2 - 4

2.1K 99 2
                                    

"Aw... Aw! Aw!" Berjalan saja sudah penuh perjuangan. Seluruh otot Ayaka pegal, padahal ini sudah lewat satu hari semenjak hari pertama ia latihan bersama Macaroni. Pria itu masih berbelas kasih, di mana memberikan Ayaka satu hari istirahat setelah hari pertama ia menyiksa Ayaka habis-habisan. Ayaka pun tak banyak tingkah, ia memanfaatkan waktu itu dengan rebahan, tidur, dan makan. Tapi tetap saja, tubuhnya sekarang masih pegal.

Rintihan Ayaka yang sekarang berusaha menggerakkan tangan untuk menggapai gagang pintu kamar mandi pun terdengar oleh Macaroni yang sedang berolahraga pagi. "Kenapa kau? Butuh bantuan untuk kumandikan seperti dulu? Hehe." Ayaka tak menjawab godaan itu dan memilih untuk melawan pegal.

Tapi memang benar. Tangan, paha, kaki, perut, semuanya pegal. Ayaka saja tak bisa menggosok punggungnya karena tangannya terlalu pegal. Alhasil, ia pun mandi seadanya, di mana yang penting ia sudah membasuh keringat semalaman yang melengket di tubuh dengan air mengalir.

Panas, itu jelas. Tak ada ac di kamar rumah ini, berbeda dengan kamar Ayaka. Memang sengaja, di mana kata Macaroni agar Ayaka tidak manja yang menurut Ayaka sedikit ada benarnya. Ia tidak tahu ronde berikutnya nanti akan dilaksanakan di mana. Lebih baik terbiasa tidak nyaman dari sekarang sebagai latihan, agar nanti ketika event kembali dimulai Ayaka tidak kaget. Saat ronde pertama saja, Ayaka jatuh ketiduran karena sangat kelelahan. Akan menjadi masalah kalau misalkan Ayaka tidak terbisa tidur di area yang tidak nyaman misalkan ia tidak lelah tapi tetap butuh istirahat.

Dan itu membuat masalah lain, di mana Ayaka sempat was-was melihat ke arah pintu kamarnya yang tidak ada kuncinya. Jelas saja ia was-was kalau Macaroni tiba-tiba kumat, masuk sembarangan ke kamarnya lalu menerkamnya malam-malam. Apalagi Ayaka yang kepanasan hanya tidur pakai kaos tipis tanpa apa-apa di baliknya. Untungnya, selama beberapa malam sudah bersama, hal seperti itu tidak pernah terjadi.

Ayaka yang selesai mandi lanjut sarapan. Tak ada meja, ia makan di lantai, di mana saat ini ada Macaroni yang juga sedang sarapan.

"Jam berapa kau kuliah?"

"Sebentar lagi..." Ayaka melihat jam, di mana sekarang sudah jam 8 dan jadwal kuliahnya dimulai jam 9.

"Sampai kapan?"

"Sampai siang, jam 2."

"Bagus, kalau begitu kita mulai latihan setelah kau pulang." Ayaka mengangguki saja hal itu.

Ia masih harus kuliah. 3 bulan ini ia memang bebas dari segala hal yang berbau BlackJack ataupun Hiddenview. Itu berkah, sungguh berkah, tapi ada konsekuensinya. Salah satunya terkait kuliah Ayaka ini. Ayaka tidak bisa punya alasan untuk tidak kuliah selama 3 bulan agar ia fokus berlatih bersama Macaroni. Seandainya ada pihak Hiddenview dan BlackJack, mengingat bagaimana sumberdaya mereka, pasti bisa membuat Ayaka izin 3 bulan dari kampus dengan sangat mudah. Selain itu, Ayaka juga harus hadir untuk tidak membuat Andrew, Frisja, serta keluarganya curiga kalau main bolos saja.

"Tubuhmu masih pegal?"

"Iya," Ayaka mengangguk.

"Bagus. Makan yang banyak karena itu protein," tunjuk Macaroni ke roti daging yang sekarang mereka santap. Seakan tahu pikiran Ayaka yang berniat berhenti sebelum habis memakannya. "Protein akan membantumu lebih cepat pulih, dan semakin kuat."

Ayaka terdiam. Ini benar-benar aneh. Perasaannya semakin bingung karena sosok Macaroni brengsek yang ia kenal tidak seperti dulu. Bukan berarti Ayaka berharap Macaroni kembali berkelakuan seperti saat mereka bertemu, hanya saja... Ya seperti melihat anak nakal yang tiba-tiba berkelakuan baik. Antara aneh, dan sedikit lega juga.

"Apa?" Tanya Macaroni yang mendapati Ayaka daritadi melihatnya.

"Kamu ini... Sebenarnya siapa?" Pemikiran ini tercurah menjadi pertanyaan. Setelah dilatih orang ini, dan tinggal serumah, tentu saja Ayaka penasaran. Ditambah kelakuannya yang berubah-ubah semakin tidak pasti, serta skillnya yang tidak usah ditanya lagi.

HIDDENVIEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang