" Gimana?? cocok gak??" Lim tersenyum kearah mamanya.
"Cocok kalo Lim mah."
"Rosie juga."
"Bagus kalo gitu, bisa kita percepat ya pernikahannya, soalnya ayah pingin cepet nimang cucu." Ujar Ayah Rosie, membuat semua orang tertawa, tapi Rosie menunduk malu.
" Senyum senyum aja lu coeg, berduaan kaga ngapa ngapain kan?" Lim mendelik kearah June yang berbisik padanya.
" Ya gak lah, yakali gua nganu." Balas Lim.
"Awas aja lu nganu!"
"Kaga kampret!" Lim mengacak rambut June gemas. Karena lelaki itu terus menuduhnya yang iya iya.
Padahal ya iya iya.
" Bener juga, papa sih setuju kalo kita adain bulan depan."
"Bener mama juga setuju." Lim cuma tersenyum memandang kedua orang tua dan calon mertuannya.
" Lim terserah Rosie aja, mau ga di cepetin??" Rosie yang mendengar itu menyikut perut Lim pelan.
"Mau kok, tapi wajahmu bisa biasa aja?? ga usah kaya orang mesum gitu." Ujar Rosie mendelik, Lim yang mendengar itu tertawa.
" Yaudah, kalo gitu, abis ini kalian ke butik ya."
"Lim ajak ke butik langganan yang baisanya, mama udah bilang sama ownernya." Jelas Dian, Lim hanya mengangguk.
"Yaudah, kita mau refreshing dulu."
"Loh Irene mana?" Kristin celingak celinguk mencari anak sulungnya.
"Loh itu te, ka Irene." June menunjuk ke arah Irene yang baru datang dari arah toilet.
"Mata kamu kenapa nak??" Ayah Irene bingung, karena kedua mata putrinya sembab.
"Eh e engga kok yah, abis ngeliat video di tiktok, bawang lagi, kan nangis akunya." Ujar Irene dengan senyum paksaan.
"Yaudah, kalian hati hati ya."
●●●●
Kini Rosie dan Lim tengah berada di perjalanan menuju butik yang disarankan oleh Dian.
" Hon, kok Jeno ga kita ajak aja?" Tanya Lim, Rosie terkekeh, lalu mengelus lengan Lim lembut.
" Kamu kaya ga pernah ketemu Jeno aja hon, nanti habis kita semua pulang ke rumah, kamu bisa main." Lim menoleh kearah Rosie dan tersenyum manis.
"Udah ga usah di manisin gitu senyumnya, lihat jalan ih! nanti nabrak!" Rosie menjauhkan wajah Lim yang terus memandangnya.
" Loh emang aku manis dari sananya kan??" Rosie mendelik.
"Heh? siapa yang bilang kamu manis?" Lim mendengus kesal.
"Gebetanku di papua." Lim langsung terdiam dengan ucapannya, niatnya bercanda mungkin salah, karena dia bisa merasakan aura mematikan dari sebelah kirinya.
"M mmm a a aku aku becanda hon sumpah." Lim berucap canggung, namun Rosie menepis tangan Lim yang hendak meraih tangannya. Gadis itu terdiam dengan wajah datarnya menghadap ke jendela mobil.
"Anying! Goblok banget gua!"
Sesampainya di butik, keheningan dari keduanya terjadi, bahkan yang sebelumnya Lim bergandengan dengan Rosie, sekarang Lim seperti bodyguardnya, berjalan di belakannya.
"Eh Lim, apa kabar?? Yaampun tante udah lama ga liat kamu, tau tau udah mau nikah aja." Lim tertawa menanggapi ucapan teman mamanya.
" Iya tante, Lim mau cari gaun yang cocok buat dia tan. Kalo bisa di desain in yang khusus ya, biar makin cantik." Ujar Lim sesekali melirik Rosie yang acuh dengan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY 2 (END)
Fanfictionkelanjutan dari DESTINY " mungkin emang takdir kita kaya gini" -lim " Maafin gue lim!!" -rosie