END

58.8K 2.5K 80
                                    

AKHIRNYA END JUGA
.
.
.
KANGEN NULIS SUMPAH😭
•••

END

“Luka kangen Papa yang dulu. Kangen kebersamaan kita,” lelaki remaja yang biasa terlihat tegar kini rapuh di hadapan sosok panutan yang diam-diam dia rindukan selama ini.

Di depan sang Papa, Luka bersimpuh mengucapkan kata penyesalan telah berbuat buruk pada sosok panutannya itu. Semenjak Raden memilih menjadi orang sibuk, Luka mulai berpikir bahwa Raden sudah tidak menyayanginya lagi, Raden lebih menyayangi pekerjaannya. Alasan Luka merebut perusahaan Raden agar Raden kembali lagi ke pelukannya. Menjadi Ayah yang selalu ada untuknya lagi, mengulang masa-masa kebersamaan mereka.

Egois? Terkadang, orang harus egois kalau ingin bahagia. Memang egois juga cara paling salah untuk mencapai kebahagiaan. Namun, apa mau dikata? Luka tak punya cara lain untuk memeluk Papanya. Hanya itulah cara agar Papanya kembali seperti dulu.

Maafkan Papa, Nak. Selama ini udah egois sama kamu,’ batin Raden.

Andai dia bisa bicara, mungkin saat ini diapun akan sama seperti Luka— mengucapkan kata maaf juga penyesalan —sayangnya ia tak bisa lagi berbicara sebab semua tubuhnya terasa kaku. Hanya gumaman yang bisa ia lakukan.

Tak jauh dari dua insan bergender male itu, Lara dan juga Eva mengusap pipi mereka yang basah karena air mata haru ketika melihat anak dan ayah itu saling berpelukan. Eva yang merupakan sebagai orang terdekat mereka, tetap saja merasa haru sebab dia juga baru melihat kedekatan suami dan putranya. Menyesal dia jarang berinteraksi dengan mereka dan selalu sibuk menjadi seorang dokter.

“Mereka sweet banget,” ucap Lara.

‘Jadi kangen Ayah sama Ibu. Gimana ya kabar mereka? Udah lama enggak ke makam mereka, ’ imbuh Lara dalam benaknya.

“Kamu kenapa Lara?” ujar Eva mengejutkan Lara.

“Ah! Enggak kok, Ma,” alibinya.

“Cerita aja. Biar kita kayak mereka,” Eva berkelakar seraya melirik Luka dan Raden.

Lara terkekeh. “Mama bisa aja,”

***

Rumah megah yang lama tidak ditempati. Namun, terlihat bersih dan asri seperti sedia kala. Empat insan berpasangan itu berjalan menuju pintu utama. Luka masih betah bersama Raden. Lelaki remaja itu mendorong kursi roda Raden hingga tibalah mereka di kamar Raden dan Eva.

“Papa istirahat dulu,” ujar Luka.

Eva dan Lara saling pandang melihat Luka menidurkan Raden dengan hati-hati. Hati mereka terenyuh begitu Luka mempersembahkan rasa sayangnya terhadap sang Papa. Dulu Lara berpikir Luka tidak menyayangi kedua orangtuanya, sebab lelaki yang merupakan suaminya itu terlihat cuek kepada mereka. Namun, apa? Kini ia diperlihatkan secara langsung oleh Luka kalau lelaki itu memang menyayangi orangtuanya, hanya saja caranya berbeda.

“Udah, tuh. Kita keluar. Biar Papa tenang di sini,” ucap Eva. Setelah menantu dan putranya keluar, Eva menyempatkan diri untuk menyelimuti Raden lalu mengecup singkat kening pria setengah baya itu.

‘Cepet sembuh, Pa. Kasian anakmu itu,’

***

L for Langgeng [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang