"Eve...Tolong aku!" teriak Noah.
Sayup-sayup nemun pasti, Gene mendegar suara Noah dari kejauhan. Gene mencari sumber suara. Ia yakin betul itu suara adik kesayangannya. Gadis itu menyusuri lorong gelap yang didominasi warna hitam itu. Lorong itu memiliki banyak sekali pintu di sisi kanan dan kirinya. Sulit sekali untuk melihat ujung lorong ini.
Gene menghampiri pintu itu satu per satu dan mendekatkan telinganya untuk mencari suara Noah. Tampak dari kejauhan, terlihat sebuah pintu berwarna putih. Sangat kontras dengan lorong yang didominasi oleh warna hitam itu.
Gene mendekatkan diri ke arah pintu putih itu. Suara Noah semakin terdengar dari balik pintu. Dengan gugup dan ragu, Gene menyentuh pegangan pintu dan membukanya secara perlahan.
Di balik pintu itu, terdapat sebuah ruangan kosong berwarna putih. Semuanya serba putih.
Dai kejauhan, Gene melihat Noah sedikit demi sedikit tenggelam dalam pasir hisap. Adik kesayangannya itu terlihat begitu ketakutan."Noah! Bertahanlah. Aku akan menyelamatkanmu!" ujar Gene.
Krakkk!
Gene tidak bisa menggerakkan kakinya. Sesuatu menahan kedua kakinya untuk melangkah. Gadis itu pun berusaha untuk menggerakkan kakinya, namun tetap terasa berat. Gene menoleh ke arah bawah. Kakinya dibelenggu oleh rantai yang sangat besar. Gadis itu mencoba untuk membuka rantainya dengan sekuat tenaga, namun hasilnya nihil.
Dari kejauhan, Noah masih memanggil dan melambaikan kedua tangannya. Gene mencoba segala cara untuk membuka rantai itu. Saat ia kembali menoleh ke arah Noah, terlihat kedua tangan Noah dan lama kelamaan seluruh tubuh Noah hilang ditelan pasir hisap itu.
Air mata mulai menggenang di mata Gene. Rahangnya terbuka lebar. Gadis itu masih tidak percaya bahwa adik kesayangan telah menghilang. Tangis Gene pun pecah seketika.
"Tidak!!!"
Kedua mata Gene terbuka lebar. Pasir hisap itu tidak ada lagi di pandangannya. Kini semuanya berwarna abu-abu. Gene menoleh ke arah kiri dan kanannya. Ini bukan ruangan yang ada di balik pintu putih tadi. Namun tempat ini terasa begitu familiar.
"Apakah Anda sudah siuman, Nona?"
Terdengar suara seorang wanita dari arah sebelah kanannya. Gene melirik ke arah asalnya suara. Sesosok wanita paruh baya tengah berdiri di sampingnya. Sontak, Gene langsung terbangun dan bersikap waspada.
"Siapa kau? Di mana Noah? Aku ada di mana?" tanya Gene.
"Tampaknya Anda bermimpi. Namaku Maria. Anda sebaiknya tidak terlalu banyak bergerak, Nona. Dan, maaf, aku tidak tahu di mana Noah." ujar Maria.
Maria memegang lengan Gene dengan halus lalu memegang kening gadis itu seakan-akan sedang memeriksa tubuhnya. Gene memandang wanita itu dengn seksama. Tampaknya Maria berkata jujur.
"Aku ada di mana? Apa yang telah terjadi padaku?" ujar Gene.
"Anda berada di mansion Zegna, Nona. Anda sudah dua hari tidak sadarkan diri." ujar Maria.
"Apakah aku sedang bermimpi?" ujar Gene sambil menampir kedua pipinya.
Hah? Mansion Zegna? Gene merasa sangat kebingungan. Semuanya bercampur aduk antara mimpi dan kenyataan. Ruangan ini tampak berbeda dengan ruangan tempat ia disekap sebelumnya. Ruangannya kini lebih besar dan tertata rapi. Tidak ada debu yang menumpuk di atas furnitur. Tidak ada pula kain putih yang menutupi barang-barang di ruangan itu.
"Apa kau melihat Ben, Ray, dan Lou? Mereka adalah teman-temanku." ujar Gene terdengar sedikit panik.
"Tidak, Nona." ujar Maria. "Sebaiknya Anda berbaring kembali, Anda belum sepenuhnya pulih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heaven on Earth
AcciónGene & Vincent (Series) - #Seri 1 Geneviève Lorraine Ross Gadis tomboy yang juga merupakan seorang peretas handal, bersedia melakukan apapun untuk Noah, adik lelakinya tersayang dan juga teman-temannya agar mereka tetap selamat. Namun, ia harus berh...