Twenty-nine

49.6K 2.8K 42
                                    

UDAH DISHARE KAN?
.
.
.
DIVOTE SAMA KOMEN JUGA DONG
•••

•Kembali atau berpisah?

Senyuman Lara terbit begitu indah. Puas telah berhasil bujuk mertuanya untuk makan bubur hambar ini. Sudah enam suapan Eva menolak sebab perutnya terasa penuh.

Lara meng-iyakan lalu mengambil segelas air putih dan menyodorkannya pada Eva. Ia senang mertuanya telah sadar dan kembali tenang. Sepertinya Eva sudah benar-benar tenang setelah lima jam tertidur akibat obat bius.

“Mama tidur lagi aja.”

Eva mengangguk samar. Dia membaringkan tubuhnya di atas brankar tersebut. Perlahan matanya terpejam. Namun, bukan berarti dia kembali masuk ke alam mimpi, ia hanya sedang mengisitirahatkan diri saja.

“Lara.” Lara mendongak setelah menaruh mangkuk di atas nakas.

“Iya, Ma, Kenapa? Mama butuh sesuatu?” sahut Lara.

Eva terdiam. Dalam diamnya ia menyangkal pertanyaan-pertanyaan Lara. “Mama mau kamu cerai sama Luka. Kamu mau, kan?”

Senyuman yang sempat terbit itu surut usai rungunya mendapat permintaan Eva. Jantungnya seakan berhenti memompa di dalam sana. Ia amat terkejut akan ucapan Mama mertuanya itu. Walau ia juga telah mengucapkan hal yang sama pada Luka, tetapi rasanya berbeda kalau Eva yang memintanya. Secara Eva sendiri yang menyatukan mereka, dan sekarang Eva sendiri meminta mereka cerai.

Ah, sudahlah! Lara pusing! Ia bingung kepada dirinya sendiri. Dia memang ingin cerai pada Luka, tetapi hatinya seakan menolak untuk berpisah. Egonya ingin berpisah sebab ia terlanjur kecewa pada lelaki berwajah flat itu.

“Ma-maksud Mama?”

Pejaman mata Eva terbuka. Dia bergerak untuk duduk lalu memegang tangan Lara. Tatapannya meneduh membuat Lara terenyuh. Tatapan inilah yang membuat Lara yakin untuk mewujudkan permintaan Eva. Menceraikan Luka.

“Mama ngerasa bersalah banget jodohin kamu sama Luka, Sayang. Ini semua gara-gara Mama. Mama udah bikin hidup kamu hancur. Semuanya salah Mama. Andai saja Mama enggak jodohin kamu, enggak mungkin kamu—”

Segera Lara usap punggung tangan Eva guna menenangkan wanita itu yang sudah terlihat gelisah. “Ma ....”

“Mama gak salah. Malah Lara bersyukur udah dijodohin sama Mama. Dengan kayak gitu Lara bisa belajar dari kesalahan-kesalahan yang udah terjadi. Ini semua bukan salah Mama, tapi emang udah takdir Tuhan.” Lalu dia mendekap Eva. “Udah ya, Mama istirahat dulu.”

Dekapan mereka pun terurai. Lara membaringkan Eva pelan. Tangannya mengelus-elus surai Eva lembut. Iris hazel-nya menatap dalam Eva. Melihat wajah damai Eva ia jadi teringat kedua orangtuanya. Ah! Sudah lama sekali ia tidak ke makam Ibu dan Ayahnya. Sepertinya ia harus ke sana sekarang.

***

Lara keluar dari mobil hitamnya itu. Dibaluti dress dan pasmina hitam juga kacamata hitamnya memberikan kesan anggun. Dua bouquet bunga lili dia bawa di tangan kanannya.

Sebelum masuk ke dalam makam, Lara menyapa penjaga makam itu terlebih dulu. Setiap kali berkunjung ke makam ini dia sering bertemu dengan penjaga makam tersebut. Setiap hari Jum'at dia ke sini, tetapi setelah masalah rumah tangganya menyerang dia menjadi jarang berkunjung ke rumah Ibu dan Ayahnya ini.

L for Langgeng [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang