Part 59 - Take it All

7.3K 725 4
                                    

"Apakah ada berita lagi untukku?" ujar Vincent.

Vincent tampak menuangkan bourbon ke dalam gelas kacanya. Pria itu pun terlihat sedikit antusias ketika melihat Travis berjalan masuk ke dalam ruangannya.  Tanpa berlama-lama lagi, Travis membuka laptop dan mengarahkannya kepada Vincent. Tampak semua data-data yang diperlukan, terpampang jelas di layar laptop itu.

"Aku memiliki berita baik, sekaligus berita buruk untukmu." ujar Travis.

Vincent tampak antusias mendengarkan ucapan Travis. Walaupun, pria itu tampak sedikit kesal dengan adanya berita buruk yang akan merusak suasana hatinya di hari ini.

"Berita buruknya, Zarko Petrović tidak mengirimkan titik lokasi keberadaan Gene. Tampaknya pria itu mencurigai keanehan panggilan dari Joaquin semalam." ujar Travis.

"Keparat." ujar Vincent.

Vincent pun melempar kertas-kertas yang sedang dipegangnya itu ke atas meja. Hanya tinggal sedikit lagi  langkah Vincent untuk menemukan Gene. Namun hal itu harus kembali terhalang oleh hal kecil macam ini.

"Berita baiknya adalah Joaquin kembali membuka mulutnya dan memberikan beberapa informasi terkait bunker itu." ujar Travis.

"Apakah ucapan bajingan itu sudah diperiksa?" ujar Vincent.

"Aku mengirim anak buah kita untuk memeriksa kebenarannya dan hasilnya, ucapan Joaquin benar." ujar Travis. "Untung saja, Gene sudah sempat membuka akses bunker milik Miguel. Kini, ruangan itu bisa kita buka dengan mudah."

"Baiklah, kalau begitu, kita berangkat nanti malam." ujar Vincent.

Hari itu, Vincent, Travis, dan Jax tampak begitu sibuk. Ketiganya mempersiapkan seluruh rencana yang telah disusun dengan matang untuk membobol bunker milik Miguel dan mengambil kembali isi kargo penting milik Vincent.

Tanpa terasa, hari sudah menjelang malam. Mereka pun berangkat menuju lokasi di mana bunker itu berada. Sesuai dengan arahan dari Joaquin, titik lokasi bunker itu tidak jauh dari pusat kota. Miguel sengaja meletakkan bunker itu di tempat keramaian agar menghindari kecurigaan. Tak lama kemudian, mereka pun tiba di titik lokasi yang dituju. Vincent, Travis, dan Jax terlihat sedang mempersiapkan seluruh senjata api dan peralatannya di dalam mobil.

"Rencana ini tidak boleh gagal." ujar Vincent. "Jax, apa kau sudah menonaktifkan seluruh kamera pengawasnya?"

"Yup, semua kamera pengawas sudah aku matikan." ujar Jax.

"Trav, kau masuk lewat pintu utara." ujar Vincent. "Jax, akan membuka pintu selatan. Dan aku akan masuk lewat pintu darurat."

Travis dan Jax tampak mengangguk untuk merespon ucapan Vincent. Ketiganya pun tampak mempersiapkan senjata apinya dan seluruh peralatan yang dibutuhkan untuk membuka pintu besi bunker itu. Ketiganya pun segera beranjak keluar dari dalam mobil dan berjalan menuju spot masing-masing 

Lalu, ketiganya pun berpencar ke tempat yang sudah ditentukan sebelumnya. Tampak beberapa anak buah mengikuti masing-masing dari ketiga untuk penjagaan. Vincent sudah tiba di depan pintu darurat itu. Terlihat lima orang anak buahnya mengikuti dan berada di belakang pria itu.

Sudah hampir lima menit lebih, namun belum ada tanda-tanda jika pintu darurat itu akan terbuka. Vincent melihat ke arah jam tangannya.

"Jax?" panggil Vincent melalui earpiece-nya. "Mengapa pintu ini belum juga terbuka?"

"Maafkan aku, tapi ternyata aku mengalami kendala." ujar Jax. "Beri aku waktu sedikit lagi."

"Kukira kau bisa membuka pintu ini dengan mudah." ujar Travis.

Heaven on EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang