Part 62 - At Last

7.5K 756 40
                                    

Suasana di dalam ruangan itu tampak begitu ramai. Ruangan itu terlihat seperti gudang besar yang berisikan puluhan bahkan ratusan senjata yang diletakkan di dalam kotak kayu. Beberapa orang tampak berkutat dengan komputer-komputer canggih dan beberapa orang lainnya tampak memasukkan barang-barang ke dalam peti kayu.

"Percepat pekerjaan ini!" teriak Zarko. "Waktu kalian semakin sempit!"

Zarko tampak meraih sebatang rokok dari dalam saku jaketnya lalu menyelipkan di bibir pria itu. Kedua mata Zarko menoleh ke arah pintu masuk utama gudang itu. Tampaknya ada sesuatu yang tidak beres. Tiba-tiba....

Duaar!

Sebuah bom meledak tepat di depan pintu utama itu. Suara peledak itu begitu memekakkan telinga semua orang yang ada di sana. Beberapa orang bahkan tampak terpental dari posisinya semula. Ruangan itu pun tampak di penuhi dengan debu dan serpihan-serpihan bangunan yang hancur akibat terkena ledakan bom.

Tak lama kemudian, tampak Travis dan puluhan anak buah Vincent menyergap tempat itu dan menyerangnya. Mereka pun melepaskan tembakan ke seluruh penjuru ruangan. Baku tembak pun tidak terelakan lagi. Ruangan itu tiba-tiba berubah menjadi medan perang. Zarko berlari ke arah sebuah ruangan dan berlindung di tempat itu. Pria bertubuh besar itu pun meraih senjata api dan menembakkannya ke pintu masuk.

Selang beberapa waktu, baku tembak itu pun akhirnya berhenti. Beberapa anak buah Zarko tampak tumbang dan beberapa anak buah Travis pun terkena tembakan itu. Tak lama kemudian, Vincent tampak melangkah masuk ke dalam ruangan itu sambil membawa senjata yang cukup besar. Pria itu berhenti tepat di tengah-tengah ruangan besar itu. Vincent terlihat membawa Aaron bersamanya.

"Di mana Geneviève Ross berada?" teriak Vincent.

Kedua kubu itu pun masih terlihat saling mengacungkan senjata. Suasana di ruangan itu pun tampak hening dan mencekam. Vincent menarik kerah baju Aaron dan menodongkan senjatanya ke arah kepala pria itu.

"Serahkan gadis itu, atau aku akan meledakkan kepala bajingan ini." ujar Vincent.

Tidak ada seorang pun yang menjawab ucapan Vincent. Semua orany di sana tampak siaga dengan senjata apinya masing-masing. Tak lama kemudian, pintu ruangan itu terbuka. Tampak Zarko berjalan menghampiri Vincent, sambil membawa sebuah senjata api yang cukup besar.

Vincent menatap pria besar itu dengan intens. Tampaknya, sosok itu adalah sosok yang sama yang telah membunuh Antoine Bruna dan menyerang mobil sport Vincent malam itu. Vincent masih mengingat betul sorot mata mematikan dari pria bertubuh besar itu.

"Kedatanganmu sungguh dramatis, Zegna." ujar Zarko. "Biar kutebak, peledak-peledak itu adalah karya seni dari Antoine Bruna, huh?"

Vincent tampak menatap Zarko dengan sinis. Pria itu itu mengingat persis logat serta suara pria yang telah mengganggu hidupnya selama ini. Zarko menatap Aaron lalu tersenyum dengan sinis. Pria bertubuh besar itu lantas kembali menatap Vincent dengan intens.

"Tak kusangka kau selamat dari kecelakaan itu." ujar Zarko.

Tatapan Vincent diselimuti dengan kemarahan. Jika saja ia tidak mengingat bahwa Gene berada di tangan Miguel, tentu ia sudah menembakkan peluru panas itu ke arah kepala Zarko dan seluruh anggotanya saat ini juga.

"Pria ini untuk gadis itu." ujar Vincent. "Sekarang atau tidak sama sekali."

Zarko mengangkat kedua bahunya. Pria itu terlihat sangat tenang dan santai. Sungguh berbeda dengan Vincent saat ini yang diliputi dengan amarah. Zarko melempar rokok yang sedang dihisapnya ke atas lantai lalu menginjaknya hingga bara rokok itu pun mati.

"Kau berhasil membuat Miguel Angelo melakukan kegilaannya." ujar Zarko.

Vincent tidak mengerti dengan ucapan Zarko. Namun pria itu tidak mempedulikannya. Vincent hanya ingin segera bertenu dengan Gene dsn membawa gadis itu pergi dari sana.

Heaven on EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang