1 bulan telah berlalu, hubungan Lim dan Rosie masih baik baik saja, ya walaupun kadang sering terjadi perdebatan antar keduanya, dan itu sering terjadi karena perubahan mood Rosie yang tidak wajar menurut Lim.
Istrinya kadang merajuk, kadang manja, kadang galak, kadang cemburuan. Sikap Rosie yang berubah rubah membuat Lim harus ekstra bersabar.
Pernah sesekali Lim harus marah pada Rosie, membuat gadis itu ikut merajuk dan mereka saling mendiami hampir 2 minggu, dan berakhir Lim yang harus minta maaf karena tak tega melihat Rosie yang harus menangis secara diam diam.
Tapi ada 1 kewajiban yang harus Lim penuhi, tepat besok, dia harus berangkat ke papua untuk pekerjaannya.
Terkadang dia memikirkan hal itu saat sedang sendiri, apa dia menyesal meninggalkan Rosie??
Bagaimana nasibnya dan Rosie nanti??
Dia hanya bisa berdoa, semoga semua akan baik baik saja nantinya.
Seperti saat ini, Lim tengah di kantor papanya untuk menyiapkan beberapa barang untuk keberangkatannya.
Semua dia lakukan agar Rosie tidak tau.
" Kamu yakin ga ngasi tau istrimu??" Lim tersenyum kearah papanya.
"Engga pa, Rosie ga perlu tau." Ujar Lim singkat.
"Setidaknya beri dia pesan sebelum kamu berangkat." Jelas Gading lagi.
" Lim udah tulis, Lim titipin ke bang Seulgi." Jelas Lim lagi.
" Yaudah, kamu punya waktu sekitar 10 jam lagi buat berangkat." Ujar Gading.
"Iya pa, Lim pamit pulang ya, bilang mama kalau Lim nunggu di bandara nanti." Jelas Lim, diangguki oleh papanya.
Sebenarnya Gading sangat berat hati melepas keberangkatan Lim, apalagi dia tau kawasan yang Lim singgahi adalah daerah rawan terjadinya perang dadakan disana.
Tapi mau bagaimana lagi, dia tidak bisa melarang kewajiban anaknya ini.
¤¤¤¤¤
Rosie terduduk gelisah di ranjangnya, gadis itu bingung mau senang atau sedih.
Sesekali dia melihat kearah testpack yang dia pegang, senyum di wajah cantiknya terlihat.
Sejak 2 minggu yang lalu dia merasa heran dengan kelakuannya sendiri, bahkan dia mulai risih dengan keadaannya yang kadang ingin selalu muntah dan sakit kepala.
Waktu itu belum ada pikiran untuknya membeli testpack, hingga hari ini Rosie beranikan diri untuk mengetes, dan benar saja, 2 garis merah tercetak di testpack miliknya.
Ada rasa ragu di hati Rosie untuk memberi tau Lim soal ini, dan mungkin dia akan memberi tau Lim saat dia sudah periksa ke dokter.
Mengingat sebentar lagi ulang tahun suaminya, Rosie ingin memberi kejutan untuk Lim.
" Aku pulang!"
Rosie segera menyembunyikan testpack yang dia pegang lantas berjalan terburu buru menghampiri suaminya.
" Hon, darimana??"
" Biasa di rumah pak RT tadi." Ujar Lim bohong, Rosie hanya mengangguk.
" Aku mau makan." Ujar Rosie menatap Lim manja.
Lim tersenyum lantas dia peluk pinggang Rosie.
"Makan apa??" Tanya Lim.
" Gatau, aku mau makan yang enak." Ujar Rosie, Lim tersenyum lantas dia dekatkan wajahnya kearah wajah Rosie.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY 2 (END)
Fanfictionkelanjutan dari DESTINY " mungkin emang takdir kita kaya gini" -lim " Maafin gue lim!!" -rosie