22.Tikus Mata-Mata

84 15 0
                                    

"Oh ayolah, cerita ini tidak lebih dipenuhi oleh manusia-manusia yang memiliki gangguan mental. Jadi mau apa? Semua bisa terjadi disini. Enjoy."

~Noah

.
.
.
.
.

Setelah dirasa sudah tidak ada tamu diruangan tersebut. Noah melangkahkan kakinya menuju ruangan Mr.Jae si Dosen Filsafat.

Oh, ia hampir lupa untuk menyimpan pisau berlumur darah itu dibalik bajunya. Bagaimana jika Mr.Jae tau jika Leo sudah ia siksa sedemikian rupa? Noah tersenyum membayangkannya.

Tanpa permisi Noah membuka pintu dan melangkah masuk tidak peduli si pemilik ruangan menatap tidak suka.

"Ada keperluan apa anda datang kemari?" Jae tampak tidak suka terdengar dari nada bicaranya. Noah tidak peduli. Ia duduk dikursi yang sebelumnya menjadi tempat duduk Leo dan Jack. Tersenyum manis pada Jae yang memasang wajah biasa.

"Hanya berkunjung."

"Saya sibuk. Jika tidak ada keperluan sebaiknya anda pergi."

"Oh ayolah! Kau terlalu kaku, Master. Ah maksudku, Brother." Noah tersenyum lebar.

Jae mengernyit dan memiringkan kepalanya ke kanan,

"I'm not your brother."

Noah tersenyum miring, "Bajingan seperti ayahnya."

"Brrakk!!" Jae menggebrak meja kerjanya. Matanya menatap beringas pada Noah yang masih tampak tenang dihiasi senyuman.

Noah berdiri, "That's true, right?"

Jae menarik kerah baju Noah, membuat tubuhnya membentur pinggiran meja. Noah tetap memasang wajah tenang.

"Kau ingin mati ditanganku, huh?" Desis Jae didepan wajahnya, Noah bahkan bisa mencium aroma mint dari mulut pria dewasa itu.

Tapi alih-alih takut, Noah justru terkekeh, "Silakan saja."

Mereka bersitatap cukup lama, Jae menatap marah pada Noah sementara Noah menatap datar. 

Pada akhirnya Jae mengalah dengan emosinya. Ia mendorong tubuh Noah dengan kasar hingga pemuda itu jatuh terduduk diatas kursinya.

"Pergilah dan jangan pernah muncul lagi dihadapanku." Ucap Jae dingin. Noah berdiri merapikan kemejanya yang berantakan.

"Aku tau semua rahasiamu." Noah tersenyum manis. Ia sedang mencoba mengancam pria didepannya.

Berharap Jae menjadi sedikit segan padanya tapi reaksi Jae justru berbeda. Jae tertawa pelan.

"Tentu saja, itu karena kau adalah seekor tikus yang bersembunyi dan berlagak memata-matai." Jae tertawa merdu. Sebelum akhirnya Jae menyeringai ganas.

"Tapi tikus tetaplah tikus. Tidak akan menang melawan seekor singa." bisik Jae. Senyum Noah luntur. Ia jelas tersinggung dengan ucapan pria tua dihadapannya.

"Kau pikir kau hebat?" Jae tertawa remeh sembari mengucapkan kalimat itu. Noah tetap diam menatap datar Jae yang terus berbicara.

MURDER || NCT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang