Twelve

1.3K 70 16
                                    

Budayakan vote sebelum membaca😚

Happy Reading 💕

____________________

"Ariel,"

Ariel kembali menurunkan tangannya yang hendak membuka kenop pintu ketika suara bariton Papa nya mengisi gendang telinganya. Dengan malas, Ariel membalikkan tubuhnya untuk menghadap Yudha yang tengah berdiri dengan secangkir kopi di tangannya. Ya, seperti nya Papa nya itu habis bersantai di dekat kolam renang dengan di temani secangkir kopi dan Snack yang di siapkan pembantu nya. Ariel tahu alasan Yudha selalu seperti itu setiap malam. Yudha selalu menengadahkan wajahnya menatap gelapnya langit untuk mengenang sosok istrinya yang sudah meninggal 4 tahun yang lalu.

"Apa?"sahut Ariel datar.

"Kamu mau kemana? Ini sudah malam"ucap Yudha setelah melirik jam dinding dan menunjukkan pukul 10 malam.

"Ada urusan apa Papa nanya gitu? Aku bebas mau ngelakuin apapun yang aku mau"

Yudha menghela nafas berat. Ternyata putra nya ini masih marah padanya soal Dika yang di terima di sekolah SMA Pelita.

"Kamu masih marah sama Papa gara-gara masalah Dika?"tanya Yudha.

"Iya"jawab Ariel cepat. Tatapannya menajam menatap Yudha yang menatapnya sendu. "Jelas aku marah. Karena Papa, bisa aja Dika ada niatan buat rebut Aurel. Dan aku gak terima itu!"suara Ariel naik beberapa oktaf.

"Papa sudah bilang kalau Papa gak tahu Dika yang kamu ceritakan itu Dika yang sama dengan Dika yang kemarin mendaftar di sekolah kita"

"Aku gak peduli apapun alasannya! Yang jelas, aku kecewa sama Papa!"

Yudha diam. Ia paham sekali perasaan putranya saat ini. Rasa takut kehilangan Aurel membuat Ariel menjadi liar dan tidak mau mendengarkan apapun yang ia ucapkan.

Mengingat Dika, Yudha baru tersadar ada hal yang harus ia tanyakan pada Ariel mengenai Dika yang tadi tidak masuk sekolah.

"Ariel"ucap Yudha. Ia meletakkan cangkir kopi nya di atas meja dan berjalan perlahan mendekati putranya "Ada yang mau Papa tanyakan sama kamu"melihat Ariel yang diam seolah menunggu apa yang akan ia tanyakan, Yudha akhirnya memutuskan untuk melanjutkan.

"Dika tidak masuk sekolah hari ini. Dan Papa dapat telfon dari Papa nya Dika jika Dika mendapat luka tusukan dan sekarang di rawat di rumah sakit"Yudha memicingkan matanya menatap Ariel penuh intimidasi "Kamu...bukan kamu kan yang melakukan itu pada Dika?"tanya Yudha pelan namun penuh dengan tekanan.

"Maksud Papa apa?!"bentak Ariel seolah merasa tersinggung akan pertanyaan Papa nya yang menyalahkan atas terluka nya Dika "Papa nuduh aku? Iya?!"

"Papa gak nuduh. Papa cuma curiga karena cuma kamu yang gak suka sama Dika"

"Pa! Aku gak mungkin ngelakuin hal menjijikkan seperti itu!"sahut Ariel tak terima. Walaupun dalam hati ia tengah mengiyakan segala pertanyaan Papa nya.

"Papa tahu kamu, Ariel. Semenjak Mama kamu pergi, kamu selalu berbuat seenaknya. Dan kamu bahkan gak segan-segan untuk berbuat nekad"

"Apa itu jadi bukti yang kuat kalau emang aku yang mencelakakan Dika?"

"Papa gak tahu. Papa berharap bahwa kamu tidak melakukannya. Tapi entah kenapa hati Papa berkata memang kamu berani melakukan hal seperti itu pada orang yang tidak kamu suka"ucap Yudha pelan. Mengingat Ariel yang kerap kali hilang kontrol dan nyaris mencelakai orang yang berani mengusik nya membuat hati Yudha tersentil. Ia merasa gagal menjadi sosok ayah yang baik untuk Ariel.

My Psychopath BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang