Seluruh murid SMA Nusa Bangsa keluar seiring suara bell tanda pulang berbunyi. Sebagian dari mereka pergi ke tempat eskul masing-masing untuk menjalankan eksktrakulikulernya. Di sisi lain Lara berdiri di depan halte seraya mengotak-atik ponselnya untuk memesan ojol.
“Ra. Lo pulang sama siapa?” tanya Iva ketika dia mendapati Lara berdiri sendirian di halte. Sebelum itu Lara mengira teman-temannya sudah pulang terlebih dulu.
“Ojol. Tapi belum pesen,” jawab Lara kemudian.
“Anterin gue ke UMJ, yuk!” ajak Iva mendapatkan kernyitan dari Lara.
“Mau ngapain?”
“Ngebantai cewek yang kemaren kencan sama suami nyokap,” tutur Iva, wajahnya terlihat datar.
“Jangan gitu, Va. Kalau mau nyelesain masalah jangan pakai kekerasan. Main pelan aja,” ucap Lara.
“Bukan gitu, Ra. Gue kesel aja sama suami nyokap kemaren marah brutal sama gue. Segala bandingin gue lagi. Emang dia sebaik apa sih sampe dibanding-bandingin gitu sama gue? Amit-amit aja gue dibandingin sama lakor.”
Lara mematikan ponselnya. Niat untuk memesan ojol ia urungkan, dan ia memilih mengantar Iva ke UMJ yang sepertinya lakor yang Iva maksud berada di sana.
“Dia kuliah di sana apa ngajar?” ucap Lara lantas menaruh ponselnya di saku.
“Kemaren gue kepoin IGnya, dia kuliah di sana.”
“Jurusan?”
“Kalo itu gue belom tau. Kita tanya aja lah ke sana. Hayuk!” ujar Iva lalu menaiki motornya. Usai itu dia menggunakan helm untuk melindungi kepala.
Lara menyusul gadis itu. Iva menyalakan mesin motor setelah Lara duduk dan memakai helm di belakangnya.
***
Gedung UMJ sudah ada di depan mata. Lara melirik ragu pada Iva. Gadis itu terlihat amat yakin dengan keputusannya. Padahal Lara tak ingin sang sahabat terlibat masalah di kampus orang. Kenapa juga Iva tidak menyelesaikan masalah tanpa pergi ke kampus si pelakor itu?
“Va. Kamu yakin?” tanya Lara. Iva mengangguk mantap.
“Mending nanti aja deh. Sore di kafe atau di mana gitu. Jangan di tempat belajar gini,” pesan Lara demikian.
“Biarin. Biar seluruh teman-teman di kampusnya tau kelakuan laknat dia.” Iva berucap menggebu-gebu. Gadis ini sepertinya tengah menyimpan dendam pada istri baru Ayahnya itu.
“Gim—”
Drrrt drrrt.
Iva yang hendak masuk ke area kampus terhenti tatkala getaran di ponsel terasa. Dia berdecak kesal sebab tidak jadi masuk ke wilayah kampus.
“Kenapa, Va?” ujar Iva begitu dia menerima sambungan telepon itu.
Lara mendekat guna mendengarkan pembicaraan antara Ibu dan anak itu. Samar-samar dia mendengar isakan dari sana membuat dia bertanya-tanya.
“Kenapa?” Dia bertanya seraya berbisik.
Namun, Iva tak menjawab. Justru gadis berambut pendek bak lelaki itu mengepalkan tangan seperti menahan amarah. Dan memang sebelum Iva mengepalkan tangan Lara mendengar ibunya Iva mengatakan bahwa wanita itu tengah disiksa oleh Ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
L for Langgeng [END]
Teen Fiction"𝗕𝗮𝗿𝘂 𝗮𝗷𝗮 𝗺𝗮𝘂 𝗺𝗼𝘃𝗲 𝗼𝗻, 𝗺𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗱𝗶𝗷𝗼𝗱𝗼𝗵𝗶𝗻." *** Siapa yang tidak senang dijodohkan dengan crush sendiri? Hampir sejuta umat mengatakan iya. Begitu juga Lara. Senang dan sedih menyatu begitu kabar orang tuanya tewas dalam k...