3 - 13

1.4K 95 0
                                    

"Bagaimana Kak?" Tanya Hailey ke Frisja dan juga Lasagna yang baru selesai berpatroli rutin pagi ini. Frisja pun menjawabnya masih dengan gelengan kepala dan raut muka kecewa.

Sudah beberapa hari ini mereka rutin menyusuri pulau Decarabia sampai ke tengah, mencoba melihat keadaan suku Kuwalakami. Seperti ucapan Macaroni, kalau Ayaka yang sekarang mungkin ada di desa suku pedalaman itu, namun, baik Frisja ataupun Lasagna sama-sama tidak bisa melihat ke dalam karena adanya pagar kayu yang menjulang tinggi.

"Gerbang mereka selalu dijaga. Kami juga tidak berani dekat-dekat kalau ketahuan ... bisa bahaya." Semuanya pun mengangguk mengerti akan alasan Frisja. Tentu saja, tidak ada yang mau dekat-dekat dengan desa di mana tinggal sekumpulan suku kanibal yang akan membunuhmu tanpa ragu ketika melihatmu. Kalau bukan demi mengetahui keadaan Ayaka, Frisja yang sekarang lebih memilih tinggal di goa saja sampai pertandingan selesai.

"Bagaimana luka kalian?"

Lasagna, sebagai satu-satunya orang yang mengerti medis melihat kedua pasiennya bergantian. Pertama Drian, luka di pahanya sudah cukup mengering dan Drian sendiri juga berkata kalau sekarang ia sudah bisa berjalan dengan normal. "Jangan memaksakan diri. Ini masih belum kering sempurna." Ucap Lasagna yang tidak mau pasiennya itu membuka lukanya lagi karena gegabah sudah mengira pulih seutuhnya.

"Terimakasih Pak." Jawab Drian yang tidak tahu bagaimana nasibnya kalau tidak bertemu Lasagna yang merawat lukanya ini. Dibilang keberuntungan mereka sudah habis di ronde pertama, ternyata tidak juga. Bertemu seorang dokter di pulau terpencil seperti ini, ditambah punya supply medis tentu saja bisa dikatakan keberuntungan.

Lasagna sendiri sekarang sudah menggali pakaiannya dari tanah, dan kembali memakai pakaian manusia modern, meninggalkan ide Ayaka untuk menyamar sebagai salah satu suku pedalaman. Ia merasa itu sudah tidak diperlukan karena semua yang ada di sekitarnya juga tidak melakukannya.

Lalu, perhatian Lasagna teralih ke Macaroni yang sekarang sedang duduk menyender sambil menekan perutnya. "Bagaimana lukamu?"

"Tak perlu dikhawatirkan Pak Tua."

"Jangan sok kuat. Bukan berarti aku peduli denganmu, tapi aku juga tidak bodoh. Kau yang paling bisa bertarung di sini, jika kau sembuh kesempatan kita untuk selamat jadi lebih tinggi."

"Hmh..." Jawab Macaroni mendengus dan akhirnya membiarkan Lasagna memeriksa kondisi tubuhnya.

"Masih parah, tapi sudah sedikit mendingan dan mengering. Kau masih merasa nyeri?"

"Tidak."

Entah itu jawaban sok kuat atau memang Macaroni benar-benar tidak merasa sakit. Yang jelas, melihat luka di tubuh Macaroni itu sekali lagi membuat Lasagna kepikiran bagaimana bisa lelaki ini masih selamat. Tekad dan semangat hidup lelaki ini tidak dapat dipungkiri begitu kuat. Lasagna, yang sudah memiliki pengalaman bekerja sebagai dokter masih dibuat terkejut karena Macaroni sama sekali bergeming ketika ia mengganti perban yang membalut luka. Padahal, kalau pasien normal biasanya sudah kelabakan dan berteriak.

"Aku pergi mencari makan dulu." Matteo sebagai satu-satunya lelaki yang tidak sibuk dan tidak terluka mengangkat badan. Memang, ini sudah waktunya mereka makan siang. Cuaca yang panas juga membuat tenggorokan haus.

"Aku ikut!" Hailey menyahut.

"Huh!?" Dan, mendengar seruan Hailey, Lasagna yang baru saja selesai memperban Macaroni seketika protes. Wajahnya memandang Hailey dengan serius tapi bibirnya sempat terbata-bata ketika hendak merangkai kata mencegah Hailey berangkat. "Jangan Hailey, kamu di sini saja! Kita tidak tahu apa yang menanti di hutan nanti!" Ucap seorang ayah yang khawatir.

"Tenang Yah, kan ada Matteo."

Lasagna yang menatap Matteo dibuat risih. Sejak pertama melihat pemuda gondrong itu, yang ada di dalam pikirannya hanyalah sosok yang tak dapat diandalkan. Bahkan, seandainya situasi mereka saat ini normal, di mana mereka hidup biasa di kota, Lasagna pasti akan menasihati Hailey untuk menjauh dari Matteo. Penampilan yang urakan serta tato di mana-mana jelas saja seorang Ayah tak mau putrinya dekat dengan pengaruh buruk seperti itu.

HIDDENVIEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang