Thirty

468 36 9
                                    

Gak mau banyak ngemeng. Aku tahu kalian pasti ngerti apa yang harus kalian lakuin 😊

Happy Reading❤

_________________________

Aurel menangis meratapi tubuh tak bernyawa kekasihnya. Ia sudah mencoba mengguncang tubuh Ariel dengan harapan Ariel akan kembali membuka mata dan tersenyum manis padanya. Namun hasilnya tetap sama. Ariel nya tetap saja diam.

"Udah, Rel, sabar"ucap Renata memeluk Aurel yang menangis hebat.

"Nak...kenapa kamu ninggalin Papa? Kita baru aja mau mulai semuanya dari awal. Tapi kamu malah pergi. Papa sayang sama kamu. Cukup Papa kehilangan Mama, Papa gak mau kehilangan kamu. Tolong kembali, Ariel. Papa mohon"Yudha terisak menggenggam tangan Ariel yang berlumuran darah. Hatinya sesak bukan main melihat kondisi Ariel saat ini. Tubuh anaknya masih bermandikan darah. Pihak rumah sakit belum membersihkan nya karena kondisi Ariel dari awal memang sudah memprihatinkan.

"Papa sendiri sekarang. Papa gak tahu lagi harus gimana. Papa gak tahu gimana hidup Papa tanpa kamu"

"Riel, gue bersumpah akan cari bajingan yang udah lakuin ini sama lo. Gue janji sama lo, Riel"lirih Dika yang mati-matian menahan air matanya agar tidak jatuh. Ia dihantui rasa bersalah mengingat kejadian tadi malam dimana ia sudah melukai tangan Ariel. Ia memang sudah meminta maaf, tapi Ariel belum memaafkan nya. Sekarang ia tidak tahu bagaimana cara menghilangkan rasa bersalah itu.

"Riel maafin gue. Gue gak berguna! Harusnya gue tolongin lo, tapi gue malah diem aja. Maaf Riel"David menangis meratapi tubuh sahabat nya yang kini sudah tak bernyawa. Ariel memang sering bersikap kasar padanya jika sedang emosi, tapi tak bisa di pungkiri bahwa Ariel adalah sahabat terbaiknya. Ariel selalu ada di saat ia sedang membutuhkan uluran tangan untuk menariknya agar bangkit dari keterpurukan. Kehilangan Ariel jelas membuatnya sangat terpukul. Sekelebat kenangannya bersama Ariel dari masa SMP berputar di kepalanya. Di mulai dari kenangan pahit sampai kenangan manis. Hal itu membuat tangisan David semakin menjadi. Ia tak peduli jika ia di anggap sebagai laki-laki lemah. Untuk saat ini ia hanya ingin menangis meratapi takdir.

"Ariel Prayudha—"

"Jangan! Ariel belum meninggal!"bentak Aurel pada dokter yang akan memberitahukan berita meninggalnya pasien.

"Ikhlaskan. Ariel sudah tiada"ucap dr. Andi prihatin.

"Nggak! Keajaiban itu pasti ada. Ariel pasti kembali"

Dr. Andi terdiam. Ia menatap iba pada orang-orang di hadapannya yang terlihat sangat terpukul. Tapi, ia harus melakukan nya. Berita kematian pasien memang harus ada pemberitahuan.

"Ariel Prayudha—"

"Tutup mulut lo!"bentak David memberang. Cowok itu dengan emosi memukul wajah dr. Andi sampai dr. Andi terhempas tiga langkah ke belakang. Dr. Andi memegangi sudut bibirnya yang terasa perih. Pria itu jelas emosi, tapi ia sadar menghadapi orang yang tengah di landa kesedihan tidak bisa di balas oleh amarah juga.

"Sahabat gue pasti kembali. Paham lo?!"desis David.

"Dav! Jaga sikap"tegur Dika.

"Apa? Lo gak ngerasain apa yang gue rasain, bangsat! Ariel sahabat gue. Sedangkan lo apa? Oh gue tau, justru lo seneng kan Ariel meninggal biar lo bisa rebut Aurel?"sinis David.

My Psychopath BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang