Sebuah mobil sport berwarna merah terlihat masuk ke dalam kawasan vila dan terparkir sempurna di depan pintu masuk. Terlihat pula beberapa mobil Jeep hitam mengiringi mobil sport merah itu. Pintu mobil sport merah itu pun terbuka dan terlihat Javier Camàra turun dari sana.
Pria necis itu pun merapikan setelan jas-nya lalu melangkah masuk ke dalam vila. Javier segera dipersilahkan masuk oleh salah satu pelayan dan diantar ke sebuah ruang pertemuan.
"Sudah lama aku tidak berkunjung ke tempat ini." gumam Javier pelan.
Seorang pelayan pria mempersilahkan Javier untuk duduk di area ruang tamu yang cukup besar, sambil membawakan pria itu secangkir minuman. Javier pun duduk si
"Di mana Vincent?" tanya Javier pada pelayan itu.
"Aku di sini." ujar Vincent.
Vincent terlihat berjalan menuruni tangga sambil menjinjing laptop kesayangannya. Pria itu tampak terlihat santai namun tetap rapi. Dengan balutan setelan kemeja berwarna biru muda dan celana panjang khaki, membuat Vincent terlihat semakin tampan.
"Apa kau membawakan pesananku?" ujar Vincent.
"Uh-huh. Tentu saja." ujar Javier.
Javier menjetikkan jarinya lalu beberapa anak buah pria itu berjalan menghampiri Javier sambil membawa beberapa buah koper berwarna hitam. Anak buah Javier itu pun meletakkan koper-koper tersebut di atas meja sambil membukanya satu persatu.
"As you wish." ujar Javier.
Tampak di dalam koper-koper itu senjata api dengan berbagai model dan ukuran. Vincent terlihat begitu antusias. Pria itu menghampiri koper-koper itu dan melihat senjata apinya satu per satu. Vincent mengambil salah satu senjata api itu dan segera merakitnya dengan mudah. Pria itu pun tidak segan-segan mencoba senjata api itu dan menembakkannya ke arah dinding.
"Aku menyukainya." ujar Vincent.
"Tentu saja. Aku memberikan barang yang terbaik untukmu." ujar Javier. "Mana saja yang akan kau ambil?"
"Semuanya." ujar Vincent dengan mantap.
Javier terlihat sedikit terkejut namun pria itu juga terlihat senang.
"Dan...ini bonus untukmu karena telah membeli banyak senjata api milikku." ujar Javier.
Javier meletakkan sebuah amplop coklat di atas meja kaca itu dan menggesernya perlahan ke arah Vincent. Dengan sigap, Vincent meraih amplop tersegel itu dan membukanya dengan perlahan.
"Apa ini?" ujar Vincent.
"Kau akan menyukainya." ujar Javier.
Javier mengangkat kedua alisnya sambil menyeringai. Ekspresinya bak anak kecil nakal. Vincent menatap Javier dengan intens. Pria itu tahu betul, jika ekspresi Javier seperti itu, pria itu pasti memiliki sesuatu yang luar biasa. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Vincent pun segera membuka segel amplop itu.
Akhirnya, amplop itu pun terbuka. Tampak sejumlah kertas berada di dalam amplop coklat itu. Tanpa menunggu lama, Vincent pun segera mengeluarkan seluruh kertas-kertas itu dari dalam amplop. Pria itu tampak menelaah satu per satu kertas-kertas yang kini sedang dipegang olehnya. Kedua alis Vincent pun mengernyit ketika melihat sesuatu yang terpampang di atas kertas-kertas itu.
"Darimana kau mendapatkan semua informasi ini, Jav?" ujar Vincent.
"Informanku tersebar luas, Vince." ujar Javier. "Dapat kupastikan, semua yang sedang kau lihat saat ini adalah valid adanya."
Vincent menatap wajah Javier sekali lagi untuk memastikan jika pria yang sedang duduk di hadapaannya itu tidak sedang bercanda. Lalu, Vincent pun menatap kembali kertas- kertas yang dipegangnya kini. Tampak beberapa lembar foto yang tercetak di kertas itu dan terlihat sosok Miguel Angelo beserta Carissa sedang duduk. Vincent menduga jika keduanya sedang berada dalam sebuah restoran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heaven on Earth
AcciónGene & Vincent (Series) - #Seri 1 Geneviève Lorraine Ross Gadis tomboy yang juga merupakan seorang peretas handal, bersedia melakukan apapun untuk Noah, adik lelakinya tersayang dan juga teman-temannya agar mereka tetap selamat. Namun, ia harus berh...