Beberapa bulan berlalu, mereka berhasil membuat gubuk kecil, mendapatkan kain sebagai baju, dan juga mendapatkan tombak yang terbuat dari batu. Syukurlah tidak jadi dimakan (Y/N). Mereka juga berhasil membuat lab untuk penelitian Senku tentunya.
"Ano..Senku, kita akan membuat apa?" Tanya (Y/N) yang memasuki lab, matanya memperhatikan sekeliling lab, banyak sekali burung walet yang menjadi batu. Kini mata (Y/N) terfokus pada Senku yang sedang meracik ramuan, terkadang terdengar sedikit umpatan yang keluar dari bibir pemuda itu saat bahan yang telah ia racik tidak sesuai kemauannya.
"Ramuan pembangkit." Kata Senku datar, lalu ia berbalik dan menghadap (Y/N).
"Dimana badan bongsor itu?"
"Taiju? Entahlah, mungkin menemani Yuzuriha yang masih membatu. Ano..Senku, kapan kita akan membangkitkan Yuzuriha?" Tanya (Y/N) pelan.
"Masih butuh waktu, kau pikir membuat cairan ini dalam sekali simsalabim langsung jadi?" Senku tersenyum mengejek, sedangkan (Y/N) mati-matian menahan amarah yang ingin meledak. Untung ganteng.
Senku menatap (Y/N) lekat. Matanya memperhatikan setiap bentuk wajah bahkan tubuh yang entah mengapa, selama beberapa hari ini selalu membayanginya. Mata merah maron nya terfokus pada bibir kenyal nan manis. Ia segera menepis pikiran tentang bagaimana rasa bibir itu, tidak bisa dipungkiri, Senku ketagihan dan ingin mencobanya lagi.
"Kuso." Umpat Senku pelan, namun telinga (Y/N) terlalu tajam, ia menoleh dan memandang Senku bingung. Setelahnya, entah sadar atau tidak, (Y/N) berjalan mendekati Senku yang masih berkutat dengan pikirannya sendiri.
"Hoi Senku! Kau kenapa?" Sialan! (Y/N) menangkup wajah Senku dengan kedua tangannya, memaksa agar mata mereka saling bertubrukan satu sama lain. Senku merasa bahwa jantungnya berdebar tidak karuan, padahal ia yakin tidak mempunyai penyakit jantung.
"Apa yang kau lakukan bodoh, lepaskan aku." Kata Senku sarkas dan langsung mendorong (Y/N) mundur kebelakang.
"Aku dari tadi memanggil mu, kau saja yang kebanyakan melamun." Cibir (Y/N) dan setelahnya gadis itu pergi meninggalkan Senku yang masih mematung sendiri. Layakmya orang bodoh.
"Tidak..tidak bisa, Sains lebih penting dari pada dia!"
***
Malam pun tiba, kini mereka bertiga sedang duduk melingkari api unggun yang baru saja dibuat Taiju. Sambil makan ikan bakar hasil tangkapan nya, Taiju mengoceh tidak jelas. Sedangkan Senku dan (Y/N) hanya memandang bosan kearah teman sebaya mereka.
"(Y/N), Bukan kah kau dari klub drama?" Pertanyaan yang tiba-tiba dari Taiju membuyarkan lamunan (Y/N).
"Hmm yaa, kenapa?" Tanya (Y/N) balik, entah mengapa ia sekarang merasa tertarik dengan apa yang akan di bahas.
"Kenapa kau ikut klub itu? Padahal banyak klub yang lain kan?"
"Hmm kenapa ya? Awalnya aku ikut klub sains, tapi karena Ketua berkepala bawang itu menolakku. Jadinya aku ikut klub drama." Sindiran keras (Y/N) tentu membuat Senku memandang nya sinis, sadar jika gadisnya kini membicarakan dia. Eh! Gadisnya?! Tolong lempar Senku kejurang sekarang.
"Hah? Dasar, ketua berkepala bawang itu pasti sangat menyesal karena menolakmu." Kata Taiju, otak pemuda itu benar-benar kosong. Tidak sadarkah ia tengah menyindir sahabat kecil nya sendiri? Okey, Senku coba memaklumi karena ia memang sudah tau jika Taiju hanya menang diotot.
"Hahaha iya, Tapi aku senang karena masuk klub drama. Disana aku bisa mengerti tentang cinta, apalagi aku jadi tokoh utama yang selalu memerankan tokoh protagonis." Jelas (Y/N) bangga, ia tersenyum mengingat betapa senangnya dulu saat latihan drama. Tapi sayang, sekarang tidak akan terjadi lagi.
Tanpa sadar, air mata yang ia tampung kini tumpah, dada nya teramat sesak. Kota yang awalnya ramai kini tinggal tanah lapang, banyak ditumbuhi tumbuhan dan pohon-pohon. Taiju hanya terdiam, ingin meredakan tangis (Y/N) namun bingung harus melakukan apa. Sedangkan Senku, hanya memandang gadis itu. Matanya menyorot dingin, lalu menyeringai. Senku bangkit dan berjalan mendekat kearah (Y/N).
"Heh? Kau menangis? Padahal semua itu belum hilang, bukan kah ada gunanya kau masuk kedalam klub itu. Jika peradaban manusia kembali, kau bisa mengulangnya dari nol."
Kata-kata Senku seolah memotivasi (Y/N), walau suaranya terdengar mengejek, namun yang (Y/N) tangkap, Senku hanya ingin menyemangatinya. Senyum cerah terukir diwajah gadis manis itu, matanya sedikit menyipit dan pipi tembem nya begitu kentara dengan wajahnya yang chabi, ia tampak manis.
"Arigatou ne Senku, tumben kau baik sekali?"
"Kukuku aku hanya tidak ingin mendengar rengekan mu gadis cengeng."
"Ku tarik kata-kata ku kembali sialan!"
Dan pertikaian antara kepala bawang dan gadis drama pun dimulai. Ahh, mereka bahkan melupakan keberadaan Taiju yang hanya diam mematung memperhatikan interaksi dua sejoli.
"Lagi-lagi hanya bisa menemani nyamuk."
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Science Or Love 《SenkuxReaders》
Short StorySenku tahu betul jika ia sudah terlibat cinta, maka otaknya tidak akan mampu untuk berpikir logis. Karena, semua hal tentang cinta itu tidak ada yang logis dan penuh fantasi. Karena itulah, Senku selalu menghindari kata "Cinta" dalam hidupnya. Bagin...