26.Rencana

83 12 0
                                    

Apresiasi adalah bentuk menghargai sebuah karya. Dan vote, comment, kritik dan saran termasuk didalamnya.

Jadi, tau lah ya maksud saya. Masa iya saya harus todong kalian pake pisau nya Noah dulu baru kalian nurut.

Oke sekian. Selamat membaca.

.............................................

"Anda hanya harus memilih resiko, tidak peduli sebaik apa anda menghindar. Resiko tetap ada."

~MURDER.

..........................................



"Aku butuh bantuanmu."

"Ohya? Kau bahkan mengusirku kemarin. Kenapa tiba-tiba...."

"Richi! Aku serius. Cepat datang kemari. Aku tunggu 10 menit atau kau tidak bisa menyentuh satupun karyawanku."

Pria disebrang sana tertawa renyah, "Baiklah."

Haxel merebahkan tubuhnya, melempar ponselnya ke sembarang arah. Sudah jadi kebiasaannya melempar apa saja ketika sedang emosi. Ia juga sudah menghabiskan beberapa botol wine kualitas premium demi melupakan sejenak masalahnya melalui sensasi yang ia dapat.

Ia tidak heran jika suatu hari nanti ia akan mati karena alkohol. Ia memaklumi tubuhnya yang haus akan minuman keras tersebut. Tidak peduli seberapa banyak ia minum, ia akan selalu merasa kurang.

Pintu masuk ruang kerjanya terbuka. Menampakan pemuda kulit putih pucat dengan style berkelas ala nya. Barang branded melekat disetiap inci tubuhnya. Tidak heran Haxel selalu memanggilnya 'Rich Boy.'  Dan menamai nomor ponsel pemuda itu dengan nama 'Young and Rich.'

"Kumat?"

"Berhenti mengejekku, sialan."

Richi tertawa. Dan duduk diseberang Haxel, menatap pria dihadapannya dengan tatapan jijik.

Haxel tampak berantakan. Lihatlah tampilannya. Tidak memakai atasan, tubuhnya tampak mengkilap karena keringat, rambut kusut berantakan, asap rokok mengepul memenuhi ruangan dan jangan lupa bau alkohol yang super menyengat mengganggu indra penciumannya. Ia akan muntah jika tidak terbiasa dengan tingkah menjijikan Haxel.

Richi menatap sekeliling, kemudian memutar kedua bola matanya. Ruangan ini lebih cocok dijadikan gudang rongsokan.

"Aku ingin muntah." Ucap Richi datar.

"Silahkan saja, siapa tau kau akan memuntahkan emas." Haxel menjawab ngawur sembari cengengesan. Richi hanya mampu menggeleng prihatin.

"Kau butuh bantuan apa? Memangnya apa yang sebenarnya terjadi, Haxel?"

"Para bajingan itu mengancamku. Aaarrggh!! Sialan!"

Tubuh Richi berkelit menjauh. Kemudian menghela napas lega. Hampir saja mukanya dihantam dengan asbak milik Haxel.

"Sialan." Lirih Richi mencoba bersabar. Andai pria dihadapannya tidak sedang gila, sudah ia hantam balik menggunakan patung kayu dibawah kakinya. Ia tau, pasti patung itu salah satu korban pelemparan pemiliknya.

MURDER || NCT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang