Pesta dan pertemuan itu pun sudah hampir berada di penghujung acara. Belum juga ada tanda-tanda kemunculan Miguel Angelo di La Plaza. Vincent menghela nafasnya. Rencana yang sudah dibuatnya matang-matang tampaknya gagal. Pria itu menghisap cerutunya dan mengepulkan asapnya ke udara.
Entah sudah berapa gelas champagne yang dihabiskan oleh Vincent. Pria itu tidak melepaskan tatapannya pada ponsel yang kini sedang di pegangnya. Sesekali ia menyisir isi hall besar itu secara langsung dengan mata kepalanya.
"Brengsek." umpat Vincent.
Gene hanya menoleh sedikit lalu kembali menatap kerumunan manusia di hadapannya yamg sedang berdansa dan bercengkrama. Tampaknya malam ini hasilnya nihil. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Miguel Angelo di pesta itu.
"Kita kembali ke hotel. Sekarang." ujar Vincent.
Pria itu pun berjalan menembus kerumunan manusia dan menuju lobby La Plaza. Gene masih mengekori Vincent layaknya anak itik pada induknya. Tak lama kemudian, Lamborgini merah itu tiba di depan lobby. Vincent dan Gene segera masuk ke dalam mobil itu tanpa menunggu lebih lama lagi.
Perjalanan dari La Plaza menuju hotel membutuhkan waktu tiga puluh menit lamanya. Jalan yang berliku-liku di area perbukitan tidak membuat Vincent memperlambat laju kendaraannya. Sesekali Gene tampak berpegangan pada sabuk pengamannya. Tiba-tiba saja, Vincent memukul setir mobil itu dengan keras. Pria itu bahkan terdengar beberapa kali mengumpat. Gene tampak sedikit menjauhkan diri dari pria itu. Tak lama kemudian, ponsel Vincent berdering. Pria itu pun mengangkat teleponnya dan mengaktifkan mode speaker-nya.
"Di mana posisimu saat ini, Vince?" ujar Travis.
"Perjalanan pulang dari La Plaza." ujar Vincent.
"Baiklah. Aku sudah tiba di hotel sejak tiga puluh menit yang lalu." ujar Travis. "Aku akan menunggumu di bar bersama Jax."
Panggilan telepon itu pun ditutup. Vincent terdengar menghela nafas beratnya. Tiba-tiba pria itu menatap kaca spion tengah dalam waktu yang lama. Gene menyadari jika Vincent memandangi cermin spion yang berada di samping dan tengah bergantian. Wajah pria itu pun tampaknya sedang berpikir keras.
"Sial." ujar Vincent.
Vincent menyalakan GPS yang ada di layar mobil. Pria itu menggeser layar sentuh dan terlihat mencari sebuah tempat di dalam peta GPS itu. Tak lama kemudian, Vincent berbelok ke arah yang berlawanan dan merubah tujuan sebelumnya, yakni The Westin Palace hotel.
"Kurasa ini bukan jalan menuju hotel." ujar Gene. "Kau berbelok ke arah yang berlawanan."
Vincent tidak menjawab pertanyaan Gene. Pria itu tampak fokus memandang ke jalanan yang ada di hadapannya. Sesekali, Vincent menoleh ke arah belakang dan melirik ke arah cermin spion.
"Ada apa?" ujar Gene.
"Tampaknya seseorang membuntuti kita." ujar Vincent.
Gene menoleh ke arah belakang dan cermin spion yang ada di samping mobil. Tampak sebuah SUV hitam berjalan di belakang Lamborghini merah itu. Sekilas tidak ada yang aneh dengan mobil itu.
"Apakah itu benar?" ujar Gene.
"Mobil itu sudah mengikuti kita sejak kita keluar dari La Plaza." ujar Vincent.
Mobil itu menyusuri jalanan yang gelap dan minim penerangan di sepanjang jalannya. Entah kemana Vincent mengubah tujuannya. Gene menggosok-gosokan kedua telapak tangannya. Gadis itu terlihat sedikit cemas dan gugup. Tak lama kemudian, Vincent menghentikan mobilnya di area stasiun pengisian bahan bakar. Pria itu meraih ponsel dan dompetnya dari dalam laci mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heaven on Earth
ActionGene & Vincent (Series) - #Seri 1 Geneviève Lorraine Ross Gadis tomboy yang juga merupakan seorang peretas handal, bersedia melakukan apapun untuk Noah, adik lelakinya tersayang dan juga teman-temannya agar mereka tetap selamat. Namun, ia harus berh...