"Marco, ini misi baru untukmu." Setumpuk dokumen diletakkan di atas meja dan Marco pun mengambilnya. "Seperti biasa, apa pun yang kau butuhkan untuk misi ini tinggal melapor saja."
"Hmmmm..." Marco, pria itu hanya bergumam dan masih membaca selembaran-selembaran dokumen di tangan. Otaknya sejalan dengan lirikan matanya, mencari dan merencakan berbagai hal agar misi barunya ini dapat berhasil. "Akan kuhubungi nanti."
Marco pun berjalan keluar dari ruangan atasannya yang penuh berbau asap rokok itu. Entah, mungkin karena aromanya yang sedikit asam membuat Marco tidak jernih berpikir. Begitu keluar dan menghirup udara segar, barulah kepalanya jalan. Ia lantas masuk ke dalam mobilnya, meninggalkan rumah sederhana di pinggir kota yang sebenarnya merupakan gedung kantor cabang intelijen.
Sekilas, orang awam mungkin tidak ada yang tahu dan sadar kalau rumah sederhana yang tidak menarik itu dijaga begitu ketat di dalam. Ada banyak orang berpatroli namun dalam peran sebagai tukang kebun, atau pun tukang bersih-bersih padahal mereka semua dilengkapi senjata. Tidak ada yang tahu dan terpikirkan kalau rumah sederhana yang tidak menarik itu ternyata begitu penting. Sama pentingnya dengan misi yang ditugaskan kepada Marco, salah satu agen intelijen senior di sana.
Perdagangan manusia, itulah misi Marco. Dia ditugaskan untuk mencari informasi tentang sebuah komplotan penculik anak-anak kecil yang kemudian menjual mereka. Bagi Marco misi seperti ini adalah hal biasa, tidak asing bagi dirinya. Ia sudah biasa menjalani berbagai misi intelijen yang mirip-mirip seperti ini. Metode Marco cukup sederhana. Atas informasi yang ia punya sekarang, akan ia endus orang demi orang yang terkait.
Interogasi, memukul, menyiksa adalah hal legal yang merupakan wewenangnya dalam mengumpulkan informasi. Semakin banyak ia mengumpulkan informasi di lapangan, maka semakin cerah juga titik terang misi yang ia jalani.
Namun, kali ini ada sedikit perbedaan. Ada sesuatu yang asing dan tidak pernah dihadapi Marco selama menjadi agen intelijen. Kasus perdagangan manusia kali ini, terjadi bukan di dunia sehingga aksi lapangannya menginterogasi orang tidak dapat dilakukan. Kasus perdagangan manusia ini ada di dunia maya, lebih tepatnya di deepweb, kumpulan website tak terlihat yang hanya bisa diakses dengan cara-cara tertentu yang di mana Marco, sebagai orang lapangan tidak mengerti.
Kalau sudah begini, ia pun menuju kenalannya di bagian pertahanan cyber. Sebenarnya Marco tidak menyukai hal ini, karena ia lebih menyukai kasus-kasus di lapangan di mana metodenya dapat berjalan. Rasanya seperti menerawang tanpa tahu seperti apa wujud dari para bajingan yang menculik anak-anak, menyiksa lalu menjualnya di pasar digital ini.
"Lama tidak berjumpa Ed," sapa Marco ketika masuk ke dalam ruangan para staff pertahanan cyber dan bertemu dengan salah satu staff yang sedang rebahan di bawah meja kerja.
"Huaaah," Ed, sosok dengan kantung mata hitam dan rambut acak-acakan itu bangun sambil menguap. Wajar memang bagi pekerja pertahanan cyber seperti dirinya tidak punya jam kerja tetap karena kejahatan saling serang antar dunia maya dari mancanegara tidak mengenal waktu. Tubuh yang sedikit kurus itu lantas mengucek mata sejenak untuk melihat lebih jelas siapa yang mendatangi dan membangunkannya. "Tch!" Melihat ternyata Marco tampkanya itu membuatnya kesal. "Apa? Tidak perlu basa-basi, mau apa kau?"
Marco pun tersenyum karena dengan begitu ia dapat lebih cepat melanjutkan misinya. Ia lantas menjelaskan semuanya ke Ed terkait misi baru yang diberikan kepadanya. Segala data yang diketahui dan tertuang di dokumen yang dibawa Marco diserahkannya ke Ed. Penyelidikan sebuah situs perdagangan manusia. Sindikat ini menculik anak-anak, terutama anak jalanan untuk kemudian dijual. Beberapa data menunjukkan sebagian anak dibunuh untuk diambil organ tubuhnya, sebagian lagi dijual sebagai perbudakan, dan sebagian lagi dijadikan objek untuk video dewasa bagi orang-orang bajingan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDENVIEW
Action(Dewasa) Ayaka, seorang streamer cantik terjebak dalam permainan mengerikan "Rumble Arena" yang diselenggarakan oleh sebuah situs streaming di Deepweb bernama Hiddenview. Bersama tiga rekan timnya, mampukah ia bertahan hidup dalam permainan gila si...