Cahaya hangat yang masuk ke dalam sumur membangunkan Ayaka. "Nnghhh!" Tubuhnya terasa remuk. Segala macam luka-lukanya malam tadi baru saja terasa, dari punggung dan bahu yang memar-memar serta sedikit perih di telapak kaki dan punggung.
Ayaka mendongakkan kepalanya ke atas. Cahaya. Tak ada satu pun moncong serigala ganas yang terlihat di sana. Malah sekarang terdengar suara kicauan burung. Sungguh, malam dan pagi rasanya berbeda. Hutan yang tadi malam begitu mengerikan sekarang terlihat menenangkan.
Ayaka kemudian berdiri. Sekujur tubuhnya basah air sumur yang telah bercampur tanah. Beberapa cacing yang masih hinggap di kulit disapunya. Begitu juga dengan katak yang bertengger di dada. Tubuhnya menggigil. Dingin. Semalaman berendam di dalam air dan tertidur membuatnya bangun-bangun dalam keadaan badan tidak nyaman.
"Tolong!" Ayaka berteriak, tapi tidak ada yang menyahutnya.
Sumur itu tidak terlalu dalam. Hanya sekitar empat meter. Setelah memastikan darahnya lancar terpompa hingga jemari tangan dan kakinya dapat mengepal, Ayaka pun berusaha mendaki ke atas. Ada bebatuan mencuat keluar sehingga ia bisa berpijak dan menarik tubuh ke atas. "Nnghhhh!" Walau sempat terpeleset berkali-kali dan menghabiskan semua tenaga yang ada, akhirnya Ayaka berhasil naik.
Tenaganya langsung habis. Ia pun keluar dari sumur dan terjatuh ke tanah. Nafas tak beraturan dan kepala sedikit pusing. Terik matahari menyengat tubuh yang basah air tanah bercampur keringat. Saat ini, ia tidak sanggup lagi membayangkan kalau misalkan ada kawanan serigala yang menghampiri, tapi matanya yang lelah kembali terpejam.
Ayaka lantas dibangunkan dengan suara-suara berisik. Kali ini, ketika ia membuka matanya, ia sudah berada di bawah naungan atap. Alas tempat punggungnya terbaring juga terasa empuk dan halus, walau tidak seempuk kasur kamarnya yang jelas jauh lebih baik daripada terbaring di tanah.
"Huh!? Ini ... di mana!?" Mata yang berkunang-kunang menyipit. Ayaka bangkit terduduk lalu menaungi matanya dari cahaya yang masih belum bisa ia sesuaikan. Kemudian, setelah beberapa detik dan penglihatannya kembali normal, ia pun melihat di depannya ada Barbara duduk bersama dua orang wanita suku Kuwalakami. Kedua wanita itu langsung menunduk dan hampir bersujud ketika melihat Ayaka duduk.
"Kerja bagus. Kau keluar dari sumur itu membuat mereka mengira kau tidak bersembunyi sepanjang malam dan memang diampuni para kawanan serigala."
Ayaka masih mengatur nafasnya. Ia merasa aneh saja melihat dirinya dihormati sampai menunduk hampir sujud seperti itu. "Ja- jadi ... Apa yang terjadi?"
"Kau satu-satunya yang selamat dari ritual kemarin dan sekarang kau sudah ada di desa kembali," Barbara kemudian tersenyum melihat dua wanita suku Kuwalakami di sebelahnya tertunduk. Hal ini memberikan isyarat kalau rencananya sudah berhasil. "Mereka tidak tahu apa rencana kita malam tadi, yang jelas kau selamat dari ritual itu dan ... Kau sekarang adalah dewi mereka."
"A- aku ..." Ayaka menggelengkan kepala. "Aku tidak peduli soal itu!? Di mana Kak Andrew!? Aku ingin pergi dari sini!"
Ayaka berdiri dan berlari keluar. Rupanya ia sedang dirawat di salah satu rumah penduduk. Namun, begitu ia berlari keluar semua warga desa yang sedang beraktifitas langsung menghentikan semuanya. Wajah mereka semua terkejut pada awalnya, lalu kemudian menunduk ketakutan. Seperti domino, mereka semua menunduk hampir bersujud kepada Ayaka yang kebingungan tidak terbiasa dengan hal ini. Perempuan berdarah campuran itu pun berdiri kebingungan di tempat, sampai terdengar sebuah suara memanggil, "Ayaka!" Seru Andrew.
"Kak!"
Mereka berdua berpelukan erat. Mengetahui kalau mereka berdua sekrang sudah bebas rasanya sungguh melegakan. Pelukan erat pelampiasan dari benak yang lega melihat satu sama lain baik-baik saja tak terelak, meskipun mereka ada di tengah desa dan menjadi tontonan semua warga yang menunduk menghormati Ayaka. "Ayo pergi Kak!" Ajak Ayaka menarik tangan Andrew tapi, Andrew tidak mengikutinya. "Kak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDENVIEW
Action(Dewasa) Ayaka, seorang streamer cantik terjebak dalam permainan mengerikan "Rumble Arena" yang diselenggarakan oleh sebuah situs streaming di Deepweb bernama Hiddenview. Bersama tiga rekan timnya, mampukah ia bertahan hidup dalam permainan gila si...