Kemarin malam.
"Aku bisa membantumu membunuh mereka." Ucap Macaroni terkekeh sambil tetap bersembunyi memantau Rex dan rekannya.
"Ba- bagaimana caranya!?" Tanya salah satu anggota tim 22. Dia sudah berkeringat dingin sehabis disergap Macaroni, mengira kalau Macaroni akan menghabisinya yang ternyata tidak. Justru sebaliknya, Macaroni menawarkannya kerjasama agar dia dan timnya bisa bebas dari Tim 21.
Puk... Macaroni menepuk pundak pria yang lebih muda darinya itu. "Kaulah kuncinya. Mereka mengira semua senjatamu sudah disita, bukan? Ini..." Macaroni memberikan sebuah pisau ke pemuda itu. "Sembunyikan itu, kemudian gorok leher mereka berdua saat mereka lengah. Ingat, saat mereka lengah! Kalau berhadapan langsung dengannya, kau bukan tandingannya!"
Pemuda itu terdiam bingung menerima pisau Macaroni. "A- aku harus melakukannya sendiri!? Bagaimana denganmu?"
"Tenang. Kalau kau berhasil melumpuhkan setidaknya salah satu saja dari mereka, aku akan muncul dan bersama kita tinggal mengkeroyok mereka." Macaroni menganggukkan kepala dan sekalai lagi menepuk pundak pria yang dipengaruhinya itu.
"Di mana dia?" Rex akhirnya sadar kalau salah satu umpannya menghilang. Hal ini membuat rencana Macaroni pun mulai berjalan. Pria yang disekap Macaroni barusan menyimpan pisau pemberian Macaroni di celananya, dan kemudian ia berjalan kembali menuju Rex yang sedang santai bersama temannya.
Wajahnya terlihat pucat dan gugup, yang jelas saja Rex jadi merasa aneh dan sedikit curiga. "Ada apa?"
"Ti- tidak ada apa-apa." Sahutnya terbata-bata yang tidak memperbaiki apa pun. Ia lantas melihat ke arah temannya yang juga baru kembali. Hanya dia seorang yang tahu rencana Macaroni, temannya tidak tahu hal itu. Bagaimana cara memberitahu temannya? Itu sangat sulit sehingga lebih baik tidak dilakukannya saja. Ia seorang diri, harus melukai salah satu antara Rex atau temanya Rex. Lalu sekarang, mereka lanjut lagi berjalan mencari Macaroni di tengah gelapnya malam.
Gulp... Pria itu menelan ludah sambil melihat sekeliling, berharap menemukan pertanda kalau sosok Macaroni tidak meninggalkan mereka dan menepati janjinya.
"Hei kau? Ada apa?" Sekali lagi Rex bertanya dan kali ini ia benar-benar berdiri di depan menekan. Ia tahu ada yang aneh dengan umpannya ini setelah tadi.
"Ti- tidak ada apa-apa!"
"Jangan berbohong kau! Aku bisa membaca ekspresi orang!" Rex melotot dan berdiri tepat di depannya. Tangan dan kakinya gemetar sampai tak mau bergerak, tampaknya nyalinya memang hanya sekecil itu. Berhadapan dengan sosok Rex membuat kepalanya langsung kosong tak bisa berpikir jernih.
"Hei, sudah." Puk... Tapi, rekan Rex datang dan menepuk pundak Rex, "Menurutku kita sebaiknya segera kembali. Kalau markas kita diserang sekarang, Ann dan Falco akan kewalahan."
Rex menggaruk kepalanya sejenak, "Aaaghh! Ya sudahlah!" Akhirnya, berkat ucapan rekan Rex itu, mereka pun memutar arah, kembali ke markas tim hitam.
Tapi ini adalah masalah. Kalau mereka sudah kembali pulang, Macaroni tidak akan bisa membantu lagi! Akan jauh lebih sulit untuk menemukan celah menghabisi tim ini kalau mereka lengkap berempat! Tangan pria tim 22 itu mulai bergerak ke celana, dan sudah menyentuh gagang pisau pemberian Macaroni. Hanya ini! Hanya ini kesempatan terbaik bagi mereka untuk menyerang Tim hitam brengsek ini!
"Aaaaaaa!" Akhirnya, ia pun nekat dan menerjang Rex. Tapi, rekan Rex yang menyadari hal itu masih sempat mendorong Rex menjauh, Cras! Alhasil, tikaman pisau yang tadinya mengarah ke belakang kepala Rex meleset, dan justru tiba tertancap di paha rekan Rex. "Huh!?" Mata pria itu meleset ketika tahu dirinya gagal.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDENVIEW
Action(Dewasa) Ayaka, seorang streamer cantik terjebak dalam permainan mengerikan "Rumble Arena" yang diselenggarakan oleh sebuah situs streaming di Deepweb bernama Hiddenview. Bersama tiga rekan timnya, mampukah ia bertahan hidup dalam permainan gila si...