4 - 10

1.1K 78 2
                                    

"Brengsek! Di mana dia!?" Rex kalang kabut mencari Ayaka yang sudah tak ada di gubuk. Di sana hanya ada Will, pria gendut itu terbaring tak sadarkan diri tapi kemudian setelah ditempeleng Rex, Will pun tersadar. "Woi tolol! Di mana sandera kita!?"

Will melihat ke belakang, dan ingatannya pun kembali setelah menganga beberapa saat. "Di- dia kabur!"

"Aku juga tahu dia kabur bodoh! Ke mana dia!?" Tanya Rex dengan mata melebar. Aksinya yang memarahi Will itu sontak membuat para pengawal pria gendut itu ingin marah, tapi, mereka tidak bisa beranjak dari tempat mereka karena merek harus menjaga serbuan tiba-tiba dari pasukan suku Kuwalakami yang jelas sekali masih ingin menerobos masuk.

Hari sudah mulai gelap, ditandai dengan langit yang menjingga. Aksi balas tembak menembak sudah mereda, menjadi aksi saling waspada. Dari kubu Rex waspada dan berjaga kalau pasukan Kuwalakami mendekat, sedangkan pasukan suku itu berusaha mencari celah untuk mendekat. Satu hal yang mereka sadari, mereka tidak bisa terus menerus membuang amunisi masing-masing.

"Bagaimana bos?"

"Diam dulu bangsat!" Balas Rex ke Yeti. Wajah pria itu tampak pucat dan panik. Apalagi kalau ia membayangkan ini akan membuat Elric marah. "Tch!" Akhirnya, sadar panik tidak akan membawa hasil, Rex menarik nafas panjang. "Dia tidak mungkin kabur ke arah depan, jelas sekali dia kabur ke arah belakang sana..." Gumam Rex.

"Apa yang terjadi?" Salah satu Tim 11 menghampiri Rex, dan Rex pun menjelaskan apa yang terjadi. Pria itu mengerti dan kemudian memanggil semua anggotanya. "Kami semua pemburu. Kami bisa membantumu melacaknya dan membawanya kembali ke sini."

"Tch!" Rex yang tidak bisa berpikir jernih pun mengangguki hal itu. Lagipula pikirnya, timnya dan para pengawal Will sudah cukup untuk menahan para pasukan Kuwalakami yang ingin menyerang mereka.

Rex kemudian mulai kepikiran, apa yang terjadi kalau misalkan pasukan Kuwalakami di depan sana tahu kalau Ayaka sudah kabur? Apakah mereka akan tetap lanjut menyerang mereka? Atau akan mundur?

Tapi, di balik itu semua, ada satu hal yang tidak disadari Rex, bahwa Andrew beserta Lasagna dan Frisja sudah sampai di bagian belakang markas mereka dan mengintip dari sana. Mereka bertiga juga mendengar percakapan Rex soal Ayaka yang berhasil kabur.

"A- Ayaka serius sudah kabur?" Frisja tidak ingin percaya sebelum ada buktinya. Dan bukti itu langsung tersaji di depan wajahnya ketika ia melihat Tim 11 berangkat mencari Ayaka.

Andrew dan yang lainnya langsung sembunyi merapatkan diri, agar tidak ketahuan Tim 11 yang berjalan melewati mereka itu.

"Bagaimana sekarang?" Tanya Lasagna ke Andrew.

"Sepertinya mereka berangkat mencari Ayaka. Kalau kita membuntuti mereka, mungkin kita akan bertemu Ayaka." Rencana pun sudah siap. Semua mengangguk setuju, namun, Lasagna berucap sedikit di saat mereka mulai membuntuti para tim pemanah itu.

"Hati-hati. Mereka sepertinya pemburu. Lebih baik jaga jarak kita agar tidak ketahuan mereka."

Di sisi lain, para Tim 11 itu mulai bergumam setelah mereka cukup jauh melangkah dari markas Rex. "Aliansi konyol." Gerutu mereka semua yang setuju, kalau sebenarnya mereka juga tidak ingin bergabung ke aliansi yang ujung-ujungnya tetap saja mereka akan saling bunuh.

"Kalian dengar kata mereka tadi bukan? Perempuan yang digubuk tadi adalah sandera. Sandera buat siapa? Buat para suku pedalaman itu?" Celetukan-celetukan itu pun membuat mereka semua berpikir.

"Lalu? Apa yang kau pikirkan?"

"Memang benar kalau pasukan suku pedalaman itu berniat menyerang tim peserta satu persatu, karena itu juga kita membuat aliansi bukan? Tapi... Mereka sampai repot-repot mau berkorban banyak untuk memaksa bertempur di sana padahal situasi tidak menguntungkan. Perempuan ini... Siapa pun dia, dia adalah orang penting. Kalau kita bisa mendapatkannya kembali ..."

HIDDENVIEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang