Part 43 - Antoine Bruna

8.6K 808 4
                                    

Dubai - 12.45 pm

Matahari tampak mulai berada di puncaknya dan menampakkan dirinya di antara hamparan awan. Suhu di luar ruangan terasa begitu menyengat tatkala Gene melangkah keluar dari SUV hitam itu. Bersama dengan Vincent, Travis, Jax, dan beberapa anak buah Vincent lainnya, gadis itu terlihat melangkah masuk ke dalam lobi Armani Hotel, Dubai.

Hotel ini merupakan hotel termewah yang pernah Gene kunjungi selama hidupnya. Dihiasi dengan interior serba tembaga dan marmer, yang membuat hotel itu terlihat semakin mewah. Tampak seorang pelayan dengan sigap mengantarkan mereka menuju kamar hotel yang telah disiapkan.

Kamar hotel yang dipesan oleh Vincent tampaknya merupakan tipe kamar yang cukup mewah dan luas. Kamar itu memiliki ruang tidur yang luas, kamar mandi yang dilengkapi dengan bath tub, dan sebuah living room yang cukup luas.

Gene segera melangkah masuk ke dalam kamar dan menjatuhkan tubuhnya di sebuah sofa yang terletak di pojok ruang kamar. Gadis itu memegang kepala dengan kedua tangannya. Kepala Gene terasa pusing bukan main karena semalam terlalu banyak menenggak minuman beralkohol. Gene terlalu terbawa suasana malam itu dan Vanessa pun selalu menyodorkan minuman kepadanya tanpa henti. Bodohnya, gadis itu tidak berhenti menenggaknya. Dan kini, sakit di kepala Gene pun terasa semakin parah tatkala memori mengenai dirinya dan Vincent muncul.

Gene merasa tidak yakin dengan memori yang ia miliki. Rasanya seperti mimpi saja. Gene juga tidak yakin apakah dalam realitanya Vincent akan melakukan hal seperti itu. Jangan-jangan...pria yang semalam berciuman dengannya adalah Andrès? atau lebih buruk lagi, orang asing yang belum Gene kenal sebelumnya?

Gene menggelengkan kepalanya, lalu memukul-mukul dahi dengan tangannya. Kegilaan macam apa yang ia lakukan kemarin malam? Gene begitu menyesal telah menenggak sejumlah minuman dan tidak menolak satu pun apa yang diberikan oleh Vanessa. Padahal gadis itu tahu betul jika toleransi alkoholnya sangatlah rendah. Gene memeluk kedua lutut dan menyandarkan kepalanya di atas kedua lutut itu. Gadis itu berusaha untuk tidur. Namun, baru saja memejamkan kedua matanya, pusing di kepalanya semakin menjadi-jadi.

"Gene?" ujar Jax.

Jax menghampiri Gene sambil memberikan segelas teh hangat kepada gadis itu. Gene menoleh ke arah Jax sambil tersenyum dan menerima teh hangat yang diberikan oleh Jax.

"Apa kepalamu masih pusing?" ujar Jax. "Sebaiknya kau minum ini."

"Terima kasih, Jax." ujar Gene.

Gene meraih gelas berisi teh hangat itu lalu meneguknya perlahan. Sedikit demi sedikit, sakit kepala Gene pun mereda. Tiba-tiba saja, pandangan Gene berhenti pada satu titik, yakni Vincent. Gene menatap Vindari kejauhan. Pria itu terlihat sedang berbicara dengan Travis dan tampak menyusun rencana berikutnya. Travis terlihat sedang membuka sebuah peta dan meletakkan beberapa dokumen di atas meja. Sedangkan, Vincent sedang membuka laptop kesayangannya sambil sesekali memeriksa ponselnya.

Tiba-tiba, pikiran Gene bergerak liar dan memori malam itu pun kembali muncul di kepala gadis itu. Potongan demi potongan memori itu pun mulai tersusun di kepala Gene.

Tatapan Gene kini beralih ke arah bibir Vincent. Gadis itu menatap bibir Vincent yang terlihat merah dan begitu menggairahkan. Bahkan tiba-tiba potongan memori mengenai bagaimana manisnya bibir Vincent malam itu pun ikut muncul. Aroma tubuh pria itu pun masih terngiang di kepala Gene. Perpaduan antara narciussus, sandalwood, dan musk yang memabukkan. Mungkin saja aroma itulah yang membuat Gene melakukan tindakan impulsif gilanya. Gene kembali  menggeleng-gelengkan kepalanya untuk mengusir kenangan itu. Entah mengapa gadis itu bertindak begitu gegabah.

"Gene? Gene?" ujar Jax "Apakah kau baik-baik saja?"

"Tidak, tidak. Aku baik-baik saja." ujar Gene.

Heaven on EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang