Part 37 - Anger

8.4K 832 24
                                    

Perkelahian itu semakin memanas. Vincent berusaha untuk melepaskan diri, sedangkan pria amisterius itu berusaha untuk mencengkram leher Vincent lebih kuat lagi. Tiba-tiba, terdengar suara gaduh dari arah luar jendela balkon dan membuat perhatian pria misterius itu teralihkan. Vincent pun melihat sebuah celah yang memungkinkan ia untuk melepaskan diri dari cengkraman pria itu.

Tangan Vincent segera berusaha menggapai kepala sosok asing itu dan menarik topengnya dengan keras. Ada secercah kesempatan bagi Vincent untuk memberikan perlawanan. Pria asing itu pun terlihat panik saat wajahnya terekspos dan kemungkinan besar dapat dikenali oleh Vincent.

Dengan sigap, Vincent memukuli bagian tubuh pria misterius itu beberapa kali hingga cengkraman di leher pria itu akhirnya terlepas. Vincent pun segera bergerak dengan cepat ke ujung ruangan dan berusaha meraih kembali senjata apinya. Namun, pria misterius itu berusaha kembali menerjang tubuh Vincent dari arah belakang.

Praaaang!

Sebuah gelas kaca melayang ke arah kepala sosok misterius itu dan membuatnya bersimbah darah. Vincent menoleh ke arah sosok itu lalu melihat ke segala arah. Tampak dari arah ranjang, Gene menatap Vincent dengan lemah. Ternyata gadis itu lah yang melemparkan gelas kaca itu ke arah kepala si pria misterius. Entah sejak kapan Gene sudah tersadar, namun ada perasaan lega dalam diri Vincent ketika melihat kedua mata gadis itu sudah terbuka lebar.

"Dasar gadis brengsek!" ujar pria misterius itu.

Pria misterius itu pun mengusap darah yang mengalir dari kepalanya dan berusaha menghampiri Gene. Dengan cepat, Vincent segera melayangkan pukulannya ke arah tubuh pria asing itu dengan keras. Tidak hanya sekali, namun berkali-kali Vincent memukuli pria itu tanpa ampun. Ia tidak peduli lagi jika pria asing itu akan mati di tangannya. Pria asing itu pun tampak kewalahan mengahadapi pukulan beruntun dari Vincent.

Pria misterius itu pun tampak terkulai lemas di atas lantai. Tak lama kemudian, Vincent pun segera beranjak meraih kembali senjata apinya yang masih tergeletak di atas lantai. Vincent pun mengarahkan senjata apinya ke arah kepala pria asing itu.

"Akhhh!" teriak Vincent.

Vincent pun merintih kesakitan. Tampak sebuah luka di tubuh Vincent akibat perkelahiannya dengan pria misterius itu. Tembakan Vincent pun meleset. Alhasil, peluru panas itu hanya berhasil melukai lengan pria asing itu dan pria itu pun segera melompat keluar dari jendela balkon.

Tubuh Vincent sudah terlalu lelah untuk mengejar pria asing itu. Vincent pun menoleh ke arah tubuhnya dan memeriksa bagian yang terluka. Sebuah goresan panjang yang melintang di bagian tulang rusuk Vincent pun mulai mengeluarkan darah.

Brak!

Pintu kamar itu pun terbuka dengan lebar. Tampak Travis berdiri di ambang pintu sambil menyalakan lampu ruangan itu. Kedua mata pria itu hampir saja keluar dari tengkoraknya tatkala melihat kondisi ruangan yang porak poranda.

"Ada apa ini?!" teriak Travis dengan panik.

Travis terlihat membuka pintu dengan keras sambil membawa senjata apinya. Beberapa anak buahnya pun tampak mengekor di belakang pria itu.

"Jeez, mengapa di sini begitu kacau? Mengapa kau terluka?" ujar Travis.

Travis tampak menghampiri Vincent yang sedang tergeletak di lantai. Pria itu memeriksa kondisi bos-nya yang dapat dikatakan cukup parah.

"Seseorang masuk dan berusaha untuk membawa Genevieve pergi dari sini." ujar Vincent. "Si berengsek itu melarikan diri lewat jendela sialan itu."

Travis pun segera memberikan kode kepada anak buahnya agar segera mengejar pria asing yang melukai Vincent itu. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Travis membantu Vincent untuk berdiri dan memapah pria itu.

Heaven on EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang