Seven

1.9K 82 12
                                        

SMA Pelita di gegerkan oleh kehadiran murid baru yang berpenampilan waw itu. Tampan, tubuhnya tinggi, kulitnya putih bersih,tatapan matanya tenang dan hidungnya yang mancung. Ditambah penampilannya yang menggambarkan bahwa ia bukan anak baik-baik. Baju yang tidak di masukkan--dengan dua kancing teratas nya di biarkan terbuka, rambut acak-acakan,celana abu-abu yang ketat,dan dasi yang terlihat longgar. Bisik-bisik pun mulai terdengar membicarakan tentang si anak baru itu.

Cowok itu duduk di atas kap mobilnya. Kaca mata hitamnya sejak tadi sudah terlepas dan ia simpan di saku seragamnya. Mata tenangnya menelisik seluruh penjuru sekolah yang sudah di penuhi lalu lalang para siswa-siswi SMA Pelita. Cowok itu tak merasa risih akan tatapan memuja dari lawan jenisnya. Ia sudah terbiasa mendapatkan itu semua. Bibir nya terangkat mengukir senyuman hangat. Yang mana senyuman itu mengundang teriakan-teriakan histeris dari para cewek.

"Kyaa!!! Halalin aku bang!"

"Senyumnya! Iman hamba goyah ya allah"

"Pengen peluk!"

"Dadanya sandar-able gais. Gue pengen nyender disana"

"Jadiin gue pacar,plis. Gak papa di limain atau bahkan berapapun itu gue ikhlas!"

"Nikmat Tuhan emang bener-bener nikmat yang tiada duanya"

"Rezeki gue liat pangeran pagi-pagi!"

Setidaknya seperti itu lah teriakan histeris para cewek. Cowok itu hanya geleng-geleng kepala saja. Ia memakai kembali kacamata hitamnya. Ia memakai tas punggung nya di sebelah pundak kirinya. Dengan santai ia berjalan melewati kerumunan disana. Matanya sedari tadi mencari seseorang disana. Karena ingat ia harus ke kantor guru terlebih dahulu,maka ia urungkan niatnya untuk bertemu seseorang. Lagi,ia teringat bahwa ia tidak tahu seluk beluk sekolah ini. Letak kantor dan semacamnya pun ia tak tahu. Sejenak ia menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Bingung ingin bertanya pada siapa.

Setelah beberapa menit lamanya ia hanya terdiam, akhirnya ia memutuskan untuk bertanya pada cewek yang berjalan tepat di depannya.

"Eh lo!"panggil cowok itu berjalan masih dalam posisi di belakang cewek tersebut. Cewek itu--yang tak lain adalah Renata menoleh. Matanya memicing memandang cowok asing di hadapannya.

"Manggil gue?"tanya Renata menunjuk dirinya sendiri. Sesaat ia terpana akan ketampanan cowok itu.

"Iya lo. Nama lo siapa?"

"Renata. Mau ngapain? Langsung ke inti aja"ketus Renata. Ia memang seperti itu jika pada orang asing yang belum di kenalnya.

"Ketus amat. Ditanya cogan lho"ucap cowok itu dengan tingkat kepercayaan diri akut.

"Bodoamat. Mau nanya nggak? Kalau nggak,gue mau ke kelas"Renata hendak pergi. Namun cowok itu dengan cepat menahan langkah Renata.

"Apaan?!"kesal Renata.

"Ruang guru dimana?"

"Di si Iqbal"

"Eh?"

"Ruang guru kan? Ya di si Iqbal. Orang dia yang suka promosiin ruang guru"

Cowok itu mendengus mendengar jawaban ngelantur cewek yang belum di kenalnya ini.

"Kantor dimana?!"tanya cowok itu ngegas.

"Gitu dong,kantor. Bukan ruang guru. Lo dari sini belok kiri,terus lurus aja nyampe nabrak. Eh nyampe nemu tulisan office maksudnya"

"Oke. Makasih"cowok itu tersenyum sambil melangkah pergi meninggalkan Renata yang juga kembali melanjutkan langkahnya.

My Psychopath BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang