Part 6 - The First Meeting

12K 1.1K 6
                                    

"Bibi Helen? Noah? Apa kau ada dirumah?" ujar Gene sambil mengetuk pintu bercat hijau tua itu.

Tidak ada jawaban dari arah dalam ruangan sama sekali. Gene mencoba menggerakan pegangan pintu kayu itu. Terbuka! Tidak biasanya Bibi Helen membiarkan pintu dalam keadaan terbuka. Tanpa pikir panjang, Gene pun melangkah masuk ke dalam ruang apartmen itu.

"Geneviève Ross? Akhirnya kita bertemu juga."

*********

Tubuh Gene membeku. Ia hanya bisa berdiri di ambang pintu apartemen Bibi Helen. Kedua mata biru gadis itu menjelajah ke seluruh bagian ruangan. Tampak seorang pria tampan berkisar umur tiga puluhan sedang duduk di sofa. Pria itu berpakaian rapi dan memakai jas berwarna abu-abu tua. Terlihat pula seorang pria berambut hitam berdiri di sampingnya. Lalu, terlihat pula beberapa pria tinggi berpakaian hitam berdiri di sekita pria berjas itu.

Gene mencoba mencerna pemandangan di hadapannya dengan seksama. Ia belum pernah melihat atau bertemu dengan pria-pria itu sebelumnya. Mungkin saja mereka tamu-tamu Bibi Helen atau jangan-jangan...

Tiba-tiba saja, pintu masuk itu tertutup dengan cukup keras. Gene menoleh ke arah belakang dan melihat seorang pria berbaju hitam berdiri di depan pintu. Gene mencoba mempelajari keadaan saat ini. Tampaknya ia berada di jalan buntu.

"Siapa...kalian?" ujar Gene gugup.

Pria berjas abu-abu itu bangkit dari duduknya. Ia merapikan jasnya yang terlihat sedikit kusut. Tanpa segan-segan, pria itu berjalan mendekati Gene, yang masih berdiri tidak jauh dari pintu apartemen.

"Aku tidak akan berlama-lama." ujar pria berjas itu. "Katakan, dimana Raynold Sebaski?"

Glek!

'Jangan-jangan...dia...Vincent Zegna!' batin Gene.

Mata gadis itu membelalak. Mulutnya kaku, sekaku tubuhnya. Saat nama Ray disebut, Gene sudah dapat menduga jika pria yang berdiri di depannya adalah Vincent Zegna. Tiba-tiba saja, Gene merasa begitu takut. Vincent Zegna begitu...mengerikan. Auranya terasa sangat mengintimidasi.

"Aku...aku tidak tahu." ujar Gene berbohong.

Vincent menyalakan sebatang rokok dan menyisipkan benda itu di bibirnya. Matanya menatap Gene dengan tajam. Tatapannya begitu mematikan. Rasanya seperti dihujam beribu jarum. Sungguh mengerikan.

Ruangan apartemen itu begitu hening. Satu-satunya suara yang terdengar adalah suara air yang menetes dari keran dapur Bibi Helen. Tidak ada satupun dari pria-pria itu yang mengeluarkan suara, membuat suasana di ruangan itu terasa mencekam.

"Aku tidak akan mengulang pertanyaanku, Geneviève." ujar Vincent.

Geneviève? Baru kali ini ada yang memanggil namanya dengan lengkap. Rasanya terlalu janggal. Gene berusaha membaca situasi di ruangan itu. Namun luka-luka di tubuh gadis itu membuatnya sulit untuk berkonsentrasi.

"Jawab pertanyaannya, Gadis Bodoh!" ujar Travis.

Keringat Gene mengucur deras di pelipisnya. Entah apa yang harus dilakukannya. Mengatakan lokasi Ray, sama saja dengan mengorbankan Ben dan Lou sekalian. Tidak, ia tidak bisa melakukan itu.

"Haruskah aku melakukan sesuatu pada Noah kecil dan bibimu tersayang, agar kau mau membuka mulutmu?" ujar Vincent sambil menghembuskan asap ke arah wajah Gene.

"Noah? Bibi Helen? Dimana mereka?" ujar Gne terdengar panik.

Vincent memberikan sebuah instruksi kepada Travis. Tak lama kemudian, seorang pria berbaju hitam membawa Bibi Helen dan Noah keluar dari kamar tidur utama. Wajah pucat Noah terlihat begitu ketakutan.

Heaven on EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang