Sixteen

1K 56 12
                                    

Budayakan vote sebelum membaca 😍

Happy Reading💕

__________________________

Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasanya. Jika kemarin-kemarin Dika selalu bersikap sinis pada Ariel, kali ini cowok itu terlihat lebih welcome. Dika selalu ikut kemanapun Ariel dan David pergi—kecuali saat jam pelajaran, karena mereka beda kelas. David sih senang mempunyai teman baru seperti Dika yang asik, friendly, dan tentunya jadi idola para cewek. Namun beda dengan Ariel. Ia masih bersikap ketus jika pada Dika. Ia membiarkan Dika ikut serta bersamanya dan David atas permintaan Aurel. Bisa apa Ariel jika menyangkut hal tentang Aurel?

Sepintas ia merasa heran karena Dika tidak menunjukkan gerak-gerik jika cowok itu akan berusaha membuat Aurel jatuh cinta padanya. Dika justru terlihat menjauhi Aurel—dekat pun hanya seperlunya. Apa cowok itu melupakan perjanjian mereka? Rasanya tidak mungkin. Menyangkut Aurel tidak mungkin Dika lupa begitu saja. Atau Dika sudah menyusun rencana untuk mengingkari perjanjian itu dan membuka identitas nya? Jika hal itu terjadi, maka Ariel sendiri yang akan membuat tangan Dika tidak bisa bergerak dan mulut Dika tidak bisa berbicara. Tapi, rasanya Dika tidak mungkin melakukan itu. Mengingat cowok itu tiga tahun ini tidak membeberkan siapa ia sebenarnya, sudah menjadi bukti jika ucapan Dika bisa di pegang, bukan?

"Lo ada maksud apa sebenarnya?"tanya Ariel to the point saat kebetulan David tengah pergi ke kamar mandi. Kini mereka berada di kantin.

Dika yang tengah menyantap bakso nya mendongak. Ia mengedikkan bahunya acuh.

"Gak ada maksud apa-apa kok"

"Gak usah ngebegoin gue. Lo sendiri yang ngomong mau bebas ngedeketin Aurel. Tapi kenapa malah kebalikannya?"

"Takut aja kalau lo bakal kalah saing dari gue,"gurau Dika. Ia meraih air mineral yang tadi di belinya lalu menenggak nya hingga setengah.

"Serius, anjir"geram Ariel.

Dika tersenyum simpul. Ia menyedekapkan tangannya di atas meja lalu menatap Ariel santai.

"Lo gak usah curigaan terus sama gue bisa, kan? Gue—"

"Gak bisa!"sambar Ariel cepat.

"Well, untuk tipe Aurel yang gak suka sama orang emosian, lo beruntung dia masih bertahan sama lo sampe sekarang"

"Maksudnya?"heran Ariel.

"Lo tahu kan Aurel paling gak suka sama orang emosian? Sedikit informasi, dulu pas dia masih jadi pacar gue dia pernah ngomong kalau pengin punya pacar yang penyabar. See? Lo nggak kayak gitu, Riel. Jadi bisa aja dia berpaling dari lo kalau gue maksain buat rebut dia dari lo"ucap Dika.

"Jadi lo masih punya niat buat rebut Aurel dari gue?"

"Nggak. Siapa bilang?"

"Lo—"

"Gue gak mau capek-capek buang waktu gue buat hal kayak gitu. Aurel bisa aja kembali sama gue tanpa gue usaha rebut dia dari lo"

"Lo terlalu percaya diri,"cibir Ariel.

"Percaya diri itu harus. Tapi kayaknya omongan gue itu bener. Nanti kalau dia tahu kalau lo itu—"

My Psychopath BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang