Six

47K 3.3K 64
                                    

AHOY VREN~
.
.
.

PAKABAR NICH?
.
.
.
SELAMAT DATANG DI PART BARU🍒
.
.
.
SIAP NGASIH KOMENTAR DI SETIAP PARAGRAF?
.
.
.
UDAH SHARE CERITA INI KE TEMEN KALIAN BELUM? KALO BELUM SHARE YA~
.
.
.
PELANGINYA MANA COYYYY🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈
.
.
.
LET'S HALU WITH ME🧡
•••

•Rama

Tempat yang paling Luka sukai adalah lapangan basket

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tempat yang paling Luka sukai adalah lapangan basket. Untuk jam kosong kali ini Luka menghabiskannya di lapangan indoor basket.

Tak, tak, tak.

Bola bundar berwarna oranye itu memantul menimbulkan suara nyaring. Gesekan yang berasal dari sepatu Luka juga menyertai. Dia begitu menikmati permainan basketnya sendiri.

Seragam putihnya sudah basah akibat keringat yang telah membanjirinya. Namun, ia tak peduli. Basket sendiri adalah hobinya sejak kecil dulu. Mengingat itu ia jadi rindu saat-saat ia diajarkan main basket oleh papanya.

Itu dulu, sebelum papanya sudah sesukses ini. Semuanya telah berubah semenjak dia menginjak usia dua belas tahun, saat di mana nama perusahaan papanya sudah melesat ke setiap negara, hingga melupakan anak yang selalu menanti dia.

Begitu juga mamanya yang lebih mementingkan orang-orang sakit ketimbang dia.

Mengingat dia yang sering diabaikan oleh keluarganya, emosi Luka tersulut. Terlebih saat mamanya meminta dia untuk menikahi orang yang tak ia kenal, membuat dia semakin brutal me-shooting bola tersebut.

“Temen lo kayaknya kerasukan deh, Ga,” gumam Gio usai tiba di lapangan ini.

Rangga hanya mengedikan bahu acuh. Ia berjalan mendekati ranjang tempat penyimpanan peralatan permainan bola basket, lalu ia mengambil bola basket tersebut.

Seraya memantul-mantulkan bola, Rangga mendekat pada Luka. “Ngapa lo? Esmosi banget keliatannya.”

Lalu Luka melempar bola pada Gio, dengan sigap Gio menangkapnya. Lantas Luka buka seragamnya hingga menampilkan singlet hitam yang juga basah sebab keringat.

“Gak bisa ya gak ngintilin gue?” Sedangkan Gio dan Rangga hanya menyengir kuda kala Luka menyinggung.

“Lagian bored banget gue di kelas. Pada berisik,” gerutu Gio.

“Tadinya kita juga mau ke kantin, pas denger ada orang di sini, yaudah kita ke sini.”

Luka hanya menampilkan riak datar. Menengadah seraya menormalkan napasnya yang tak beraturan.

L for Langgeng [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang