3 - 14

2.2K 128 26
                                    

"Terimakasih sudah menyelamatkan anakku, Pizza. Atau ... harus kupanggil namamu, Andrew?"

"Yah ... Karena ini ronde terakhir, kurasa nama asli kita sudah tak perlu disembunyikan juga." Sahut Andrew menurunkan bahu. Lagipula, sebelum ini pun seharusnya namanya dan juga nama asli Ayaka sudah ketahuan karena mereka berdua beberapa kali tanpa sadar memanggil satu sama lain dengan nama asli. Tapi, baru sekarang Lasagna memanggil. Sepertinya, pria itu memang sengaja untuk menjaga privasi kedua rekan timnya, namun kali ini memutuskan untuk menyudahi hal itu.

"Namaku ... Petra, itu nama asliku. Kita sudah melewati berapa banyak kejadian hidup dan mati baru kali ini berkenalan sungguh-sungguh."

Andrew menanggapinya dengan tawa kecil. Ia tidak keberatan. Mereka berdua pada awalnya memang ingin merahasiakan identitas masing-masing. Mungkin, rasa percaya yang tumbuh membuka perlahan masing-masing dari mereka. "Petra... Petra... Kau seorang dokter, bukan? Sepertinya aku pernah mendengar dokter dengan nama itu."

"Kalaupun kau mendengar sesuatu, itu pasti bukan hal yang baik."

"Hahaha. Aku Andrew, dosen di sebuah kampus."

"Yah, terlihat dari cara bicara dan bagaimana kau menyusun taktik hingga kita selamat sampai di sini. Terlihat kalau kau orang cerdas. Bagaimana dengan Nona Cheese dan dia? Apa mereka mahasiswimu?" Ucap Lasagna sambil mengangguk ke arah Frisja.

"Iya." Sahut Andrew.

Mereka semua, Andre, Lasagna, Frisja dan Hailey dalam perjalanan kembali ke gua. Sebelumnya, Frisja mengantar Hailey ke tempat di mana Hailey mengumpulkan buah-buahan bersama Matteo. Melihat ada pakaian Hailey berserakan di sana tanpa adanya goresan cakar serigala memberitahu Lasagna sesuatu. Ada yang terjadi, dan apa yang dilakukan anaknya itu bersama Matteo. Sungguh, itu membuat batin Lasagna tak karuan antara kesal, sedih, dan murka.

Tapi, ia harus memastikan satu hal terlebih dahulu kepada Hailey yang sudah selesai memungut dan memakai pakaiannya kembali. "Hailey ... apa yang kamu lakukan di sini?" Hailey tidak menjawabnya dan kembali memeluk lengan Frisja. "Hailey, jawab Ayah. Apa ... dia memperk0samu?"

"Tidak! Kami memang melakukannya atas dasar suka! Sudah! Jangan ikut campur!" Seru Hailey menarik tangan Frsija menjauh.

Andrew dibuat bingung tapi kemudian karena mereka harus segera kembali kepada tujuan, Andrew pun menepuk pundak Lasagna untuk lanjut berjalan. Para suku Kuwalakami yang ditugaskan untuk mengawal Andrew tetap setia membuntuti di belakang. Tak ada yang mengerti bahasa satu sama lain, mereka berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Pokoknya, tugas mereka adalah memastikan Andrew beserta teman-teman yang dijemputnya ini selamat sampai ke desa.

"H- Hailey!? Astaga! Syukurlah!" Matteo berlari lalu memeluk erat Hailey. "Aku ... aku... Kenapa ku malah lari ke dalam hutan!?"

Hailey berdiam diri sejenak. Dirinya yang dipeluk Matteo itu tetap menggenggam erat lengan Frisja yang barusan hendak menjauh untuk memberi mereka waktu berdua. "Aku ... panik, Kak."

"Hah... Syukurlah. Yang penting kamu masih selamat. Aku, minta maaf karena aku juga panik. Setelah aku sampai di gua, aku baru sadar kalau kamu tidak ada."

"Mmmm..." Hailey mengangguk pelan, dan kemudian bersama Frisja, Hailey diajak untuk duduk dan minum. Sejenak menenangkan diri.

"Tch!" Melihat bagaimana Matteo memeluk Hailey, membuat Lasagna mendesis. Tapi, dia juga tahu untuk tidak bersuara karena sepertinya Hailey masih berada dalam mood yang buruk.

Andrew yang melihat Lasagna sudah berpakaian seperti biasa merasa dirinya konyol. Ia pun hendak ikut, dengan mengambil pakaian dan kacamatanya yang ia kubur di gua. Tapi, "Oh, kau masih hidup rupanya kacamata aneh?" Sebuah sosok di dalam gua yang menantinya membuat Andrew terkejut sekaligus kesal.

HIDDENVIEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang