Part 51

3K 429 101
                                    

(Y/N) menggerutu kesal lantaran Senku yang mendadak hilang, padahal ia ada janji pada (Y/N) bahwa mereka akan jalan-jalan sore bersama setelah Senku menyelesaikan tugasnya bersama Chrome dan kakek Kaseki. Namun nyatanya, lelaki itu malah pergi dan melupakan janjinya.

Sudah sejak tadi (Y/N) terus menunggu hingga akhirnya senja datang dan akan menghilang dikarenakan sang surya sedang mempersiapkan diri untuk kepergiannya dan kembali besok pagi. Menghitung detik, kini wanita itu tengah merenung sendiri. Ditemani suara kecil dari binatang-binatang yang bersembunyi dibalik lebatnya rerumputan, (Y/N) menghembuskan nafas lelah.

"Kembali saja. Mungkin masih sibuk..." Lirihnya pelan sembari mulai berdiri dari posisi duduk nyamannya. Gelenyar aneh menghampiri dada kala netra tak sengaja memandang rembulan yang bersinar terang, seuntai impian lelaki itu terlintas. (Y/N) tersenyum kecut, sadar jika dirinya hanyalah tokoh figuran. Semua orang sedang sibuk menyiapkan untuk bertempur melawan Tsukasa, dan ia malah memikirkan dunianya sendiri.

Tidak tahu diri.

Dadanya berdenyut nyeri karena terus memikirkan hal yang seharusnya tidak dipikirkan. Hingga akhirnya terdengar suara seseorang memanggilnya, (Y/N) menoleh. Ruri berdiri dengan keranjang buah ditangannya, seulas senyum ia berikan pada (Y/N) yang hanya diam mematung, mereka jarang bicara berdua. Dan situasi canggung tengah melanda.

"Ah, hay Ruri. Maaf aku—"

"Tidak perlu seformal itu (Y/N)." Ucap Ruri sembari tertawa pelan.

Kini, mereka berdua tengah berjalan bersama. Dibawah naungan sinar bulan sembari berbincang-bincang kecil, hingga topik pembicaraan mereka mengarah pada Senku. Ruri bilang, Senku sangat hebat. Dan (Y/N) tersenyum mendengarnya, cukup singkat namun (Y/N) tahu itu mengandung arti lebih, layaknya seorang penggemar yang mengaggumi pemeran utama.

Ah benar, dalam cerita ini pun. Senku lah pemeran utamanya.

"Kau menyukainya?" Tanya (Y/N) sesaat sebelum suasana hening. Senyum Ruri mengembang, pandangan matanya tetap fokus kedepan tanpa menoleh sedikitpun pada wanita disampingnya.

"Aku lebih menyukai Chrome. Menurutku mereka sama, begitu terobsesi akan sesuatu. Chrome pada ilmu pengetahuan yang baru saja ia ketahui, sedangkan Senku begitu terobsesi pada sains dan juga...kau."

Semilir angin malam menusuk kulit cukup membuat (Y/N) terdiam. Perkataan yang menyenangkan hati, seolah ia adalah pasangan dari sang pemeran utama. Benarkah demikian? (Y/N) berdehem pelan, maniknya menatap tanah dengan rerumputan kecil yang mulai tumbuh.

Suara hewan kecil terdengar, tak ada yang bersuara setelah seuntai perkataan Ruri ucapkan. Pada akhirnya, mereka masih terdiam hingga sampai didesa. Ruri berpamitan pada (Y/N) untuk kembali pada rumahnya, meninggalkan wanita itu dengan sejuta pikiran. Kendati beranjak dan pergi menemui yang lain, (Y/N) masih terpaku pada pikirannya.

Netra Senku memandang (Y/N) lekat, tatapan matanya hanya terfokus pada wanita itu. Sudah sedari tadi ia hanya berdiam diri menunggu sang wanita berbalik badan dan melihat wujudnya disini. Senku tahu ia lupa, ia juga sadar jika mengingkari janjinya pada (Y/N), mungkin itulah alasanya hanya termangu seraya menatap langit malam.

"Maaf." Sepatah kata terucap cepat tanpa memandang lawan bicara. (Y/N) tersentak kala Senku duduk disampingnya dengan kepala yang sengaja ditaruh pada bahu wanita itu.

"Tidak apa-apa Senku. Lagipula hanya jalan-jalan, kita bisa melakukannya setelah kau selesai dengan urusanmu."

Senku berpindah, kini duduk tepat dibelakang tubuh (Y/N) dengan tangan yang melingkari pinggang wanita itu, hidungnya mencium aroma tubuh sang wanita, candu dan Senku suka itu. "Aku melihatmu dengan Ruri tadi, apa yang kalian lakukan?" Tanya Senku dengan nada serak, hidung mancung ia gesekan perlahan pada ceruk leher (Y/N).

"Emm..sedikit hal—kecil."

"Seperti?"

Oh sial! Suara (Y/N) tercekat karena tangan Senku meremas pinggangnya pelan, apalagi kecupan pada belakang lehernya membuat tubuh (Y/N) sedikit tersengat listrik. Kendati bersikap tenang, tubuhnya terus meronta minta lepas saat Senku dengan sengaja meniup sisi telinganya.

"Kenapa diam, hm?"

"Senku, jangan disini, kita belum menikah." Sentak (Y/N) cepat sembari memegang pergelangan tangan lelaki itu.

"Kukuku, kau takut kuperkosa?"

Mata (Y/N) memicing tajam, kepala ia putar menyamping demi menatap wajah Senku yang sedang mengejeknya mungkin. "Iya. Kakek-kakek seperti mu sangat menakutkan." Senku terperangah mendengar perkataan (Y/N). Kakek-kakek dari mana? Apakah (Y/N) buta tidak melihat wajah tampan dan berani milik Senku ini?

"10 miliyar persen kau mengarang kan?"

"10 miliyar persen kau tidak ingat usia Senku? Bukankah usiamu sudah ribuan tahun?" Balas (Y/N) cepat dengan seringai mengejek yang tercetak manis diwajah ayu nya. Mata Senku memutar bosan, ia menarik tubuh (Y/N) hingga kening mereka bertemu, adu nafas pun terjadi antara kepala bawang dan ratu drama.

"Bukankah aku vampire? Aku bisa menghisap darahmu hingga kau meminta lebih." Ucap Senku pelan, nada nya merendah, pandangan matanya meredup. Kabut gairah terpampang dari wajahnya yang mulai sedikit memerah.

"Jangan macam-macam Senku! Nikahi aku du—!"

Sentakan (Y/N) terdengar lantang sebelum bibirnya dibungkam dengan benda empuk. Terasa empuk dan begitu nikmat, apalagi pergulatan antara lidah yang Senku lakukan mempererat tubuh mereka untuk terus menempel serta menyalurkan rasa panas, tepat setelah lawan main kehabisan nafas. Senku memutus ciuman dan meninggalkan bekas saliva yang masih terhubung antara dua bibir mereka.

"Bentuk permintaan maaf ku, Sayang." Kecupan hangat pada dahi Senku berikan setelah melepas tautan mereka.

"Ah iya! Malam ini aku ingin...bermain sebentar." Bisiknya pelan sembari menjilat kecil telinga (Y/N).

Senku bangkit dan meninggalkan wanita itu sendiri dengan beribu perasaan aneh yang menjalari dadanya, kupu-kupu yang teramat banyak seolah bermain diarea perut (Y/N) hingga ke dada. Hawa panas begitu kentara ia rasakan diwajah hingga kuping. Membuat empunya terus-terusan menarik nafas panjang.

"Senku dan perkataannya tidak baik bagi jantung."

(Y/N) beranjak dari tempatnya dan mencoba menyusul Senku, namun ditengah perjalanan ia melihat Gen dan Ukyo sedang berbincang, tidak jauh dari tempat ia dan Senku tadi berada. Merasa sedikit ada kejanggalan, (Y/N) mencoba mendekat, berusaha menguping dua pemuda tampan itu, sayang salah satunya adalah pecinta pria, jangan-jangan Gen Homo?

"Tidak perlu bersembunyi (Y/N)-chan, suaramu terdengar dari tadi."

(Y/N) tersentak kaget kala sebuah tangan menepuk bahunya pelan, sejak kapan? Padahal (Y/N) sedari tadi terus memperhatikan mereka. Ia menghela nafas, menoleh dan mendapati Gen yang memberikan senyum serta Ukyo yang berusaha menahan tawa, apanya yang lucu?

"Dari tadi?" Mengulang kembali perkataan Gen, kening (Y/N) mengerut tanda tidak mengerti. Bukankah itu berarti Gen dan Ukyo sudah berada disini sejak ia dan Senku masih bersama...

—Tunggu! Mereka melihatnya?!

"Kalian—!"

"Jangan salah paham, kami hanya berbincang dan tidak mengintip...mungkin." jawab Ukyo cepat sebelum wanita itu menyelesaikan ucapannya. (Y/N) menggigit bibir bawahnya, mengapa sering kali situasi ini terjadi? Hampir beberapa kali ada yang memergoki ia dan Senku sedang berdua-duaan.

Apakah Author tidak merestui?

"Jadi kalian sedang apa disini?" Tanya (Y/N) sinis, matanya menyipit mencoba mencerna sekaligus mencari tahu.

Ukyo berdehem pelan, irisnya bergulir menatap Gen yang tidak bersuara. Guna mencairkan suasana, ia tersenyum selembut mungkin agar sang wanita sedikit merasa nyaman. "Kami sedang membahas hal kecil...kerja sama."

Sejenak (Y/N) terpaku, menyadari jika akan membahas hal serius ia pun menegakan badannya.

"Lanjutkan."





































TBC.

Seperti biasa aku bakal minta maaf karena lama update:) mohon para readers pengertiannya:>
Semoga betah sama fanfic yang amat panjang ini, sampai jumpa di next part<3

Science Or Love 《SenkuxReaders》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang