3 - 3

1.4K 86 1
                                    

"Mulai sekarang kau dibebaskan dan kami, suku Kuwalakami tidak akan menyerangmu. Kecuali, kau berniat menyerang kami." Ucap wanita paruh baya berambut coklat itu menjelaskan keputusan peradilan kepada Andrew.

Andrew boleh pergi dari desa setelah satu hari penuh diadili dan diamati apakah berbahaya bagi mereka atau tidak. Ini semua berkat Kasa. Bocah itu mencoba menjelaskan kepada Kepala Sukunya kalau Andrew, Yusha yang satu itu tidak menyakitinya. Satu-satunya perlakuan yang pas untuk diberikan kepada Andrew memanglah membebaskan lelaki itu, karena ibarat pengadilan di dunia nyata, mereka sudah menangkap Andrew tanpa alasan dan sekarang ia terbukti tidak melakukan apa pun kepada Kasa.

Hanya saja, sidang terhadap Andrew sempat tertunda akibat aksi heboh seorang perempuan dari luar yang nekat masuk ke desa melalui sumber mata air terjun di ujung. Perempuan itu terjun dari sana lalu masuk ke dalam kolam suci dan keramat milik Suku Kuwalakami yang biasanya digunakan mereka hanya sekedar untuk melepas dahaga dan pada ritual-ritual tertentu.

Sungguh, aksi gila itu membuat seisi desa menjadi heboh sampai Andrew sendiri yang terduduk di rumah Kepala Desa ikut kebingungan apa yang terjadi dan kenapa semua orang tiba-tiba berwajah murka.

Disembelih di tempat adalah hukuman bagi orang yang berani mengotori kolam suci mereka, tak terkecuali bagi orang luar atau pun penduduk mereka sendiri. Andrew tidak tahu siapa dan sama sekali tidak mempunyai firasat tentang siapa perempuan yang telah membuat keributan di desa lalu menunda sidangnya ini. Sampai akhirnya, Ayaka tampak diseret masuk ke dalam rumah ketua suku dan diadili lebih dulu dibanding dirinya karena memang, permasalahan masuk ke dalam kolam suci itu sangatlah penting dan menghebohkan seisi desa.

"Di mana Ayaka!?" Tanya Andrew yang sekarang sudah dilepas dari belenggu ikatan dan juga todongan tombak di leher. Hal pertama yang muncul di pikirannya jelas di mana keberadaan Ayaka yang kemarin tampaknya mendapat hukuman lebih berat dari dirinya. "Dia masih hidup, bukan!?"

"Iya, tenang. Dia masih hidup," sahut di wanita misterius. "Dia sedang menjalani hukuman di sini, tapi kau ... orang luar tidak boleh mengunjunginya, kecuali kau siap mencari gara-gara."

Gulp... Andrew pun menelan ludahnya. Dia bebas. Dia bisa melangkah pergi, tapi tentu saja ia tidak bisa pergi begitu saja lalu meninggalkan Ayaka yang sekarang entah ada di mana dan sedang menjalankan hukuman seperti apa.

"Kenapa? Kau tidak jadi mau pergi dari sini?"

"Ayaka ... Bagaimana dengannya? Aku tidak akan pergi dari sini sebelum aku tahu Ayaka baik-baik saja!"

"Seperti yang kukatakan, dia masih hidup. Dia tidak bisa pergi bebas kecuali dia berhasil melakukan ritual penebusan dosa dua hari dari sekarang, saat bulan purnama nanti."

Andrew pun terdiam. Syukurlah jika Ayaka masih hidup dan ada kesempatan bagi rekan satu timnya itu untuk dapat bebas dari hukuman jika Ayaka berhasil melakukan ritual yang dimaksud wanita misterius ini. Hanya saja, ritual seperti apa? Andrew tetap ingin memastikan keselamatan Ayaka di sini sebisa yang bisa ia lakukan dan berikan. Dua hari lagi, saat bulan purnama ... "Kalau begitu, apa aku ... Bisa tinggal di sini sampai ritual itu selesai dilakukannya agar kami bisa bebas bersama-sama?" Tentu saja Andrew tidak akan meninggalkan Ayaka sendirian di desa. Lagipula jelas, alasan Ayaka jadi bernasib seperti ini kurang lebih karena berniat menyelamatkan dirinya.

"Kau ingin tinggal di sini? Di desa penuh dengan suku barbar yang bahkan menganggap memakan daging manusia dari luar suku mereka adalah kebanggaan ini?"

Terdengar mengerikan, Andrew tidak bisa berbohong, dia sedikit gemetar mendengarnya. Apalagi ia melihat langsung bagaimana ganasnya suku ini memakan salah satu peserta Hiddenview di pantai saat awal-awal mendarat di pulau ini. Tapi, "Iya..." Andrew mengangguk demi Ayaka.

HIDDENVIEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang