2 - 3

2.2K 111 2
                                    

Ayaka membawa sebagian pakaian dan barang-barangnya, lalu ikut pindah ke rumah yang sudah disiapkan Macaroni. Pria itu tampaknya memakai uang hasil menang ronde kemarin untuk menyewa sebuah rumah yang terletak sedikit lebih jauh dari kampus Ayaka. Bukan rumah mewah, malah bisa dikatakan rumah kecil hanya ada dua kamar tidur dan satu kamar mandi, serta ruang tengah yang fungsinya sama sebagai ruang tamu. Namun, halaman belakang rumah itu cukup luas, bahkan hampir seluas dua kali rumahnya. Mencari rumah dengan kategori seperti itu tampaknya cukup sulit, tapi beruntung Macaroni berhasil mendapatkannya karena kebetulan penyewa sebelumnya sudah pergi kehabisan kontrak.

Selain menyewa rumah, Macaroni juga sudah membeli berbagai alat olahraga yang sudah siap sedia di rumah itu. Ada treadmill, alat pull up, target panahan, serta alat angkat beban yang semuanya tersebar di dalam rumah dan halaman belakang. Alat olahraganya mungkin lengkap, bahkan hampir selengkap gym-gym mahal, hanya saja ... untuk perabotan lain serba seadanya.

Kasur lipat di lantai serta sepasang bantal dan guling menjadi satu-satunya isi perabotan di kamar. Tak ada lemari, sehingga Ayaka menyusun pakaiannya di atas lantai saja. Dapur juga seadanya, hanya kompor kecil dan kulkas kecil. Melihat keadaan yang sederhana ini membuat Ayaka sedikit merindukan kamarnya, tapi, dia sudah membulatkan tekad.

"Ganti bajumu, kita mulai pelajaran pertama." Ucap Macaroni yang kemudian lebih dulu pergi ke halaman belakang. Selain luas, halaman belakang rumah mereka ini juga memiliki pagar yang sangat tinggi, hampir dua setengah meter. Ditambah juga jaraknya dengan tetangga yang cukup jauh, sehingga bisa dipastikan kegiatan apa yang ada di dalam tidak akan kelihatan. Kecuali, ada yang sengaja memanjat pagar dan mengintip.

Ayaka hanya membawa sebagian pakaian, yang diutamakannya memang hanyalah pakaian olahraga. Semua baju-baju bagusnya, yang biasanya dipakai untuk jalan-jalan ditinggal di kamar. Ia tahu, tujuannya tinggal di rumah Macaroni ini hanya satu, yaitu latihan. Bahkan, Ayaka sempat kepikiran lebih ekstrim, yaitu meninggalkan Hpnya sekalian, tapi pemikiran itu ditepis karena Ayaka masih mau kuliah dan tidak ingin membuat khawatir teman serta keluarganya.

Setelah berganti dengan sport bra dan celana legging, Ayaka lantas menyusul Macaroni yang sudah duluan melepas baju di halaman belakang. Ayaka sempat terdiam karena baru kali ini ia melihat tubuh Macaroni seperti itu. Dan, saat itu perhatian Ayaka langsung tertuju kepada sebuah luka yang memanjang dari dada sampai ke titik pertama sixpack Macaroni. Tubuh lelaki itu penuh luka. Dari luka-luka itu, jelas sekali Macaroni ini sudah mengalami berbagai macam hal yang membahayakan nyawa. Dan kemudian, terlintaslah sebuah pertanyaan yang baru saja terpikirkan Ayaka, Siapa Macaroni ini sebenarnya?

"Aku tidak akan main-main. Aku akan benar-benar menyerangmu, kalau kau gagal menghentikanku, maka kau akan menghadapi apa pun akibatnya kalau kau juga gagal menghentikan tim lain menyerangmu. Mengerti?"

Ayaka mengangguk. Jantungnya jujur sedikit gugup. Ia memang sudah dibekali beladiri selama dua minggu oleh Steak sebelum bertanding di ronde pertama, tapi itu hanya dua minggu!? Ayaka mungkin bisa menguasai beberapa teknik dasar, tapi jelas saja itu tidak cukup! Buktinya tidak usah ditanya lagi, Ayaka hanya perlu mengingat apa saja yang sudah ia alami kemarin, dan itu menyadarkan Ayaka. Bahwa ia menang kemarin sebagian besar karena Macaroni dan juga keberuntungan yang sangat tinggi.

"Ggaaah!" Ayaka mencoba menyerang Macaroni, tapi pria itu lincah dan bisa membaca pergerakan Ayaka. Dalam waktu singkat, belum semenit, Ayaka sudah mendapati dirinya tercekik di lengan Macaroni yang ada di belakangnya. "Nnghhh! Ohok!" Ayaka menepuk-nepuk, memberitahu kalau cekikan Macaroni terlalu kencang. Tapi, Macaroni yang tahu itu memang menepati janjinya kalau ia benar-benar serius tak ragu menyakiti Ayaka agar Ayaka tahu apa akibatnya kalau ia gagal membela diri.

"Bwaaah! Ohok! Ohok!" Melihat Ayaka hampir pingsan, cekikan pun dilepas. Ayaka langsung jatuh tersungkur dengan nafas terbata-bata, tenggorokan serak, terbatuk-batuk. Tapi, Macaroni lantas tak berhenti sampai di situ, layaknya kejadian nyata di mana tentu saja tim yang menyerang Ayaka tak akan berhenti meskipun perempuan itu memohon-mohon. "Tidaaaak!"

HIDDENVIEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang