Minggu ke minggu telah berlalu, waktu waktu itu Lim dan Rosie bikin untuk persiapan pernikahan mereka yang udah hampir beres.
Namun, akhir akhir itu juga yang membuat Lim agak kelabakan, karena tiba tiba dia di panggil ke kantor pusat untuk mengurus beberapa hal. Jadi terkadang dia tidak bisa mengantar Rosie untuk mengurus keperluan pernikahan mereka.
Seperti saat ini, Rosie bersama Irene sedang menghitung undangan pernikahan yang sudah jadi di kediaman Lim. Di bantu mamanya Lim dan bundanya.
Agak kesal bagi Rosie karena Lim ga dateng, tapi ya mau gimana lagi, pekerjaan nya lebih penting saat ini.
" Bun, ini udah semua, tinggal di bagi aja." Kristin tersenyum mendengar perkataan anaknya.
"Iyaa, tapi, kayanya ada yang kurang." Rosie mengerutkan keningnya bingung.
"Apa bun??"
"Oh iya dek, ngga ngundang??" Bukan Kristin yang menjawab namun Irene, yang membuat semua orang yang ada di ruang tamu terdiam.
"Ga usah mancing bisa kak?!" Tanya Rosie kesal. Entah kenapa dia tidak ingin di ingatkan dengan nama lelaki itu, di hari bahagianya.
"Udah udah, mending ga usah dulu, demi kebaikan kita."
" Kebaikan apa nih?" Semua orang menoleh kearah pintu, memperlihatkan Lim yang datang dengan seragamnya.
Tentu saja membuat semua orang gugup, andai saja Irene tidak menyamarkan namanya, sudah pasti Lim tau semuanya.
"Engga kok nak, gimana, kamu akhir akhir ini kok sibuk?" Tanya Dian, mengakhiri ke gugupan mereka.
" Iya ma, papa lagi ngurus kepindahan aku, ya jadinya aku ga di taruh di tempat yang jauh gitu." Jelas Lim yang kini mengambil duduk di dekat Rosie.
" Berarti kamu ga harus jauh jauh lagi kerjanya??" Tanya Rosie dengan kedua mata berbinar, Lim tertawa dan mengacak gemas rambut Rosie.
"Engga hon." Balas Lim dengan senyumnya.
"Bentar ya aku ganti baju dulu." Ujar Lim mengecup pipi Rosie kemudian berlariam pergi ke arah kamarnya karena takut di lempar sandal oleh sang mama.
"Kebiasaan banget ya! belum aja jadi suami istri." Dian menggelengkan kepalanya.
"Woi dek!! kalo lari liat liat dong!!"
"Maapin bang, buru buru gua." Seulgi mendengus kesal karena saat hendak turun ke bawah, dia bertabrakan dengan Lim dulu.
"Seul apa sih?? masih pagi kok bertengkar?" Seulgi duduk di dekat mamanya.
"Lim ma, masa iya aku ditabrak, dikira tembok kali ya??" Dian tertawa melihat tingkah Seulgi yang mengadu layaknya anak kecil
Namun disisi lain diam diam, ada seseorang yang memperhatikan Seulgi dengan menatapnya sendu.
●●●●
" Hon, honey!!"
Hening tidak ada jawaban dari Lim, yang tengah tertidur setelah dia mandi, Rosie menghela nafas, menahan semburat merah melihat abs Lim yang tercetak sangat jelas di perutnya.
Sebab saat ini Lim tengah tertidur dengan bertelanjang dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY 2 (END)
Fanfictionkelanjutan dari DESTINY " mungkin emang takdir kita kaya gini" -lim " Maafin gue lim!!" -rosie