Part 3 - Three Days

13.5K 1.2K 11
                                    

Kiehls Bar - 1.13 am

Malam ini tidak terlalu ramai seperti biasanya. Hanya saru bahkan dua kelompok orang yang duduk di bar kecil itu. Kiehls bukanlah tempat seperti kebanyakan bar pada umumnya. Di sana tentu dipenuhi dengan pengunjung kelas menengah yang hanya meminum sekelas bir. Namun bar itu begitu nyaman.

Bar ini adalah tempat favorit Gene untuk bersantai. Tidak perlu berdandan cantik dan mengenakan gaun seksi ala wanita-wanita kelas atas untuk mengunjungi tempat ini. Cukup dengan kaos andalannya, ripped jeans, dan sneakers usangnya.

"Di mana Ray? Biasanya ia datang paling awal." ujar Lou pada Gene.

Gene hanya mengangkat kedua bahu kecilnya. Sesungguhnya, ia juga bertanya-tanya dalam hati. Tidak biasanya Ray datang terlambat. Pria itu paling bersemangat untuk datang ke Kiehls. Entah hanya untuk sekedar minum sebotol bir atau mencari gadis cantik untuk dipacari.

"Ini untukmu." ujar Ben memberikan sebotol bir pada Gene. "Apa Ray sudah datang?"

"Entahlah, aku belum melihatnya." ujar Gene acuh.

Gadis itu pun meneguk bir dari botol. Ia hanya ingin menikmati malam itu dengan bersantai. Setelah beberapa hari lalu berhasil meretas sebuah bank dan mencuri beberapa ratus dolar Amerika. Tentu saja uang yang ia dapatkan bisa digunakan untuk beberapa kali pengobatan Noah dan untuknya bertahan hidup.

"Gene! Ben!" teriak Ray dari kejauhan sambil melambaikan tangannya.

Ray terlihat berjalan tertatih-tatih. Kakinya terasa begitu sakit, namun ia harus secepatnya bertemu dengan kedua sahabatnya itu. Ray ingin secepatnya menumpahkan semua kejadian mengerikan yang baru saja dialaminya. Ray betul-betul berharap Gene dan Ben memiliki solusi untuk kesialannya kali ini.

"Ray? Ada apa dengan wajahmu? Apa kau terjatuh dari tangga?" ujar Gene terkejut.

"Dude, apa yang terjadi? Apa seseorang memukulimu?" ujar Ben sama terkejutnya.

"Astaga, Ray! Mengapa kau dipenuhi dengan luka?" ujar Lou.

Ben membantu Ray untuk berjalan dan mendudukannya di sofa biru yang dipenuhi debu itu. Ray terlihat terengah-engah. Ia begitu lelah dengan setelah berjalan cepat sejauh beberapa blok dengan kaki gang pincang dan tubuh yang dipenuhi luka.

"Aku melakukan kesalahan. Besar." ujar Ray sambil menutup wajah dengan kedua tangannya.

Gene mengerutkan dahinya. Ia tahu Ray memang ceroboh. Tapi tidak biasanya ia sampai babak belur seperti ini. Beberapa kali pria itu melakukan kebodohan, namun Gene tidak pernah melihatnya seperti ini. Seberapa besar kesalahan yang dibuat Ray?

"Apa maksudmu? Ceritakan pada kami dengan jelas." ujar Ben dengan nada yang tegas.

Ray pun mulai menceritakan seluruh kronologinya kejaidan yang dialaminya dengan lengkap. Mulai dari ajakan Juan Carlos, salah seorang teman dekatnya, yang juga seorang anggota kartel Meksiko, untuk mencuri sejumlah kargo di pelabuhan. Kargo-kargo tersebut tidak hanya berisi barang berharga, namun juga berisi kokain dan heroin dalam jumlah banyak.

Dengan diiming-imingi sejumlah uang dan bagian dari isi kargo itu, tentu saja dengan mudahnya Ray menyetujui ajakan Juan Carlos. Tampaknya Ray begitu gelap mata saat mengetahui jumlah dan nilai dari isi kargo-kargo itu. Tanpa pikir panjang, ia pun mencuri dan menjualnya kepada kartel Meksiko.

Tiga hari setelah kejadian itu, Ray dipukuli sejumlah orang tak dikenal saat sedang berjalan menuju apartemennya. Ia pun disekap dalam ruangan gelap, yang ia bahkan tidak tahu berada di mana. Ray hanya mendengar beberapa orang menyebutkan nama Travis Carter. Sontak saja, ia langsung ketakutan.

Heaven on EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang