13.

7.1K 311 0
                                    

" makasih ya mas Niko, udah mau ambil mobilnya ke rumah." Ujar Kendra saat mobilnya akan dibawa pergi ke bengkel untuk di servis.

" Iya mas sama-sama, biasanya kan juga gitu." Balas Niko orang bengkel yang menjadi kepercayaan Kendra untuk mengurus mobilnya.

Setelah selesai dengan urusan mobilnya Kendra lalu memanggil istrinya. Karena hari ini mereka akan berangkat bersama walaupun semalam Rona sempat menolaknya. Tapi mau gimana lagi paksaan Kendra yang membawa-bawa soal, dosa istri yang tidak mau menuruti suaminya membuatnya mengalah. Lagi pula sekali-kali diantar kerja sama suami bolehkan, sekalian pamer sama orang kantor.

" Pegangan dong." Suruh Kendra saat Rona sudah memboncengnya.

" Nggak mau." Tolaknya masih kesal.

Dengan terpaksa Kendra menarik kedua tangan wanitanya hingga memeluk pinggangnya. Ada rasa aneh saat tangannya menyentuh perut Kendra, aduh Rona malah jadi memikirkan yang tidak-tidak lagi. Setelah siap Kendra lalu melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata, menikmati suasana kota Jakarta pagi hari memanglah cukup menyenangkan. Apalagi sambil naik motor seperti ini, sudah lama tidak merasakan udara pagi yang pengap dengan asap kendaraan itu adalah alasan Rona selalu naik mobil jika bekerja.

" Na, jangan cemberut terus. Nanti cantiknya luntur hlo." Ujar Kendra sambil mengelus lutut istrinya saat berhenti di lampu merah.

" Ya habis kamu ngeselin sih." Balas Rona.

" Ya tapikan itu tugas. Mau nggak mau ya harus dilaksanakan, lagian ya kamu kan udah bilang sanggup pas di sidang waktu itu." Ingat Kendra pada acara sidang wawancara sebelum menjadi istri seorang polisi, dia mengatakan sanggup jika sewaktu-waktu akan ditinggal tugas oleh suaminya.

" Iya deh iya, kamu menang." Setuju Rona tapi dia tetap saja masih kesal, kenapa sih tugasnya tidak bulan depan saja.

Sesampainya di kantor Rona langsung turun dari motor dan tidak lupa mencium punggung tangan suaminya. Ya itu adalah kebiasaan barunya sebelum berangkat kerja sekarang. Sedangkan Kendra pasti akan mengelus puncak kepala istrinya. Memang pasangan yang romantis, lalu Kendra melajukan kembali kendaraannya membelah jalanan kota yang cukup padat.

Seperti apa yang di bilang Kendra waktu itu hari ini dia akan pergi ke luar kota untuk bertugas. Setelah kemarin berhasil meluluhkan hati istrinya pria ini merasa lebih lega untuk meninggalkan Rona beberapa hari kedepan. Rona mengantarkan suaminya sampai di pintu utama rumahnya, karena sebentar lagi jemputan suaminya akan tiba.

" Jaga rumah baik-baik ya, jangan makan sereal sama mie instan terus. Kalo ada apa-apa langsung telpon mama atau papa dan inget pesan aku yang semalam." Pesan Kendra dan diangguki oleh Rona.

" Iya, kamu juga hati-hati. Jangan sampai kecantol cewek sana. Awas aja aku aduin ke ayah sama ibu." Ancam Rona tersenyum.

Lalu Kendra mencium kening istrinya sedikit lama sebagai tanda perpisahan dan ini kali keduanya Kendra mencium keningnya, setelah di hari ijab qobulnya waktu itu. Lalu Rona mencium tangan suaminya setelah mendengar suara klakson mobil jemputan suaminya. Dia melambaikan tangannya menutup perpisahan pagi ini. Ah... Memang masih berat untuk ditinggal tugas seperti ini, apalagi pesan suaminya yang semalam. Dia tidak bisa sembarangan menghubungi Kendra saat bertugas, jadi dia yang harus menunggu kabar dari suaminya. Tapi ya sudahlah ini memang resiko dia menjadi istri seorang pengabdi negara yang harus selalu siap ditinggal tugas kapanpun.

Meskipun belum ada perasaan cinta pada istrinya, Kendra selalu berusaha bersikap baik layaknya seorang suami yang diinginkan oleh Rona. Memang dia tidak romantis dan juga kurang peka, tapi paling tidak bisa melihat Rona tersenyum karenanya itu sudah lebih dari cukup. Nyaman adalah tujuan utama Kendra saat ini, karena cinta itu bisa tumbuh karena terbiasa. Dia tersenyum melihat foto pernikahannya di galeri ponselnya, senyum wanitanya begitu terlihat merekah dengan polesan lipstik di bibirnya.

Bersemi di pelaminan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang