5

4.4K 116 6
                                    

Sudah dua hari, Ayaka tak bisa tidur dengan nyenyak. Pagi ini, cahaya matahari begitu menusuk masuk matanya yang tak bisa tenang beristirahat. Fakta jika ke mana-mana ada cctv yang mengawasinya membuatnya terus kepikiran hingga membuat rambutnya kusut. Mahasiswi cantik itu pun sekarang terbaring dan sudah pasrah, segala hal yang disebut dengan privasi itu tak bisa lagi ia nikmati.

Pernah, kemarin Ayaka berniat menutupi cctv kamarnya, dengan harapan, setidaknya saat di kamar ia bisa tenang menyendiri dari semua kegilaan ini. Tapi, tanpa perlu waktu lama, pesan dari BlackJack muncul berisi ancaman yang membuat Ayaka menelan bulat-bulat niatnya.

Tok! Tok! "Ayaka?" Terdengar suara ketukan disusul dengan panggilan Andrew. Dengan datangnya Andrew, Ayaka jadi tahu sekarang adalah jadwalnya mereka sarapan yang kemudian pasti dilanjut latihan di halaman belakang. Tok! Tok! "Ayaka?"

"Mmmhh..." Semangat sungguh tak ada di benak Ayaka. Ngantuk, cemas, pusing, stress, semua ia rasakan berkecamuk. Hanya Andrew nampaknya di sana yang menjadi sedikit naungan di tengah badai. Setidaknya, dengan mengenal salah satu dari orang yang ada di rumah itu membuat Ayaka merasa tenang. Terlebih, Andrew adalah dosen idolanya. "Ya, kak." Sahut Ayaka dengan lemas membukakan pintu.

"Ayo sarapan," Ajak Andrew mengangguk. Ayaka yang juga lapar ikut melangkah. Sungguh, berat rasanya. Ayaka ingin pulang. Ia ingin bebas. Ia menginginkan kembali privasinya itu! Seandainya Andrew tidak mengetuk pintu kamarnya setiap jam makan, pasti Ayaka memilih untuk di kamar saja.

Di meja makan, Lasagna dan juga Macaroni sudah lebih dulu hadir menyantap makanan. Ayaka duduk di sebelah Andrew, dengan sebelah tangan naik menutupi dadanya yang sekarang hanya dipakaikan selembar bikini tipis, salah satu dari pakaian yang terpaksa ia pakai, karena hanya itu adanya.

Memang, kehilangan privasi serta dipaksa untuk menjadi penghibur membuat Ayaka stress. Tapi, sebetulnya, perlakuan BlackJack dalam menjamu kebutuhan mereka semua bisa dikatakan sangatlah layak. Makan mereka dari pagi sampai malam adalah makanan mahal dan enak-enak. Sampai membuat Ayaka berpikir, jika ia harus mengambil satu hal postif dari nasibnya ini, itu pasti adanya makanan mahal gratis yang biasanya mungkin hanya ia nikmati seminggu, atau sebulan sekali.

Mereka berempat mulai menyantap sarapan bersama. Sebuah roti bakar daging melimpah tersedia, yang setidaknya mampu menghibur Ayaka sedikit.

Sambil menyantap roti bakar dagingnya, Lasagna yang duduk tepat di seberang Ayaka pun berceletuk, gara-gara melihat penampilan Ayaka. "Nngh, Nona Cheese?" Panggilnya yang membuat Ayaka menatapnya. "Apa si hacker bajingan itu sengaja hanya menyediakan pakaian-pakaian minim seperti itu ke Nona?" Tampaknya, pertanyaan itu baru segan dikeluarkan Lasagna hari ini, setelah ia berkali-kali melihat Ayaka tampak tak nyaman dan terus menutupi diri.

"O- Oh!? I- Ini..." Ayaka tertunduk. Ia ingat akan ucapan BlackJack untuk merahasiakan perihal tugasnya di tim ini. Meskipun, Ayaka beranggapan kalau dia hanya mengiyakan bahwa dirinya hanya disediakan pakaian minim tidak akan melanggar perintah BlackJack, tapi kemarin hal itu sempat menjadi masalah.

Andrew juga menanyakan hal yang sama, dan kemarin Ayaka mengiyakannya. Andrew pun berinisiatif untuk meminjamkan Ayaka beberapa lembar pakaiannya, namun, Ayaka yang sempat ingin menerimanya langsung ingat apa tujuannya di sana. Ia adalah penghibur. Akhirnya, dengan berat hati Ayaka menolaknya dan mengatakan bahwa ia berpakaian minim seperti itu karena memang kehendaknya sendiri. Dan hal ini, membuat Ayaka mendapat pesan pujian dari BlackJack.

"I- ini karena memang aku yang ingin makai pakaian seperti ini..." Wajah Ayaka memerah. Tangannya naik menutupi dada, bertolak belakang dengan ucapannya.

"Hmmm? Kalau begitu kenapa tidak teIanjang saja sekalian? Hahaha!" Macaroni yang telah selesai makan duluan pun berceletuk. Seperti kemarin, setelah makan ia langsung merokok dan menghilang entah ke mana. Dia tak pernah mengikuti sesi latihan bersama Steak seperti Ayaka dan yang lainnya. BlackJack nampaknya tidak mempermasalahkan hal itu, selama Macaroni tetap berada di dalam lingkungan rumah.

HIDDENVIEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang