7

3.5K 102 5
                                    

Hah! Hah! Hah! Ayaka berlari secepat yang ia bisa. "Sial! Sial!" Mulutnya mengumpat, melihat di belakang ada seorang pria bertato mengejarnya. Fakta dia sudah terpisah dengan Andrew dan Lasagna benar-benar diluar rencana. Jantungnya berdebar mau lepas, bukan hanya karena berlari, namun juga karena panik.

"Mau lari ke mana kau hah!?" Melihat penampilan pria itu, Ayaka tahu kalau ia berbahaya. Berbeda dengan Ayaka yang memilih strategi bersembunyi, pria yang sedang mengejarnya itu jelas sedang mencari orang untuk dibunuh dan dieleminasi. Ayaka langsung tahu kalau dirinya sudah pasti tamat kalau pria itu berhasil mendekati dan menangkapnya. Apalagi ditambah melihat senjata gergaji besar yang dibawa pria bertato itu, membuat Ayaka tahu harus menjaga jarak.

"Ngghh! Jangan mendekaaaaat!" Ayaka melempar pisau, tapi, dalam keadaan panik, pisau itu terlempar entah ke mana. Satu dari 10 pisau lempar yang ia bawa sebagai saku di pinggangnya sudah hilang sia-sia. "Nnnghhh!" Tapi, lemparannya tadi cukup membuat pria bertato yang mengejarnya itu tercekat. Ayaka pun langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk menghilang, bersembunyi di salah satu rumah.

Hah! Hah! Hah! Nafasnya menggebu-gebu. Ayaka lantas menyender ke dinding sambil mengintip apa yang dilakukan pria bertaro pengejarnya itu. "Si- sial... Kak Andrew... Kak Andrew..." Paha Ayaka gemetar. Dirinya yang sudah terduduk itu rasanya butuh waktu untuk dapat menggunakan pahanya yang gemetaran itu.

"Nona manis, di mana kau? Ayo keluar. Kalau kau menyerahkan diri aku berjanji untuk tidak membunuhmu... Kehehehe..." Melihat Ayaka yang tadi dikejarnya berpakaian terbuka sepertinya membuat niat pria bertato itu sedikit berubah. "Jangan khawatir Nona, kan tim yang boleh lolos dua? Kalau Nona keluar dan menurut aku berjanji tidak akan menyakiti Nona dan teman-teman Nona. Kita akan lolos bersama... Keheheh, bagaimana?"

Tawaran itu sebenarnya masuk akal. Daripada bermusuhan dengan orang mengerikan seperti itu, lebih baik Ayaka menerima tawarannya. Bekerjasama dengan tim lain otomatis meningkatkan kemungkinan selamat dan menang. Tapi, Ayaka jelas tak bisa percaya begitu saja. Ia tidak bodoh untuk keluar dan menerima tawaran itu!

"Nona cantik..." Pria itu memasuki rumah demi rumah. Ia tahu kalau Ayaka tak jauh. Jaraknya tadi hanya berselisih sekian detik dan ia juga tidak mendengar ada langkah kaki Ayaka selanjutnya. Pastilah, Ayaka sedang bersembunyi di dekatnya. "Aku tahu kau di sini..."

Hah... Nafas Ayaka perlahan mulai melambat lega melihat pria itu mencari ke arah rumah yang berlawanan. Ayaka yang terduduk lemas lantas memutuskan untuk beristirahat sejenak, memantau untuk memastikan pria bertato itu makin jauh, lalu ia akan mencari cara untuk menyusul Andrew dan Lasagna di kota bagian dalam. Itu pun... Kalau keduanya berhasil kabur dan selamat dari rekan tim pria bertato yang mengejarnya ini.

"Ba!"

"Kyah!" Ayaka sontak bergidik kaget. Jantungnya serasa mau lepas ketika tiba-tiba saja, pria bertato yang tadi tampak menjauh sekarang tepat ada di hadapannya. "A- A- A..." Sekujur tubuh Ayaka yang kaget dan takut dibuat gemetar sampai tangannya tak sanggup meraih pisau lempar di saku ikat pinggangnya.

"Hehehe, wahwahwah. Dari dekat ternyata jauh lebih cantik. Huh?" Mata pria bertato itu lantas naik turun melihat keadaan Ayaka, "Kehehe, kau sengaja berpakaian seperti itu untuk menggoda peserta lain ya? Taktik yang menarik." Pria berambut pelontos itu manggut-manggut sambil senyam-senyum.

"Mmghhh... Mmmghhh..." Ayaka menggeser badan, tapi dirinya ada di tepi rumah. Dinding bata ada berdiri tegak menghalanginya untuk terus mundur. Lalu, ketika pria bertato itu melangkah mendekat, "Ja- Jangan ke sini!" Seru Ayaka yang secara insting menemukan kekuatan untuk membuat tangannya bergerak sendiri mengambil pisau lempar di saku ikat pinggangnya dan kemudian mengacungkannya.

HIDDENVIEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang