Malam itu hujan turun cukup deras, mengguyur kota New York yang masih terlihat ramai. Jalanan pun masih dipadati sejumlah kendaraan bermotor. Beberapa orang masih terlihat lalu lalang di atas pedestrian. Hujan deras pun tampaknya tidak bisa menghentikan aktivitas warga New York. Begitu juga dengan seorang Vincent Zegna.
Vincent terlihat berjalan keluar dari dalam lift Seagram Building. Pria itu iikuti oleh beberapa orang dibelakangnya, yakni sekretaris, anak buah, dan beberapa pengawal bertubuh kekar. Di depan lobby, dua mobil sedan hitam sudah siap untuk mengantarnya kemanapun ia inginkan. Seorang pria paruh baya dengan sigap membukakan pintu untuk Vincent dan mempersilahkan pria itu untuk masuk ke dalam mobil.
"Kemana tujuan kita, Tuan?" ujar Arthur, supir pribadinya.
"Penthouse." ujar Vincent singkat.
Kedua mobil sedan itu pun segera beranjak dari lobby Seagram Building. Satu mobil untuk Vincent dan satu mobil lainnya untuk pengawal serta sekretarisnya. Vincent duduk dengan santai di dalam BMW hitam terbarunya itu. Entah mengapa kepalanya terasa begitu berat. Ia pun segera menyandarkan kepalanya di jok berlapis kulit itu.
Vincent langsung memejamkan matanya. Tubuhnya terasa begitu lelah. Terlalu banyak yang harus diurus olehnya. Ditambah lagi insiden beberapa kargo yang dicuri oleh Ray tempo hari. Travis memberitahukan kepadanya bahwa kargo-kargo itu telah dijual oleh Ray kepada Miguel Angelo, bos kartel Meksiko.
'Bocah keparat! Mengapa harus Miguel Angelo?' batin Vincent mengumpat.
Miguel Angelo adalah salah satu pria yang masuk dalam 'daftar hitam' Vincent. Vincent pernah memiliki pengalaman cukup menyebalkan yang berkaitan dengan Miguel Angelo.
Bukan hanya melanggar kesepakatan kerja, pria asal Meksiko itu juga meniduri Carissa Olsen, kekasihnya. Jika saja bukan karena Josè Angelo, ayah Miguel, yang menengahi keduanya, tentu saja ia sudah membunuh Miguel saat itu.
Vincent begitu menghormati Josè Angelo. Tidak hanya sebagai seorang partner bisnis, namun juga sebagai sosok yang begitu berjasa dalam kehidupannya. Mengingat peristiwa itu lagi, membuat Vincent ingin sekali memukuli pria itu hingga mati perlahan.
Vincent meraih sebatang rokok dari saku jasnya dan segera menghisapnya. Kepulan asap memenuhi area jok belakang mobil itu. Vincent ingin segera menghilangkan kenangan buruk itu dari kepalanya. Terutama menghapus kenangannya bersama Carissa. Walau enggan untuk mengakuinya, namun wanita itu adalah satu-satunya sosok yang Vincent cintai dengan setulus hati. Bahkan mungkin hingga saat ini.
Lincoln Square Apartment - 12.35 am
Vincent melangkah keluar dari lift pribadinya dan menjatuhkan tubuhnya di sofa besar berlapiskan kain krem. Pria itu pun segera melonggarkan dasinya yang melingkar dengan kuat di lehernya selama seharian penuh.
Tak lama kemuadian, suara lift berbunyi, tanda seseorang berada di dalam lift. Travis berjalan keluar dari lift sambil membawa sejumlah dokumen dan sebuah tablet pintar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heaven on Earth
AcciónGene & Vincent (Series) - #Seri 1 Geneviève Lorraine Ross Gadis tomboy yang juga merupakan seorang peretas handal, bersedia melakukan apapun untuk Noah, adik lelakinya tersayang dan juga teman-temannya agar mereka tetap selamat. Namun, ia harus berh...