[Completed]
"Hanya menunggu waktu, pembalasan akan datang."
Ini bukan kisah romansa para Mafia. Ini tentang kesetiaan, penghianatan dan makna keluarga dari setiap sudut pandang.
-Mengandung kekerasan, gore, pembunuhan. Tidak disarankan bagi pembac...
Jangan lupa vote sebelum atau sesudah membaca. Jangan curang ya, nanti saya lacak kalian satu per satu.
Sekian dan selamat membaca.
.............................................
"Ini hanya soal kau memilih mati ditangan siapa nanti."
~Haxel.
.............................................
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Saya pikir anda akan tampak lebih tua dari yang saya lihat sekarang, Tuan Richi."
Richi membalas dengan tawa ringannya. Sedari tadi mereka banyak membahas tentang usaha Haxel, Fullsun Club. Dan tidak jarang pula, Yang mengejek Haxel mengenai hal-hal sepele.
"Memangnya apa yang Haxel katakan tentang saya?"
"Ah, seharusnya saya jangan pernah percaya ucapannya. Dia mengatakan jika anda pemuda kaya yang berlagak dewasa, lalu maafkan saya, tapi dia bilang anda sedikit gendut, sensitif, arogan, bossy, emosional dan menyebalkan. Yah, menurut saya Haxel salah menilai anda, Tuan Richi. Karena jujur saja anda terlihat lebih baik dari yang Haxel deskripsikan."
Richi tersenyum tipis pada Yang. Namun sedetik kemudian ia melirik tajam kearah Haxel. Haxel yang sadar hal itu malah menyengir lebar pada pemuda putih pucat disampingnya.
"Si coklat memang menyebalkan bukan? Saya tidak tau apa yang membuat anda mau saja menjadi rekan bisnisnya."
"Banyak yang ingin menjadi rekan bisnisku, kambing." Ucap Haxel kemudian kembali meneguk segelas wine ditangannya.
"Ohya?"
"Siapa yang tidak mengenal Fullsun Club. Club ku yang terbesar dan terbaik." Ucap Haxel sembari menunjuk Yang dengan tangan yang masih menggenggam gelas wine nya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
