3 - 12

1.3K 96 2
                                    

Tak terkira betapa leganya Ayaka setelah dirinya dimandikan dua pelayannya itu. Semua kotoran di tubuhnya yang ia kira bakal permanen membekas akhirnya berhasil dibersihkan. Sungguh, rasanya berjam-jam ia duduk dan digosok sampai lumpur tanah yang telah mengering itu terlepas dari kulit. Ini adalah pertama kalinya Ayaka mandi sampai selama ini. Kulit jarinya saja sampai mengkerut. Tapi itu semua terasa tak apa setelah badannya benar-benar merasa segar. Aroma tak sedap pun juga menghilang, setelah badannya digosok dengan sebuah daun yang entah daun apa, namun sepertinya suku pedalamn ini memakai daun itu sebagai pengganti sabun bagi manusia modern

Ke mana pun Ayaka melangkah, semua pandangan suku Kuwalakami tertunduk. Dirinya sudah benar-benar seperti sebuah makhluk ilahi yang turun ke Bumi dan sekarang dipuja serta dihormati.

Kepala suku mereka sampai melepaskan topeng harimaunya dan kemudian berlutut di hadapan Ayaka yang sekarang menurut saja, dibawa kedua pelayannya menuju singgasana kepala suku di tengah desa.

"Duduk di sini?" Tanya Ayaka dengan bahasa isyarat. Kedua pelayanya itu pun mengangguk, dan Ayaka duduk di sana. Perasaannya masih aneh karena tidak pernah sekalipun ia diperlakukan layaknya dewi seperti ini. Melihat kepala suku yang berlutut di hadapannya membuat Ayaka sedikit merasa tidak nyaman, karena sekarang, singgasana terbesar di suku itu yang merupakan milik kepala suku sudah ia ambil alih. Tapi, si kepala suku yang awalnya tegas tampak rela memberikan singgasananya untuk Ayaka duduki.

"Kalau misalkan mereka tahu aku ini curang di ritual kemarin dan hanya berpura-pura menjadi dewi mereka ... apa yang terjadi?"

"Kita semua akan mati dimakan mereka hidup-hidup," sebuah suara menyahut. Sosok Barbara berjalan dan menghampiri Ayaka di singgasananya. "Bagaiamana? Kau mulai terpikir untuk tinggal di sini saja sebagai dewi mereka?"

"Tidak!" Ayaka menggelengkan kepalanya. "Meskipun ini sangat membuatku merasa spesial, tapi ini semua hanyalah kebohongan. Aku bukan dewi mereka dan ini juga bukan rumahku! Aku masih ingin kembali!" Bicara tentang kembali, sosok Andrew yang berangkat ditemani beberapa pasukan suku Kuwalakami juga masih belum terlihat di mana-mana. Sepertinya pria itu belum kembali ketika tadi berencana menjemput Lasagna dan Macaroni di gua.

Tapi, dibilang menjemput pun, Ayaka tak tahu di mana dua orang rekan timnya itu. Bahkan, apakah mereka masih hidup atau tidak saja, Ayaka tidak tahu. Mungkin itu yang membuat Andrew agak lama, karena kalau misalkan Andrew tidak menemukan mereka di gua, Andrew pasti melanjutkan pencariannya di seisi hutan.

"Bagus. Jangan sampai kau terlena karena diperlakukan seperti dewi di sini. Ingat rencana kita untuk menghancurkan Hiddenview." Barbara melipat tangannya, dan Ayaka tidak menanggapi hal itu. Sejauh ini, Ayaka tidak ada niatan untuk setuju mencari masalah seperti itu. Dia hanya ingin menang dan pulang.

"E- eh!? Ngapain mereka!?" Seru Ayaka yang mendapati tiba-tiba dua pelayannya itu mulai mengoleskan sesuatu ke tubuhnya. "A- apa ini!?"

"Tenang. Itu hanya cat alami, didapat dari campuran buah-buahan dan juga darah hewan. Itu adat mereka, ikuti saja."

Baru saja merasa dirinya bersih, Ayaka langsung meringis kembali mendapati tubuhnya dimacam-macami seperti ini. Tapi, cairan merah yang dioleskan ke sekujur tubuhnya ini membuatnya ingat. Suku Kuwalakami ini terlihat berkulit merah pasti karena cairan ini, yang rupanya ternyata berasal dari campuran buah dan ... "Tu- tunggu!? Darah hewan!? Enggak! Aku sudah cukup merasa kotor selama tiga hari kemarin!"

"Jangan melawan!" Seruan Barbara lantas menyadarkan Ayaka yang sudah mau berontak kalau dirinya yang duduk di singgasana itu menjadi pusat perhatian seisi desa. "Meskipun kau sudah dianggap titisan dewi mereka, kau tetap tidak bisa mengubah adat mereka. Sudah, biarkan saja. Mereka hanya ingin membuatmu menyatu dengan alam biar tidak seperti manusia luar pulau. Setidaknya ... itu makna dari melumuri badan dengan cairan merah itu."

HIDDENVIEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang