Twenty-seven

54.4K 3.2K 102
                                    

DI SHARE KUY
.
.
.
VOTE SAMA KOMEN OKE!
•••

•Eva depresi

Kedua kaki jenjang itu bergetar— melangkah menuju sosok rapuh di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua kaki jenjang itu bergetar— melangkah menuju sosok rapuh di depannya. Buliran-buliran air mata berlomba-lomba terjun hingga pipi merah itu basah oleh air asin tersebut.

Tangan kanan Lara terulur menyentuh pundak bergetar Eva. Sepertinya Eva tidak sadar akan kehadiran dia dan suaminya.

“Ma .... ” Keluarlah suara serak yang bergetarnya itu.

Tidur Eva terganggu. Lama menangis hingga akhirnya dia tertidur di samping suaminya. Menghapus sisa air mata, lantas Eva menggeliatkan lehernya ke belakang.

Netra wanita setengah baya itu membola. Jantung berdegup tak karuan begitu dua sosok yang diharapkannya berdiri dengan ekspresi berbeda. Terlihat dari riak wajah Lara kalau gadis itu tengah menangis.

Putranya? Oh! Tolong jangan tanyakan anak jahanam itu. Tentunya lelaki jangkung itu tidak peduli dan acuh pada apa yang terjadi.

“La-Lara?” Eva beranjak dan menubruk Lara dengan pelukan rindunya.

Sungguh Eva amat rindu dengan gadis yang sudah ia anggap anak sendiri ini. Ketimbang rindu pada anak kandungnya, Eva lebih merindukan Lara.

Di sela isakan tangisnya Lara menggumamkan, “Maaf, Ma. Maafin Lara udah ninggalin Mama. Maaf bikin Mama nanggung beban sendiri. Maafin Lara, Ma.”

Tangisan pilu kedua wanita itu mengisi ruang rawat Raden. Saling memeluk— menguatkan satu sama lain. Kepala Eva menggeleng tanda tidak menerima akan pengakuan maaf Lara.

Pelukan mereka berderai. Eva menghapus uraian air mata Lara. “Kamu enggak salah. Yang salah itu .... ”

Melayangkan sorot tajam bagaikan sebilah pisau kepada sosok yang sedari tadi berdiri menyaksikan mereka. Luka tidak berkutik ataupun menciut tatkala Eva menyorot dia tajam penuh dendam ... dan kecewa menambahi.

Di luar dugaan Luka hanya menaikkan alis remeh, seolah tatapan juga aura tajam Eva bukan apa-apa.

Melihat tatapan Eva tertuju pada suaminya, Lara menoleh. Saliva ia teguk kasar-kasar. Peka suasana tidak kondusif, Lara jauhi Eva dari Luka. Ia takut Ibu satu anak ini melakukan hal yang tidak diinginkan.

“Dia! DIA YANG UDAH BIKIN SUAMI SAYA SEKARAT! DIA! ANAK JAHANAM! KE NERAKA KAMU SANA!”

Seperti ada bom waktu menyerang. Eva benar-benar melakukan hal tak terduga. Wanita setengah baya ini meronta-ronta ketika Lara menahan agar tidak mendekati Luka.

L for Langgeng [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang