Part 68 - Last Hope

6.9K 683 17
                                    

"Sial." gumam Gene.

"Ada apa?" ujar Vincent sambil menatap Gene.

Gene tampak terlihat begitu lemas. Tatapan gadis itu terlihat kosong ketika mengetahui siapa yang berada di balik kemudi Jeep hitam itu.

"Itu...Miguel." ujar Gene.

Vincent tampak menoleh ke arah belakang dengan cepat dan tampaknya ucapan Gene benar. Miguel dan Zarko berada tidak jauh dari Vincent dan juga Gene. Tampaknya, pria-pria itu benar-benar gigih mengejar keduanya dan bersikeras untuk menghancurkan Vincent.

"Keparat!" ujar Vincent.

"Apa yang harus kita lakukan, Vince?" ujar Gene. "Mobil Jeep itu tampak semakin mendekat!"

"Apa peluru di dalam senjata api itu masih ada?" ujar Vincent.

Gene mencoba melihat jumlah peluru di dalam senjata api itu. Tampaknya, gadis itu telah menghabiskan sebagian besar pelurunya ketika menembaki mobil anak buah Miguel sebelumnya.

"Sial. Hanya tersisa beberapa butir." ujar Gene.

Vincent kembali menancapkan gas Ducati Panigale itu. Pria itu pun tampak menyalip beberapa kendaraan yang sedang berjalan di depannya. Sontak saja, Gene mengencangkan dekapannya pada tubuh Vincent dan mencengkram jaket yang dikenakan oleh pria itu.

Tiba-tiba, Vincent membelokkan kemudi motor sport itu dan masuk ke dalam sebuah jalan kecil yang cukup sepi. Di jalanan itu hanya terlihat beberapa bangunan tua. Tampaknya bangunan-bangunan itu sudah tidak berpenghuni lagi.

Pria itu pun menghentikan motor sport-nya dan menepi di tempat yang cukup tersembunyi. Tiba-tiba saja, Vincent menghela nafas panjang dan menyandarkan kepalanya di atas bahu Gene. Nafas pria itu tampak terengah-engah. Gene cukup terkejut ketika melihat Vincent terkulai lemas di bahunya. Gadis itu belum pernah melihat Vincent dalam keadaan seperti ini.

"Vince? Ada apa?" tanya Gene.

"Sial. Ternyata luka tembak ini terasa begitu menyakitkan." ujar Vincent.

Vincent melepaskan jaket yang dikenakannya dengan perlahan untuk memeriksa luka tembak di bahunya itu. Tampaknya, darah yang mengalir dari luka itu cukup banyak.

"Astaga, kau mengeluarkan begitu banyak darah  Vince." ujar Gene. "Tampaknya kau memerlukan perawatan."

"Tidak. Tidak ada waktu untuk itu." ujar Vincent.

Vincent pun segera merobek sedikit kain di pakaiannya dan membalutkannya pada area luka itu. Pria itu berusaha untuk menekan luka tembak itu agar darah yang keluar pun segera terhenti. Seketika, Gene menatap Vincent dengan lekat. Pria itu terlihat sangat kesakitan dan kesulitan untuk mengikatkan kain pada luka tembak itu seorang diri.

"Biarkan aku membantumu." ujar Gene.

Dengan sigap, Gene mengambil kain pakaian itu dari tangan Vincent dan membalut bahu pria itu dengan lembut. Luka tembak itu tampak begitu menyakitkan. Jika hal ini terjadi kepada Gene, tentu saja gadis itu sudah pingsan sejak awal.

Gene menoleh sedikit ke arah Vincent. Keringat di wajah pria itu tampak mengalir cukup deras. Tampaknya, Vincent sedang menahan rasa sakitnya. Melihat pria itu dalam kondisi yang lemah, membuat Gene semakin khawatir. Bukan saja mengkhawatirkan kondisi Vincent, namun juga nasibnya saat ini. Gene yakin seratus persen, jika tidak ada Vincent di sisinya, ia pasti sudah tewas di tangan Miguel.

"Apakah kita akan benar-benar mati kali ini?" ujar Gene.

Gene tampak fokus membalut luka di bahu pria itu. Entah mengapa ucapan itu terlontar begitu saja dari mulut gadis itu. Namun kali ini, tidak ada nada ketakutan, khawatir, maupun kepanikan. Ucapan gadis itu terdengar begitu datar. Mungkin, karena Gene sudah terlalu lelah akan semua peperangan gila ini atau mungkin saja karena gadis itu melihat Vincent, satu-satunya pria yang Gene percaya dapat menyelamatkan hidupnya, kini tengah terluka cukup parah.

Heaven on EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang