Thirty One

443 35 5
                                    

Aurel masih terdiam dengan pandangan yang lurus menatap pintu di depannya. Segala pikiran negatif tentang Ariel mulai berputar di kepalanya. Aurel ingin menepis itu, namun tidak bisa. Kata psikopat itu keluar dari bibir Ariel secara langsung, bukan orang lain. Benarkah? Benarkah jika Ariel nya seorang psikopat? Apakah selama ini ia menjalin hubungan bersama dengan seorang pembunuh?

Aurel menggeleng pelan. Ia tak ingin berpikiran negatif tentang Ariel sebelum melihat dengan kepala sendiri tentang fakta yang sebenarnya. Aurel mengatur nafasnya yang terasa berat. Ia berusaha memasang ekspresi serilex mungkin seolah ia tak tahu apa-apa. Dengan meneguhkan hati, Aurel membuka pintu kamar inap Ariel dan tersenyum manis pada Ariel dan Dika yang justru menatapnya dengan raut wajah terkejut yang sangat kentara.

"Eh kenapa? Kok kaget?"heran Aurel.

"Nggak, kok. Biasa aja"Dika tersenyum kikuk. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal sebelum akhir memilih duduk di sofa membiarkan dua sejoli itu menikmati waktu berduaan nya.

"Kok balik lagi? Ada yang ketinggalan?"tanya Ariel. Cowok itu panik bukan main ketika pintu kamar inap nya terbuka dan menampakkan sosok Aurel. Namun melihat senyuman Aurel membuat Ariel yakin jika Aurel tidak mendengarkan pembicaraan nya dengan Dika tadi. Karena jika hal itu terjadi, ia tak tahu harus berbohong apa lagi pada Aurel.

"Nggak sih. Aku cuma mau ngomong kayak nya aku gak bisa balik lagi kesini. Besok ada ulangan fisika, aku harus belajar. Gak papa kan?"

Ariel tersenyum tipis. Kemudian mengangguk. Ia aslinya ingin di temani Aurel, tapi jika menyangkut tentang sekolah ia tak bisa apa-apa. Setidaknya alasan Aurel masuk akal. Cewek itu sibuk belajar, bukan melakukan hal yang tidak-tidak.

"Gak papa. Belajar yang bener biar nilai nya gede"ucap Ariel.

"Iya. Kamu gak marah kan?"

"Nggak kok"

"Iya udah, aku pulang ya"

Ariel mengangguk. Tangannya bergerak untuk menarik tangan Aurel. Ia berniat mengecup kening Aurel sebelum cewek itu pergi, namun belum sempat ia menyentuh tangan Aurel, Aurel sudah mundur dua langkah seolah ia memang tengah menghindar dari Ariel.

"Kenapa?"tanya Ariel bingung. Ada sedikit gurat kecewa yang terpancar di wajahnya begitu sadar Aurel tak ingin di sentuh olehnya.

"Gak papa. Aku pulang dulu ya"tanpa menunggu persetujuan Ariel, Aurel segera berjalan cepat keluar dari kamar inap Ariel.

"Aurel aneh. Lo ngerasa gak si?"tanya Dika yang melihat gerak-gerik Aurel yang tidak seperti biasanya.

"Iya. Udah lah, mungkin dia lagi kepikiran buat ulangan besok"jawab Ariel berusaha untuk tetap berfikir positif. Meskipun aslinya ucapannya tadi sangatlah tidak masuk akal dengan perlakuan aneh Aurel. Haruskah menghindar untuk melakukan sentuhan fisik karena memikirkan ulangan di sekolah?

"Lo pasti gak lupa dong Riel kalau gue satu kelas sama Aurel"

"Ya, terus?"

"Besok gak ada ulangan apapun! Pelajaran fisika pun besok gak ada, goblok"Dika mengusap wajahnya frustasi.

"Terus, Aurel bohongin gue?"gumam Ariel tak percaya. Dika menggeleng lirih.

"Gue harap alasan Aurel bohong bukan gara-gara dia tahu siapa lo sebenarnya, Riel"

🔪🔪🔪

Aurel menangis dengan memeluk lututnya sendiri. Ia sudah berbohong pada Ariel. Ia tak ingin kembali ke rumah sakit bukan karena besok ada ulangan fisika dan mengharuskan ia belajar, melainkan untuk menenangkan pikirannya yang sedang kalut. Kata psikopat itu benar-benar mengganggunya.

My Psychopath BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang