"Menebak itu mudah, yang susah itu membuktikan kebenarannya."
.
.
.
."Jadi ini tempat tinggalmu?" Richi mengedarkan pandangannya keliling ruangan yang tidak lebih besar dari ruang tamu dirumah miliknya itu.
Ia berdiri dengan kedua tangan yang ia masukan kedalam saku celananya.
Ruangan lantai satu apartemen Leo terdapat ruang tamu, dapur, kamar mandi dan gudang yang terdapat dipojok ruangan. Sementara lantai dua khusus dijadikan kamar Leo.
Sebenarnya apatemen Leo ini lumayan luas, juga fasilitas yang memadai. Hanya saja tentu ini tidak lebih baik dimata seorang sultan seperti Richi.
"Mana tugas yang harus saya kerjakan," tanya Leo. Pria itu ingin Richi cepat-cepat enyah dari rumahnya.
"Ada di mobil, aku tidak membawanya." Richi duduk disofa abu-abu milik Leo. Menyenderkan tubuhnya kemudian meraih remote yang terletak di meja dan menyalakan TV.
Sementara si tuan rumah hanya diam memperhatikan tingkah laki-laki yang menurutnya tidak punya sopan santun sama sekali itu.
"Apa kau tidak berniat membuatkanku minuman atau apapun untuk jamuan? Biasanya jika ada orang bertamu sang tuan rumah akan bersikap ramah menawarkan sesuatu. Tapi kenapa kau malah seperti menginginkanku cepat pergi dari sini. Tatapanmu juga mengerikan," kata Richi sambil mengganti channel tv berkali-kali.
"Tidak ada tamu yang bersikap seenaknya," ucap Leo datar, tapi seakan menahan emosi dari dalam dirinya.
Richi terkekeh, ia tau betul jika pria yang sedari tadi berdiri tak jauh darinya itu sedang menahan amarah. "Anggap saja aku sahabatmu. Kita bisa jadi best friend forever. Lagipula aku hanya ingin air putih saja. Jadi ambilkan aku air putih dan kita bisa jadi BFF."
"Aku tidak ingin punya sahabat sepertimu," ucap Leo dengan nada biasa.
"Ah kalo begitu bagaimana dengan teh? Ambilkan aku teh dan kita bisa jadi saudara. Atau kopi? Kita bisa jadi... Mmm.. Rekan kerja?"
Tak ingin meladeni Richi lebih lama, Leo bergegas pergi menuju dapur. Dan mulai membuatkan minuman untuk si sultan yang sekarang tengah fokus menonton siaran berita yang sedang membahas tentang kasus pembunuhan.
Ya, hampir setiap hari ada berita pembunuhan. Sampai kasus pembunuhan seakan menjadi hal yang wajar untuk didengar telinga, otak bahkan merespon hal yang sama.
Anak membunuh orang tuanya sendiri, pria membunuh pasangannya, tetangga saling membunuh, membunuh karna harta, membunuh karna berebut wanita dan sebagainya.
Sifat dan sikap manusia lebih mengerikan dari makhluk manapun. Sifat yang mudah berubah, sikap yang pandai menutupi masalah. Seakan-akan mereka sudah di setting untuk bekerja sesuai kondisi.
Beda kondisi beda pula kepribadiannya. Apa kalian termasuk yang seperti itu? Coba bertanyalah pada diri kalian sendiri. Karna orang lain bisa saja salah dalam menilaimu.
"Kopi?" Richi mendongak menatap wajah Leo yang sedang menunduk menaruh secangkir kopi.
"Kau mau jadi rekan kerjaku?" tanya Richi menatap Leo yang berdiri disamping meja.
"Sekarangpun begitu," jawab Leo santai. Jawaban Leo membuat Richi tak tahan untuk tidak tertawa.
Leo mengerutkan dahinya melihat reaksi pria yang kini tengah meminum kopi dengan sisa tawanya.
Richi menggeleng sembari meletakan cangkirnya ke meja. Kemudian berdiri berhadapan dengan Leo.
"Kita bukan rekan kerja. Kau justru sedang bekerja untukku," ucap Richi dengan nada yang rendah. Leo tentu tersinggung. Bukan hanya karna ucapan Richi tapi juga pada tatapan merendahkan yang Richi lontarkan padanya. Seakan-akan benar menggambarkan betapa rendahnya Leo dihadapan Richi.
Rahang Leo mengeras. Menatap Richi tak kalah tajam. Mengisyaratkan jika ia tidak serendah itu jika berhadapan dengan Richi.
Melihat reaksi Leo, Richi justru tersenyum sinis. Richi kemudian meraih lengan kanan Leo dan meletakan kunci mobil ditelapak tangan Leo.
"Ambil tugasmu dimobilku, psycho." ucap Richi dengan suara yang lebih rendah dari sebelumnya, jangan lupa Richi juga melemparkan senyum pada Leo.
Leo mematung untuk beberapa saat. Mata yang sebelumnya menatap tajam Richi sekarang berubah menjadi tatapan terkejut. Mata Leo membola.
"Siapa yang kau sebut psycho?" tanya Leo mencoba menormalkan ekspresinya.
"Memangnya ada siapa lagi disini selain kau dan aku?" Richi mengangkat bahunya acuh. Kemudian perlahan melangkah mendekati Leo. Pria berkacamata itu sedikit melangkah mundur. Sampai akhirnya tubuh mereka hanya berjarak beberapa senti.
"Cepatlah. Bergeraklah secepat kau mengambil nyawa-nyawa mereka," bisik Richi ditelinga Leo.
Tubuh Leo bergetar. Ini terlalu cepat. Bayangan saat ia membunuh korban-korbannya seakan berputar dengan cepat diotaknya.
Richi bergerak mundur dua langkah, menatap wajah panik Leo membuat moodnya naik. Ia tertawa puas dalam hati. Ini bahkan baru permulaan.
"B ...bagai ...mana ..." ucap Leo terbata.
Richi menggeleng pelan, "Ssttt... Jangan bahas ini sekarang. Bisa kau ambil tugasmu agar aku bisa cepat pergi dari sini?"
Leo melangkah mendekat dengan cepat kemudian meraih kerah baju Richi membuat tubuh pria itu sedikit terangkat.
"Jangan membuatku marah. Ceritakan darimana kau mengetahuinya," ucap Leo rendah dibarengi geraman tertahan. Sementara Richi masih dengan wajah santainya.
"Kenapa harus sepanik ini? Tenanglah, aku tidak akan melaporkanmu atau menyebarkan berita buruk tentangmu."
"CEPAT CERITAKAN!! Atau ...kau ingin jadi korbanku yang selanjutnya?" Leo menyeringai. Seringai yang menyeramkan namun tidak mempan untuk Richi.
Cengkraman dikerah baju Richi sekarang berpindah ke leher milik si sultan itu. Richi mulai terbatuk. Leo mencekiknya kuat.
Richi tertawa pelan walau susah ia lakukan karna ia semakin susah untuk menghirup oksigen. "Kau yakin ingin membunuhku? Baiklah, aku harap kau tidak menyesal."
Leo tidak peduli. Yang ia inginkan saat ini adalah semua bukti harus ia musnahkan, bahkan manusia sekalipun.
oOo
To be continue...
By the way, ada yang nunggu next part nggak ya?
Kalo iya, maaf karna telat post next part Murder.
Ponsel lagi sering error, harap maklum.Niatnya sebagai permintaan maaf, mau post 3 kali seminggu (kalo nggak error lagi). Ya ingetin aja kalo lupa post ya. Nggak diingetin juga nggak papa asal jangan nyumpahin kalo Author lupa.
Udah ya itu aja. See you. LillySays_
KAMU SEDANG MEMBACA
MURDER || NCT ✔
Ação[Completed] "Hanya menunggu waktu, pembalasan akan datang." Ini bukan kisah romansa para Mafia. Ini tentang kesetiaan, penghianatan dan makna keluarga dari setiap sudut pandang. -Mengandung kekerasan, gore, pembunuhan. Tidak disarankan bagi pembac...