Part 22

5.4K 777 121
                                    

Mereka mulai menjalankan rencana membuat obat. Cukup repot dengan segala pekerjaan yang ada tidak membuat Senku patah semangat. Yah, lelaki itulah yang sangat bersemangat, ia juga sedikit penasaran dengan sosok Ruri. Senku juga telah menyetujui kesepakatan bersama Gen saat dihutan waktu lalu.

Saat ini mereka telah berada pada proses membuat listrik, karena beberapa hari yang lalu Senku membuat Kohaku bahkan Chrome terpana dengan masakan nya. Ramen, walau dengan bahan seadanya saja, Senku berhasil membuat warga desa perlahan-lahan menyukainya. Padahal dilidah (Y/N), masakan yang Senku buat sangat hambar.

Kini, gadis itu terlihat mengangkat beberapa kayu yang tadi telah dipotong-potong menjadi beberapa bagian. Pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh pria, namun (Y/N) bersikeras untuk tetap melakukannya.

Dengan syarat, Senkulah yang menemaninya, Senku sendiri yang memberi syarat itu padanya, bukannya membantu, dia malah asik menonton. Ingat! Hanya menemani, tidak membantu. Senku tidak sebaik yang dipikirkan, dia bahkan pernah menjadikan (Y/N) sebagai babunya. Suami sialan!

Mata (Y/N) mengerling tajam menatap Senku, dirinya dibuat elus-elus dada melihat perbuatan Senku yang malah asik memakan apel sekitar.

"Tidakkah kau merasa kasihan padaku?" Tanya (Y/N) cukup keras. Ia berkacak pinggang, Senku menatapnya ogah-ogahan.

"Ck, tidak mudah menahannya. Lebih baik aku jauh darimu." Kata Senku datar, setelahnya ia memandang kearah lain. Tidak ingin bersitatap dengan mata (Y/N). Takut ia akan kembali menyerang gadis itu hanya dengan melihat matanya saja.

"Oh? Apakah sekarang Senku sang dokter batu menjadi pria bejat?"

"Kau yang melakukannya lebih dulu gadis drama."

"Atas dasar apa kau menyalahkan ku?"

"Banyak gadis diluar sana pada zaman kita yang buta dan sok tidak peduli. Mereka menyuruh pria menjaga mata namun mereka lupa menjaga sikap."

"Setidaknya aku bukan salah satu perempuan yang tidak bermoral itu."

Senku tidak membalas, ia bahkan tidak memandang (Y/N) sedikitpun saat mengatakan hal itu.

Banyak perubahan yang Senku alami selama ia terus bersama (Y/N). Sekarang, tubuhnya lebih aktif berkembang ketimbang otaknya, dulu, ia sering berpikir saat ingin melakukan suatu hal. Namun sekarang, hanya saat bersama (Y/N), otaknya tidak berjalan sehingga tubuh mengambil alih segalanya.

"Apa kau senang hidup didunia ini?"

Pertanyaan Senku yang tiba-tiba membuat (Y/N) menghentikan kegiatannya. Mata (E/C) menatap Senku heran. Sedikit merenung, (Y/N) tidak ingin hidup didunia, dunia yang harus dibangun dan dimulai dari awal padahal ia menikmati begitu banyak fasilitas bumi saat dulu.

"Aku sedih saat kita bersusah payah. Dan aku merasa senang saat apa yang kita gapai, bisa diraih dalam genggaman tangan." Kata (Y/N) pelan.

Angin menghampiri keduanya, menerbangkan beberapa anak rambut yang menjuntai panjang. Rambut milik (Y/N) sedikit berantakan, dengan keadaan wajah yang kusam dan sedikit raut kesal, Senku tersenyum simpul melihat sang gadis.

"Aku, selalu hidup dengan prinsip. Sains adalah segalanya, hanya Sains yang bisa memecahkan masalah." Senku berkata pelan, manik merah maronnya menatap (Y/N) dalam.

"—Namun, aku sadar. Hidupku seperti kopi pahit tanpa gula. Lalu saat aku mengenal cinta, hidupku mulai seperti gula walau kepahitan itu tetap ada." Sambung Senku lagi.

"Menurutmu, mengapa cinta begitu indah namun juga sakit? Mengapa saat aku menambahkan gula pada kopi rasanya masih kentara dengan rasa pahit?" Tanya Senku beberapa menit sesudah menjeda kalimat sebelumnya.

(Y/N) diam, berusaha memaknai kata demi kata dan berbagai ungkapan yang mengandung arti lebih. Ia berjalan perlahan menghampiri Senku, dan saat berdiri tepat dihadapan lelaki itu, (Y/N) sedikit menepuk kepalanya.

"Karena kau menyalahgunakan perasaan pada dirimu. Kau memberikan perasaan mu itu pada orang yang tidak tepat, jadi saat orang itu menyakitimu, kau malah menyalahkan cinta padahal kau sendiri yang dengan sengaja menambah gula pada kopi agar rasa manis itu ada namun rasa pahit tidak hilang."

Jelas (Y/N) panjang lebar, bukan karena ia sok tahu. Namun ia sering memperhatikan seseorang saat sedang jatuh cinta, rasanya bahagia namun juga sakit. Resiko yang harus diterima saat jatuh cinta, juga harus bisa menahan jatuhnya sakit.

"Terkadang juga, cinta membuatmu lebih dewasa. Jika hari ini kau memberikan cinta yang salah pada orang yang tidak tepat. Maka dihari esok kau harus memberikan cinta pada orang yang tepat. Agar perasaan mu seperti Teh saat ditambahkan gula, tidak ada rasa pahit. Hanya ada rasa manis."

(Y/N) bergerak perlahan untuk memeluk Senku, ada rasa ragu, takut dan malu. Namun rengkuhan yang awalnya hanya ia sendiri yang merasakan kini dibalas oleh tangan lain.

"Kukuku, kurasa otakku telah konslet karena menyukaimu."

Nafas (Y/N) tercekat, getaran pada dada membuatnya salah tingkah. Apakah Senku baru saja menyatakan perasaannya pada (Y/N)? Bisakah gadis itu bergembira sekarang?

"Kau menyukaiku?" Tanya (Y/N) dengan mata penuh tanya dan sedikit harapan.

Senku terkekeh pelan, dirinya dibuat nyaman dengan posisi mereka sekarang. Sangat romantis dan juga intim. Sialan! Apapun yang berhubungan dengan (Y/N) pasti otaknya selalu meliar.

"Kurasa kau tidak tuli." Kata Senku enteng tanpa rasa bersalah, membuat sang gadis mengecurutkan bibirnya.

Karena tidak tahan melihat keimutan yang ada, Senku dengan cepat mengecup bibir ranum (Y/N) walau singkat. Ingin lebih, namun ia tahan. Sabar, nanti juga dapat. (Y/N) terperangah, dirinya lantas mendorong Senku dengan telapak tangan menutupi bagian bibir.

"Kau! Kau melakukannya lagi!" Teriak (Y/N) kesal, wajahnya merona. Namun tidak menghilangkan kekesalan dihati.

"Sudah ku bilang, itu salah mu. Tidak ada yang menyuruhmu berwajah imut dihadapanku." Senku berkata santai, menurutnya ia tidak salah. Karena ia mengikuti insting seorang pria dewasa yang umurnya telah ribuan tahun.

"Kau mencari kesempatan!"

"Kau yang memberikan kesempatan."

Dan perdebatan terus berlanjut hingga mereka berdua kembali ketempat tinggal. Mata saling melirik tajam, namun tangan saling mengenggam erat. Biarlah orang bilang hubungan mereka tidak jelas dan sedikit miris, namun didalam kemirisan itu, terlihat bumbu-bumbu masakan yang terasa enak.






















TBC.

Maaf ya update lama, dan juga dikit:(
Author lagi sibuk, ini ngetik juga ngebut karena ingat deadline cerita:(
Btw ini juga belum sempat koreksi, maaf ya:(
Besok bakal update lagi untuk part selanjutnya^^

Science Or Love 《SenkuxReaders》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang