Sejak menikah sampai usia pernikahannya memasuki bulan ke 5, Kendra memang belum pernah memangkas lagi rambutnya. Sehingga rambut pria itu berubah menjadi panjang sampai atas bahunya, membuat istrinya beberapa kali menegurnya agar segera merapikan rambutnya. Sebenarnya dia tidak marah jika Kendra berambut gondrong, hanya saja dia lebih terbiasa melihat suaminya terlihat rapi. Namun usaha Rona tidak berhasil pria itu tetap saja mempertahankan rambut gondrongnya dengan alasan untuk menghadapi tugas mendatang.
" Ih... Kendra aku risih lihatnya." Keluh sang istri saat Kendra tak sengaja duduk di sebelahnya dan rambutnya mengenai bahu Rona, yang kini sedang mengenakan baju bergaris leher sabrina.
" Dirapihin kenapa rambutnya. Mau saingan sama aku?" Heran wanita ini kesal karena nasihatnya tidak diindahkan.
" Ya nggak. Cuma bentar lagi aku mau tugas ngawasin orang lagi jadi ganti penampilan dulu aja." Balas Kendra santai, karena memang benar tujuan dia tidak memangkas rambutnya untuk melancarkan aksinya saja.
" Huh. Tapi aku risih lihatnya." Rengek Rona .
Cup
" Harus suka." Tungkas Kendra setelah berhasil mengecup bibir ranum Rona yang mengerucut itu.
Rona jadi kesal sendiri kalo begini, sepertinya mau dengan cara apapun Kendra akan tetap mempertahankan rambut gondrongnya.
Beberapa hari yang lalu Rona baru saja bertemu dengan atasannya untuk membahas kontrak kerjanya yang hampir habis itu. Sebelum memutuskan untuk memperpanjang atau tidak wanita ini meminta waktu sejenak untuk memikirkannya. Haruskah dia bercerita dengan suaminya? Entahlah Rona kurang yakin dan sebaiknya dia putuskan saja sendiri nanti. Tapi tiba-tiba dia jadi teringat dengan ucapan kakaknya, jika dia ingin memiliki anak sebaiknya dia berhenti bekerja saja.
Apa sebaiknya gue berhenti kerja aja ya? Biar papa nggak ngerengek terus, tapi emang gue udah beneran yakin?. Batin Rona gelisah jika memikirkan hal itu.
" Rona... Kopinya mana???" Seru Kendra dari teras samping rumah.
" Eh... Iya Ken, bentar." Gara-gara melamun dia jadi lupa dengan apa yang harus dikerjakan sekarang.
" Nih kopinya." Ucap Rona lalu meletakkan segelas kopi dan satu piring pisang goreng, yang terlihat enak karena masih hangat.
" Makasih sayang." Balas Kendra dan mengecup pipi istrinya.
" Huh. Ken madep sana coba, aku ikatin rambut kamu biar nggak kaya genderuwo gitu." Printah Rona yang jengah dengan rambut suaminya, apa susahnya mengikat rambutnya sendiri?
Kendra lalu memposisikan diri agar Rona lebih mudah mengikat rambutnya yang memang sering dia uraikan. Sebenarnya dia juga sedikit rindu dengan gaya rambut seperti ini, terakhir kali dia memiliki rambut gondrong ada tahun lalu setelah itu tidak. Setelah itu dia kembali fokus pada layar laptopnya guna bekerja, terlihat jari-jari tangannya dengan lihai menari di atas keyboard dan matanya terlihat jeli menatap setiap data di sana. Rona yang melihatnya saja sampai menggelengkan kepalanya karena pusing, kenapa suaminya bisa setahan ini.
" Ken, di dalam aja kenapa? Disini banyak nyamuk mana dingin lagi. Ayo..." Rengek Rona sambil mengusap-usap lengannya yang terasa dingin akibat kolaborasi angin malam dan hawa dingin dari hujan malam ini.
" Bentar, nanggung ini. Lagian kan tadi kamu janji mau nemenin aku kerja." Ingat Kendra dengan janji Rona tadi siang.
" Ya tapi nggak disini juga. Ken..." Sanggah Rona lalu menggoyangkan lengan Kendra yang masih saja sibuk melihat laptopnya. Ah memang menyebalkan pria ini jika sudah sibuk dengan pekerjaannya, istrinya selalu terabaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersemi di pelaminan ✔️
RomanceBerawal dari ketemu mantan di penertiban lalu lintas, Rona langsung nilang status polisi disebelahnya. Niatnya ingin mengajak kerjasama malah diajak nikah sama pak polisinya.