Sixteen

45.4K 3K 91
                                    

ALOHA BESTIEEEEE
.
.
.
KOMENNYA MANA?
.
.
.
HAYO SIAPA DI SINI YANG UDAH BOSEN?
.
.
.
YUK SHARE YUK CERITANYA
•••

•Kenyataan pahit

Malam tiba setelah matahari terbenam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam tiba setelah matahari terbenam. Terlihat dari pantulan cermin besar seseorang berjas warna hitam tanpa dasi juga tidak ia kacingkan, rambut yang biasa tidak ia polesi pomade, kini terlihat kelimis sebab pomade yang ia gunakan.

“Luka.” Luka, cowok itu tidak menoleh ketika Raden memanggilnya.

“Kamu udah siap?” Deheman Luka berikan.

Setelah memastikan putranya, Raden beranjak dari kamar yang dulu Luka tempati di rumah ini. Bola mata amber Luka menyorot tidak ada arti. Tidak bisa ditebak, entah apa yang kini dia pikirkan.

Dirasa ia terlalu lama berdiri di depan cermin, Luka angkat kaki dari kamar tersebut. Ia menutup pintu sebelum akhirnya menyusul sang papa di lantai dasar.

Tiba di lantai dasar, ia melihat mamanya yang acuh sambil membaca majalah. Mamanya masih marah. Dua hari ini Raden juga Luka didiamkan oleh perempuan setengah baya itu.

“Ma,” panggil Luka, ia mendekati beliau yang tidak menganggap kehadiran Luka.

Ketika Luka ingin menyalimi Eva, perempuan itu justru beranjak membiarkan tangan Luka yang hendak menyaliminya menggantung.

“Mama kamu butuh waktu." Di belakangnya Raden memaklumi keterdiaman Eva.

“Yuk. Nanti kemaleman.”

Dan sekarang anak dan Ayah itu meninggalkan rumah, tidak ada yang menyadari jikalau sosok yang mereka bicarakan tadi berdiri termenung di atas tangga.

“Kamu hancurin hati Mama, Luka.” Eva menangis begitu mendengar deruan mobil dari luar.

Ia tahu kalau malam ini putra dan suaminya akan bertemu dengan keluarga Pak Kusuma. Mungkin perkenalan antara Luka dan putrinya Pak Kusuma. Eva tak ikut serta, ia tak sudi bertemu dengan keluarga yang telah menghancurkan keluarga putranya itu.

Sampai kapan pun Eva tidak akan memberikan restu pada Luka dan Putrinya Kusuma

***

Ruangan VIP restoran diisi oleh kedua pria berjas hitam dan silver. Makanan sudah tersaji di atas meja. Namun, tak ada satupun dari mereka yang berniat untuk menyantapnya.

“Papa rasa Pak Kusuma masih di jalan.” Raden bersuara setelah sepuluh menitan mereka di sana.

“Lama,” celetuk Luka. Ia sudah jenuh duduk di kursi menunggu Kusuma.

L for Langgeng [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang