part 23

5K 736 38
                                    

Cerita dimulai dengan keadaan (Y/N) yang sedang berada dipinggir sungai, gadis itu membantu Kohaku mengambil air atas permintaan Senku.

Dengan lihai tangannya mengambil benda yang sejenis ember. Angin sepoi-sepoi membuat suhu yang awalnya panas menjadi adem. Mata (Y/N) menatap Kohaku sejenak.

"Apakah ini cukup?" Tanya (Y/N) pelan seraya mengambil alih embernya lagi saat sudah terisi penuh.

"Yah, ini cukup." Balas Kohaku seraya berdiri.

Mereka mulai berjalan perlahan, sesampainya ditembat kediaman. Ember yang berisi penuh air itu diberikan pada Chrome. (Y/N) menatap sekitar, namun dirinya tidak menemukan wujud Senku. Lantas ia pun mendekat kearah Chrome guna bertanya.

"Chrome, dimana Senku?"

Chrome sedikit tersentak, dirinya menghela nafas lega. Mungkin ia terlalu kaget karena melihat (Y/N) yang tiba-tiba saja sudah berada disamping kanannya.

"Dia bilang ada urusan." Jawab Chrome cepat.

"Urusan apa?"

"Dia bilang ingin menemui seseorang, jika tidak salah dia pergi kearah hutan." Jelas Chrome, lelaki itu meletakan ujung jari didahi, seolah berpikir.

(Y/N) mengangguk dan segera meninggalkan Chrome yang masih berkutat dengan pikirannya. Entah apa yang lelaki itu pikirkan, namun ia terlihat serius.

Kaki jenjang (Y/N) menapak tanah. Pikirannya berkeliaran memikirkan siapa yang ditemui Senku. Gen kah? Jika iya, pasti Senku memberi tahunya, tapi mengapa harus sembunyi-sembunyi?

Langkah (Y/N) terhenti saat mendengar suara seseorang. Suara yang sangat familiar ditelinga, saat itu juga (Y/N) yakin jikalau itu adalah Senku. Kakinya kembali melangkah cepat.

Namun, (Y/N) dibuat kaget dengan seorang perempuan yang berdiri tepat disamping Senku, mereka terlihat membicarakan sesuatu. Saat itu juga (Y/N) bertanya-tanya, siapa dia?

Hati (Y/N) serasa diremas saat Senku tersenyum manis ke arah gadis itu. Padahal hal itu wajar untuk dilakukan Senku, tapi kenapa (Y/N) merasa tidak terima. Lagipula ia tidak mengenal gadis itu, secara logika tentu itu membuatnya risau.

"Senku, bagaimana keadaanmu?" Tanya gadis didepan sana, ia perlahan-lahan mendekat kearah Senku.

Sedangkan Senku tidak menjawab langsung, ia dibuat melamun beberapa saat. Atensinya berhenti saat gadis itu mengulang pertanyaan yang sama. Senku menoleh dan sedikit menarik bibir.

"Aku baik-baik saja."

Senku tiba-tiba saja bangkit dari duduknya. (Y/N) yang tidak berada jauh dari mereka segara bersembunyi dibalik pohon. Nafasnya menjadi tidak teratur, jantungnya dibuat kaget untuk kesekian kalinya. Dengan pelan dirinya kembali mengintip Senku dan gadis itu.

"Kau akan kembali sekarang?" Tanya gadis itu, dari raut wajahnya. Gadis itu terlihat tidak senang, ia mengerucutkan bibir. Oh sialan! (Y/N) benci ini.

"Ya, aku tidak ingin membuat yang lain khawatir. Kau juga harus kembali ke kerajaan Tsukasa bukan?"

Mata (Y/N) membulat saat mendengar kalimat Senku. Kerajaan Tsukasa? Gadis itu berasal dari sana? Apakah dia mata-mata seperti Gen? Atau mempunyai hubungan spesial dengan Senku? Astaga! Beban pikiran (Y/N) bertambah karenanya.

"Kalau begitu jaga dirimu, Senku."

Senku hanya mengangguk, setelahnya ia pergi meninggalkan gadis itu. Setelah Senku sudah menghilang dibalik pepohonan, gadis itu akhirnya juga ikut meninggalkan tempat. (Y/N) terdiam, ia masih berada pada tempat yang sama.

Tubuhnya seolah linglung, tidak menyangka jika Senku menyembunyikan hal ini padanya. (Y/N) terduduk lemas diatas tanah yang sedikit basah, tubuhnya tidak sanggup bahkan untuk berdiri saja. Sakit, sakit sekali. (Y/N) benci saat harus merasakan sakit ini, namun proses jatuh cinta membuatnya bahagia.


***


Senku melangkah pelan, ia kini sudah berada di kerajaan sains. Matanya melirik singkat kearah Chrome yang sibuk dengan kegiatannya sendiri. Dirinya dibuat heran saat matanya tak menangkap sosok (Y/N), biasanya gadis itu selalu berada disana untuk membantu.

Alisnya berkerut, Senku mendekat kearah Chrome. Sedikit menepuk bahu lelaki itu, Chrome lagi-lagi tersentak dengan orang yang berbeda. Ia berwajah masam.

"Mana (Y/N)?" Tanya Senku to the point. Matanya memandang wajah Chrome serius.

Chrome yang mendengar dibuat bingung, tadi (Y/N) yang mencari Senku, sekarang Senku yang mencari (Y/N). Harusnya mereka berpapasan dijalan bukan?

"Kau tidak melihatnya?" Bukannya menjawab, Chrome malah bertanya balik. Itu membuat Senku semakin bertanya-tanya, ia menggeleng.

"Tadi dia menanyakan mu, aku memberi tahunya jika kau pergi menuju hutan. Seharusnya kau sudah bertemu dengan nya sekarang." Jelas Chrome.

Senku dibuat terdiam, mulutnya mati rasa. Matanya sempat membulat tadi, namun ia dengan lekas kembali berwajah datar. Senku hanya mengangguk dan meninggalkan Chrome.

Langkah kakinya bergerak lambat, seolah-olah waktu berhenti berputar. Tebakan Senku selalu benar, dari pernyataan Chrome tadi. Seharusnya ia bertemu (Y/N), lantas mengapa tidak? (Y/N) melihatnya, namun Senku yang tidak melihat gadis itu.

Intinya, (Y/N) melihat Senku saat lelaki itu sedang bersama dia. Apakah (Y/N) berpikir jika Senku memiliki hubungan dengan gadis itu? Ah itu tidak penting.

Yang terpenting sekarang pergi menemukan (Y/N). Baru saja ingin kembali memasuki hutan, tiba-tiba Kohaku datang menghampiri Senku. Ia mengatakan jika kondisi Ruri semakin parah. Jadi tidak ada waktu bagi mereka untuk bersantai.

Senku yang saat itu masih memiliki pikiran lain malah dibuat harus berpikir lagi. Ia mengurungkan niatnya mencari (Y/N) dan memilih kembali bersibuk. Senku harap (Y/N) baik-baik saja.

"(Y/N)!"

Kepala Senku seketika menoleh saat mendengar pekikan Kohaku. Matanya dibuat melotot dengan keadaan (Y/N) yang basah kuyup, pakaian basah semua. Dengan cepat kakinya berlari mendekati (Y/N).

Telihat gadis itu menggigil, padahal sekarang masih sore hari. Senku mendekat dan langsung menarik tangan (Y/N) membawanya menuju api unggun yang memang telah dibuat sejak tadi.

Gadis itu tidak mengatakan sepatah katapun, masih berdiam diri. Sampai Kohaku memberikan nya baju ganti, dan sedikit kaik untuk mengeringkan tubuh.

Senku masih setia disana menemani, bahkan lelaki itu juga tidak mengatakan apa-apa. Seolah peka mengapa gadisnya tidak bersuara, mata merah maronnya menatap lekat wajah yang sedang menunduk, nafasnya teratur dan bibirnya memutih.

"Masih dingin?" Tanya Senku dengan suara datar, ada sedikit perhatian yang ia berikan. Padahal kemarin mereka masih baik-baik saja. Berpelukan dan saling mengejek, waktu berlalu cepat hingga memutar keadaan.

Tidak menjawab, (Y/N) memilih mengangguk pelan. Bahkan untuk mengeluarkan suara pun ia tidak sanggup, ia takut suara yang dikeluarkan bergetar menahan sesak didada.

Astaga! (Y/N) ingin menangis, namun ia tak ingin dianggap cengeng. Sedangkan tangan Senku terus-terusan mengenggam tangannya yang mendingin. Lelaki ini membuatnya gembira dan juga sakit. Andai (Y/N) punya keberanian untuk bertanya, namun ia yakin air mata tidak terbendung akan langsung mengalir.





























TBC.

Science Or Love 《SenkuxReaders》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang