan sulit membuka hatinya setelah ditorehkan luka. Akan tetapi, bukankah dia bisa menjadi obat untuk Lara di lain hari? Luka bisa saja sembuh apabila diobati. Rama percaya itu. Dia bisa menjadi obat agar Lara sembuh dari lukanya.

“Mungkin Luka lagi pertimbangin keputusan kamu. Jangan overthinking dulu."

“Tapi sampai kapan? Ini udah hampir empat hari, tapi Luka belum juga ngasih aku jawaban. Padahal aku sering kirim chat sama dia. Ngomong langsung juga udah berkali-kali aku lakuin. Tapi dia malah diem aja. Aku juga, kan, butuh kepastian yang jelas. Dia maunya aku mundur apa enggak!” Gadis itu meraup wajah frustrasi.

Rama mengelus lembut punggung gadis berinisial L itu. Ia mengerti bagaimana perasaan Lara, bahkan dia sendiri berpengalaman rasanya digantung. Bingung, antara ingin mundur dan bertahan. Kalau mundur rasanya ganjal, hatinya masih menginginkan Lara, dulu ketika dia masih mencintai gadis rapuh ini. Dan mau bertahan pun percuma, perjuangannya tak pernah dianggap.

L for Langgeng [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang